Bab 8
8:: Mengapa berbeda?
☁️☁️☁️
Andra sebenarnya tidak mau peduli ketika melihat gadis yang cukup familiar penampilannya itu terlihat di jalanan sekitar dekat sekolahan. Tadi sore Andra mengira Batari langsung mau pulang, tetapi gadis itu mampir terlebih dahulu di sebuah kedai coffee.
Gadis itu sudah sering keluyuran sendirian, pulang malam melewati jalanan kecil tengah kuburan itu, batinnya sok cuek.
Saat Andra mau langsung pulang ke rumah habis kerja kelompok di rumah teman sekelasnya, yang masih daerah dekat sekolahan, di tengah jalanan motornya mendadak mogok.
"Emang bener dah sebutan tuh cewek, sial banget abis ngeliat dia." Andra menggerutu lalu membawa motornya ke bengkel yang tidak jauh dari gedung sekolahnya, padahal sudah pukul setengah 6 sore.
Dia disuruh menunggu antrian motornya untuk diservis. Alamat bakalan jadi pulang malam, padahal sudah ada janji sama Mami dan Papi untuk sampai di rumah sebelum pukul 6 sore. Mana nanti malam dia ada rencana buat narik angkot.
Dari posisi duduk Andra di teras bengkel bisa melihat ke jalanan itu. Sejak dia melewati kembali dan menunggu, dia tidak melihat cewek itu menunjukkan wajah kembali.
"Kalo gue liat dia lagi, bakal gue tagih duit." Andra bicara sendirian, sambil menunggu sebab bosan banget, dia bermain ponsel dan membaca-baca berita mulai dari tentang binatang, olahraga, musik sampai masak.
Dia mengernyitkan dahi saat melihat pesan-pesan di grup anak-anak cowok yang bendel di SMA Soeharso, sebuah komunitas yang dibuat oleh seseorang untuk berbagi informasi penting. Karena kenakalan juga harus dilihat dulu celah kapan bisa dilakukan, kapan tidak. Grup yang berisikan rahasia penting.
Andra mendengkus membaca pesan dari salah seorang anggota yang memberikan informasi penting, bahwa kejadian yang dialami Revaldi adalah murni karena insiden kecelakaan. Bukan karena dikerjain oleh Batari, si cewek yang patut diwaspadai.
Bagi mereka, sosok Batari itu penting, sebab jika gadis itu mengetahui komunitas tersebut bisa jadi diadukan ke pihak sekolah terpenting. Mereka pasti memata-matai Batari juga demi keamanan bersama.
"Ye, tolol aja yang percaya Batari ngerjain mobilnya Revaldi, itu cewek cuek banget. Ngapain gak penting banget pretelin rem mobil. Revaldi yang harusnya dicurigain, dia anaknya kayak gitu," gerutu Andra sambil mengetikkan ucapannya ke dalam bentuk teks ke grup tersebut.
Sesaat Andra sadar, kenapa dia jadi belain si cewek macan itu? Dia belagak sok cuek tak menggubris lagi pembahasan dalam grup.
Pemuda itu sudah menyelesaikan urusannya di salah satu bengkel dekat sekolahan sampai pukul 7 malam.
Setelah membayar biaya servis, Andra menyalakan motornya membawanya keluar dari bengkel. Mendadak motor Andra mati lagi di jalanan, untungnya dia tidak berada di tengah jalan. Baru beberapa meter sudah mati lagi, Andra mengangkat kaca helmnya dan berusaha menyalakan motornya lagi, yang mendadak mati lagi berkali-kali.
Cowok itu celingukan hendak menyeret motornya mundur kembali ke bengkel, daripada menyalakan motornya lagi dengan susah payah. Kesal karena motornya tidak menyala lagi, Andra menyeret motornya ke bengkel kembali. Hanya dinyalakan oleh montir pria itu langsung menyala lagi, Andra menarik napas lega.
"Nanti gue matiin lagi ya, Bang, ya gue takutnya nanti pas mati nggak bisa gue nyalain lagi," kata Andra.
"Silakan dicoba, Mas," sahut si Montir lalu sibuk mengurus motor antrian yang tadi setelah Andra.
Andra mencoba menyalakan motornya lagi dengan usahanya, dia berhasil membuat motor menyala lagi. Usai pamitan, dia membawa motor tersebut ingin cepat pulang.
Andra menimbang mana jalanan yang akan dipilih, lewat jalanan tengah pemakaman anti kemacetan atau jalanan umum yang kemacetan sudah menantinya di depan sana.
Masa gue kalah sama cewek-cewek strong yang nekat lewat jalanan tikus itu, batinnya meremehkan.
Andra membawa motor putih-birunya lewat jalanan tikus yang sekiranya bisa digunakan dua motor, tetapi berisiko dan minimalis banget ukuran jalanannya itu.
Cowok itu memelankan kendaraan, tidak mau tenaga besarnya membuat motornya kekencengan dan bisa nabrak dinding tinggi yang berada di kanan-kiri jalanan itu. Dinding pelindung bangunan yang katanya kantor-kantor notaris kecil dan sudah sepi di jam malam.
Setelah berhasil melewati jalanan kecil dan gelap itu, pemandangan horor sudah menyambutnya. Dulu Andra sering lewat jalanan itu saat kelas sepuluh, tetapi nuansa horornya masih sama saja seperti dulu. Padahal di ujung jalanan yang diapit kuburan itu jalanan besar yang banyak dilewati mobil dan motor. Sayangnya, keramaian jalanan di sana tidak membuat area pemakaman itu menjadi lebih ramai. Tetap sunyi dan menakutkan.
Cowok itu mengangkat kaca helmnya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya di depan mata. Pemandangan di depannya hanya 100 meter, dengan penerangan dari salah satu lampu yang terpasang di pohon beringin itu cukup bisa menyinari dan menampilkan siluet seseorang sedang berdiri di tengah jalanan pemakaman. Orang asing itu tidak sendiri.
Andra melihat keseluruhan adegan di hadapannya. Orang itu mirip seseorang dari belakang.
Tas itu? Siapa sih yang tidak tahu tas merek Converse warna putih itu asli dan dibahas satu sekolahan?
Sosok yang merupakan perempuan anak sekolahan itu sedang menendang seseorang di bawah kakinya, menendang tanpa ampun dan kencang. Tangannya juga ikutan memukuli tubuh manusia tak berdaya di bawahnya.
Lidah Andra kelu, dia bertatapan mata dengan orang yang sedang dihajar oleh malaikat maut itu. Dia sudah siap mau menolong, kalau misalnya korban itu sudah lemah tak berdaya dan teriak minta tolong, tetapi sosok itu segera bangun sekuat tenaga dan kabur dengan motornya.
Sial! Dia pasti bukan korban, melainkan orang jahat sang pelaku!
Jangan bilang itu para penjahat yang meresahkan di area pemakaman yang jadi sepi ini, karena sering terjadi penjambretan dan pelecehan seksual?
Andra menutup kaca helmnya dan mengejar sosok yang kabur dengan motor itu. Dia harus mendapatkan pelaku yang meresahkan warga dan murid. Dia harus membalaskan rasa kesal dan amarah Ratu kepada sang penjambret ponselnya.
Karena ambisinya mengejar sosok itu, Andra sampai tidak menoleh sedikit pun ke arah sosok yang masih berdiri di pinggir jalanan pemakaman itu.
Andra tidak berhasil mendapatkan sosok yang kabur dengan sangat cepat dan menghilang di antara kendaraan besar yang lagi lalu lalang di depannya. Tepat saat ingin keluar jalanan dan mengejar, sebuah mobil ambulan lewat dan beberapa buah motor menyuruh para pengguna jalanan harus memberikan jalanan terlebih dahulu.
Andra meninju udara kehilangan sang target. Di pinggir jalanan, Andra menoleh ke belakang untuk memastikan bahwa dia tadi tidak salah melihat. Sosok itu sudah tidak berada di jalanan bawah, melainkan sudah berada di atas jembatan halte Transjakarta yang tidak jauh dari belakangnya.
"Gila! Batari si cewek galak aneh itu beneran bisa ngamuk?" gumam Andra tak habis pikir.
Andra memundurkan motornya dan memarkirkan di trotoar di bawah jembatan Transjakarta. Cowok itu ingin tahu apa yang tadi terjadi pada Batari, dia berjalan menaiki tangga demi tangga. Ingin memastikan sesuatu makanya berusaha mengejar Batari sampai ke dalam halte.
Andra tidak bisa masuk, karena dia tak ada kartu untuk pembayarannya. Andra hanya bisa melihat Batari masuk ke dalam Transjakarta bersama yang lainnya.
Apa dia baik-baik aja?
Cowok itu menyalakan ponselnya dan membuka group Whatsapp angkatannya. Dia mencari kontak Batari, tidak pernah terbayangkan Group yang dia SILENT sejak masuk itu akhirnya berguna juga. Di kontak itu menampilkan Batari sedang ONLINE.
Andromeda: Lo nggak apa-apa?
Adyura Batari: Hah, lo salah kirim? Ngapain lo nge-chat gue?
Andromeda: Lo baru pulang kan? Gue liat lo tadi hajar orang asing di kuburan
Adyura Batari: Iya. Hah, hajar orang? Nggak tuh!
Andra menyimpan ponselnya ke saku lalu turun dari jembatan untuk kembali ke motornya. Otaknya terus memutar kejadian tadi, dia sangat yakin sekali yang dilihatnya adalah Batari.
☁️☁️☁️
Paginya Andra pergi ke sekolah dengan perasaan yang tak biasa. Dia memiliki keinginan untuk cepat sampai ke sekolah. Tidak biasanya dia sangat semangat pergi ke sekolah, apa hanya karena dia ingin nyamperin dan kepoin Batari jadi lebih semangat?
Cowok itu membawa motornya dengan santai. Namun, saat melewati komplek pemakaman itu ada beberapa pengguna motor, yang cuma berani lewat saat pagi hari, tengah ditahan oleh beberapa polisi. Tidak hanya ada dua orang, melainkan ternyata banyak sekali yang menjadi memutar balik motornya.
Andra memelankan jalan motornya dan menatap ke arah tengah pemakaman yang ada beberapa garis polisi dilingkarkan pada beberapa pohon.
Warga yang ditahan tidak boleh lewat menjadi penasaran menjulurkan lehernya tinggi-tinggi ke tengah pemakaman itu.
"Ada apa sih, Pak Pol?" tanya seorang bapak yang ditahan tadi lewat jalanan pemakaman itu.
"Ada mayat perempuan, tadi malam jam 11 ditemukan sama Youtuber konten horor yang lagi bikin konten, ditemukan di area pemakaman Katolik. Jadi, jalanan ini juga sementara ditutup dulu."
Andra membulatkan matanya.
Selain bisa dijadikan tempat kejahatan seperti jambret, tempat ini juga strategis untuk pembunuhan? tanyanya tak menyangka.
Dia memutuskan tidak jadi melewati jalanan itu, Andra melajukan motornya terpaksa menggunakan jalanan umum nan super macet yang biasanya.
Setelah parkir motor di area murid, dia berjalan sebentar menuju kelasnya, ketika berjalan dia tidak sengaja melihat Batari dan Siera baru turun dari mobilnya.
Cewek itu terlihat nggak apa-apa, batinnya lega.
☁️☁️☁️
Di ruangan besar tetapi sunyi itu Andra menahan dadanya yang berdebar keras tidak terkira. Sialan, karena tadi pagi semua anak murid ditanya apakah dirinya berada di sekitar sekolah sekitar sore sampai malam, sekarang Andra sedang ditahan di ruang detensi. Pasti tadi pagi sedang diuji kejujurannya dan Andra benar-benar mengatakan berada di area dekat sekolah sampai pukul 7 malam.
Dia tak menyangka penyelidikan penemuan mayat perempuan di pemakaman sektor Katolik itu sampai ke anak-anak sekolahan. Menurut gosip, mayat perempuan itu ditemukan dengan bentuk yang mengerikan, karena kakinya diikat sedangkan kedua tangannya bebas terbuka dan bibirnya ditemukan menyatu dengan pengerat, yaitu lem tembak.
Tidak lama ada sosok Polisi dan gadis berwajah masam menyebalkan, Batari. Andra langsung menarik napas lega mendapati Batari memang berada di sana kemarin sore. Dan, yang dilihat Andra bukan sekadar makhluk astral menyerupai. Habis kelakuan Batari kemarin aneh banget.
Andra mendesis saat Batari duduk di sebelahnya dengan bisikan pelan, tapi menyeramkan: minggir sana. Padahal di sofa itu masih cukup muat bahkan lebar untuk dua orang. Terpaksa Andra makin menempel di pegangan sofa dengan wajah pasrah, malas banget ribut sama cewek.
"Halo, selamat siang kalian, Andra dan Batari! Perkenalkan saya Inspektur Gumilang," kata polisi itu menyalami tangan Andra dan Batari.
"Halo, Pak. Salam kenal," ucap Andra menyalami tangan Pak Gumilang, sedangkan Batari hanya melengos cuek.
"Huh, apakah saya sekarang sebulan sekali jadi didatengin polisi?" sahut Batari masam.
Pak Gumilang mengulum senyuman kecil. "Kamu kan udah terkenal berani sering lewat jalanan itu," ucapnya.
"Iya-iya, padahal dulu jalanan tengah kuburan itu nggak menyeramkan kayak sekarang, kata Siera sih," tandas Batari.
"Siapa yang mau cerita duluan?" tanya Pak Gumilang menatap dua murid di depan dengan tatapan tajamnya.
"Bapak aja yang nanya duluan," sahut Batari lagi.
"Saya cerita duluan gimana, Pak? Saya lihat orang yang gerak-gerik mencurigakan, bahkan sempet saya kejar. Apa sosok aneh itu si pelaku orang yang membuang mayat perempuan itu, Pak?"
"Yeee, drama banget lo, Malih!" cela Batari.
"Beneran tau, kenapa dia kabur pas liat gue kalo emang gak berniat buruk? Tepatnya pas lagi lo siksa dan kebetulan dia lihat gue. Dia kabur, karena pastinya takut gue tambahin gebukin," kata Andra bersuara sombong banget dan menarik perhatian semuanya.
"Siksa gimana maksudnya? Jadi, saya akan mendengarkan dua cerita dari sudut berbeda? Ada orang lain malam itu?"
Keduanya mengangguk-angguk serius.
"Kalian sungguhan melihat orang mencurigakan di sana malam itu?"
Andra mengangguk sekali lagi mantap, saat melirik, Batari juga mengangguk pelan.
"Silakan lanjutkan ceritanya, Dik Andra," ucap Pak Gumilang.
Setelah disetujui, Andra bercerita dengan penuh pengkhayatan dan serius. Mulai dari acara kerja kelompok, motornya yang mogok, dan sampai pada kejadian dia melihat Batari di tengah jalanan sedang menghajar sosok asing. Saat bagian cerita Andra yang menyaksikan Batari menghajar orang misterius itu, cewek di sebelahnya memasang wajah geli dan menggeleng-geleng aneh.
"Bener lo kan cewek itu? Gue ngeliat lo nendangin muka dia? Dia berbuat apa, sampe lo jadinya ngamuk begitu?" Andra mengalihkan tubuhnya menjadi ke arah polisi. "Sebelum tau ada kasus ditemukan sosok mayat itu, saya kira Batari lagi ribut sama copet yang suka beraksi."
"Iya, saya di tengah makam, tapi nggak kayak yang Andra omongin," ucap Batari dengan alis bertautan. "Saya pulang jam 7, karena lama minum di kafe dulu. Seperti biasanya, mau pulang lewat jalanan samping kantor notaris itu. Dan saat di pemakaman ada orang lain dengan motornya menuju ke arah saya.
"Karena saya takut dia melakukan hal yang buruk jadi agak menghindari. Setelahnya, orang itu jatuh dari motor di samping saya. Saya nggak tau harus gimana, kalau nolongin takut hanya modus nanti dia menyerang saya. Tapi nggak berselang lama, dia bangun dari posisi jatohnya, dan balik arah lewatin arah saat dia dateng, bawa kabur motornya dengan kesusahan. Ternyata dari belakang Andra lewat naik motor ngejar orang itu," tutur Batari membuat suasana hening, terutama Andra yang merasa kejadiannya tidak seperti itu.
"Loh, kok gitu? Kagak kayak gitu!" sergah Andra protes.
"Jadi, dua orang melihat orang yang sama, walau ceritanya berbeda? Jadi, yang benar yang mana?" Pak Gumilang menatap bingung dua anak SMA yang memiliki cerita mirip tetapi detailnya berbeda. "Kalian ingat plat nomor motornya?"
Batari menggeleng. "Sayangnya, saya kalau panik nggak fokus dan jadinya gak tau, lagian di sana cukup gelap," jawabnya apa adanya.
"Saya nggak inget, Pak, soalnya pas saya liat motornya tergeletak di belakang tubuh pria yang lagi ditendang sama Batari. Motor bodong yang nggak ada platnya kali ya? Saat saya kejar motornya, tunggu dulu, tapi saya melihat dan nggak inget. Aduh, Pak, maafkan saya yang bodoh," ratap Andra.
"Makanya, jangan percaya, Pak, sama cerita versi dia, dia pasti ngarang dan melebihkan aja. Nggak bisa dipercaya, Pak," kata Batari.
Pak Gumilang menggelengkan kepala dengan menatap Andra. "Mungkin kamu salah liat, atau salah sangka," ucapnya.
"Betul, Pak!" sahut Batari langsung.
"Yaaa terserah, saya emang sulit dipercaya, bahkan sama cewek-cewek, buktinya nggak ada yang mau sama saya, dikira saya player. Padahal saya ini selalu tulus murni sayang, Pak," ujar Andra membuat Pak Gumilang menarik napas.
"Muka lo emang gak bisa dipercaya." Batari menyahuti. "Curcol aja lo knalpot ninja!"
Andra hanya tersenyum masam, mangkel mau kesal ke Batari yang mulutnya terkadang sulit direm.
"Baik, jadi kalian sama-sama melihat orang asing di sekitar pemakaman pukul 7 malam," kata Pak Gumilang sepertinya mau menyudahi acara penyelidikan, "Satu pertanyaan lagi buat Batari, kamu pulang jam 7 dari kedai kopi sebelumnya berada di mana? Kamu cukup sering sampai malam di area dekat sekolah, kamu memiliki kesibukan apa? Kalau Andra habis kerja kelompok, dan nunggu di bengkel karena motornya rusak."
"Saya sering menulis cerita, puisi atau lirik lagu di sekolah, tapi kalau diusir sama penjaga, saya bakal cari tempat lain. Paling sering pergi ke Taman Januari atau Danau Biru."
Batari membuat Andra terkagum, karena kegiatan gadis itu setelah pulang sekolah cukup berguna dan produktif.
☁️☁️☁️
Usai polisi pamit pulang beranjak pergi dan mereka disuruh kembali ke kelas. Andra menahan Batari di koridor. Andra segera ditangkis oleh Batari yang sangat risih dipegang oleh makhluk kayak Andra.
"Duh, ngapain sih beraninya sentuh gue? Bakteri!!" Batari berseru jijik.
"Terserah dah, lo mau anggap gue apa, tapi kenapa lo bohong? Heh, gue nggak buta dan ingatan gue masih fresh inget banget, lo hajar itu orang misterius dengan kaki lo," Andra tersenyum miring dangan tatapan penuh selidik ke Batari yang hanya diam saja sesaat. "Sok-sokan nggak inget lagi," tambahnya masih menawan Batari di koridor itu.
"Waktu itu gelap, lo nggak ngeliat dengan jelas," tandas Batari.
"Jawab aja deh lo diapain sama sosok misterius itu?" tanya Andra semakin memojokan Batari, mengunci tatapan matanya agar bisa membaca mata cewek itu.
Batari meneguk ludah dan sorot matanya berubah jadi lesu. "Kita bertatapan mata saat jarak kita semakin dekat, dia terjatuh dengan motornya karena sesuatu hal," gumam Batari sendirian sambil memalingkan wajah, menerawang mencoba mengingat, karena matanya sudah tidak lagi melihat wajah Andra dan menatap pada arah lain, yaitu lapangan. "Mungkin dia panik ketakutan mengira gue setan. Sial, masa gue dikira mirip setan?" Lalu Batari menjadi kesal sendiri nada bicaranya.
"Lo bisa lebih serius?" Andra menyentak Batari.
"Pssst, udah deh lo jangan memaksa pendapat, karena lo liat dalam suasana yang kurang meyakinkan," ujar Batari mulai kesal sama Andra yang memaksa banget.
"Sori, gue hanya ingin tau apa yang terjadi sama lo. Kalo sesuatu terjadi sama lo, gue bakalan nyesel, waktu itu nggak jadi ngajak lo pulang bareng. Padahal gue liat lo masuk ke kedai coffee itu sebelumnya," ucap Andra.
"Hah? Lo kenapa deh? Suka sama gue?"
Andra hanya diam saja dengan raut wajah serius memandangi Batari. Mendapat pertanyaan itu mengapa dia mendadak jadi aneh. Pikiran cowok itu mengapa jadi terhenti sepersekian detik.
"What, bisa-bisanya lo suka sama gue? Dari sekian banyak cowok di sekolah ini, elo yang ternyata suka sama gue?" tanya Batari dengan raut wajah geli.
"Bukan begitu!!! Geer banget gue suka sama lo!" sela Andra perasaannya menjadi memburuk karena dikira naksir sama Batari. Dia sudah berhasil sadar dari lamunan tadi. "Tipe gue bukan lo juga kali, meskipun Ratu nolak gue, nggak bakalan desperate malah naksirnya sama lo."
"Itu tuh tadi dialog yang sering gue baca di novel, ya udah sori kalo emang nggak suka sama gue, tapi jangan bandingin gue sama orang lain juga kali," kata Batari lalu menghela napas kasar. "Bye, jangan pernah ngajak ngomong gue lagi!"
Andra mengerjapkan matanya, dan melihat Batari terlihat sangat terpukul. Tiba-tiba Batari mendadak menjadi diam dan murung begitu, bahkan berjalan dengan bahu terkulai lemas dan menunduk.
"Eh, tunggu dulu!" teriakan cowok itu bagai angin yang tak didengar oleh Batari.
Saat Andra mau mengejar Batari, ada teman-temannya muncul segera menyeret cowok itu pergi dari posisinya.
"Sori, gue nggak bermaksud," kata Andra dalam hatinya. "Gue nggak sengaja ngomong begitu."
Lelaki bertubuh nyaris menyentuh 175 cm itu berjalan pelan menuju kelasnya di belakang para temannya yang lagi ngoceh-ngoceh, dia sendirian dengan segala muncul di pikirannya.
Apa iya dia salah lihat? Hanya karena cerita dari sisi Batari lebih logis, dia mesti mengalah begitu saja ke Pak Gumilang. Lagian sebenarnya informasi Batari menghajar sosok asing itu tidak penting amat, tetapi justru itu yang menarik untuk Andra.
"Cewek menarik. Tapi kenapa lo nggak mau mengakui yang sebenarnya sih? Aneh!"
Bagaimana mengatakannya bahwa Andra berpikir penglihatannya lebih benar dibanding kesaksian Batari, pasalnya dia melihat ada darah di ujung sepatu Batari.
☁️☁️☁️
7 MARET 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top