Bab 6

6:: Kenangan mengerikan

☁️☁️☁️

Sekolahan heboh dengan gosip kecelakaan Revaldi di dekat sekolah. Pagi harinya Batari melihat tidak jauh dari sekolahnya banyak garis polisi dan pecahan kaca mobil. Sesampainya di sekolah, Batari berdiam diri agak lama di kalam kamar mandi.

Kenapa dia merasa takut?

Apa yang harus ditakutkan?

Karena Revaldi celaka lagi?

Batari yakin kalau dia muncul, anak murid yang dulu satu SMP dengannya sudah memberikan gosip buruk tentang dirinya. Gosip ngaco tidak logis dan membuat Batari sangat buruk di mata orang. Katanya, dulu Batari pernah membuat Revaldi kakinya patah karena melempar kursi. Batari tidak ingat kejadian itu, tetapi di rekaman CCTV kelas dia melihat dirinya sendiri yang melakukan itu.

"Gawat!" Acha menyambut Batari di koridor dekat sekolah dan menarik lengan Batari.

Batari memekik sakit, dia berusaha tidak menunjukkan rasa sakitnya. "Kenapa sih?"

"Revaldi kecelakaan parah di depan sekolah, dia ngapain ya jam setengah 7 malam masih di sekitar sini?" tanya Acha heran. Dia seperti biang gosip yang berbagi kisah tragis menyeramkan.

Bahu Batari menaik dan pasang ekspresi cuek. "Auk. Ya namanya kecelakaan bisa terjadi kapan aja dan di mana saja," ucapnya.

"Kok ekspresi lo begitu? Dingin banget?" Acha mengerjapkan mata.

"Masa harus seneng? Atau sedih? Ya ngapain juga!!? Dia kan jahat, dan tengil," sahut Batari.

"Gue lebih milih lo sedih sih, masa seneng? Ya gue tau kalian gak akur, tetapi kejadian kecelakaan itu miris banget tau," kata Acha. "Bikin takut aja deh."

"Dia orangnya suka cari gara-gara dan tengil. Selebor juga," ucap Batari.

"Sok cuek tapi lo takut gak sih? Nyawa Revaldi tuh berapa sih? Dulu kakinya patah." Acha langsung membungkam mulutnya. Raut wajah Batari berubah menjadi makin mendingin. "Sori banget, gue nggak bermaksud."

"Gue nggak mau akan disangkutpautkan ke gue lagi," kata Batari penuh penekanan.

"Polisi masih menyelidiki, karena mamanya yang dulu amat heboh sama kenakalan anaknya sendiri itu mencurigai sesuatu."

"Oh, Tante yang dulu mencak marah sambil nunjukin muka gue itu?"

"Iya, terus warga bilang ada murid yang pake seragam SMA Soeharso di dekat sekolah pas setelah kecelakaan sih. Mungkin dia bisa jadi saksi mata."

Apa? Ada saksi mata? Siapa yang dilihat oleh warga itu?

Mereka berdua berjalan menuju kelas sambil membahas kecelakaan Revaldi.

Batari mengenyahkan bayangan itu, beberapa saat sebelum kecelakaan Revaldi menemuinya di jalanan kecil itu. Selanjutnya Batari tidak ingat. Batari ingat saat di jalanan pemakaman itu ada suara mengerikan dari dekat sekolahnya, cewek itu balik lagi untuk memenuhi rasa penasarannya.

Dia ragu ingin bercerita atau tidak bahwa sesaat sebelum terjadi kecelakaan, Revaldi berusaha mencelakai Batari di jalanan kecil.

Acha dan Batari masuk ke dalam kelas yang ramai anak murid bergosip panas, pasti ada yang nambahin beritanya.

"Menurut penjaga kedai coffee dekat sekolah kita, katanya dia liat lo, Batari, sekitar jam 6 lewat ke jalan kecil yang mau ke Gang Kober itu." Suara salah satu anak murid nunjuk ke Batari dengan ekspresi wajah heboh.

"Kalo gue di sana memangnya kenapa?" tanya Batari balik dengan sengak.

"Iya, terus ada yang liat mobil Revaldi terparkir di dekat sekolahan, dekat Jalan kecil itu."

"Batari, jangan-jangan lo yang sengaja bikin rem Revaldi blong?"

"Soalnya lo yang berada di area sekolahan pas mobil Revaldi keliatan terparkir terakhir kalinya."

Batari mengibaskan tangannya. "Kalian kebanyakan nonton drama sampe ngarang cerita? Gue emang udah sebulan sering sampai sore di area sekolahan, gue kadang pergi ke gym, kadang minum coffee atau thai tea. Nah, kalo si Revaldi itu ngapain sampai sore menjelang malam, sampe parkir mobilnya di dekat sekolahan?"

Gadis itu mulai gerah karena tudingan teman-temannya yang termakan gosip mentah-mentah tanpa tahu yang sebenarnya. Usai dia berhasil membubarkan temannya yang bergerombol penasaran tadi, di kursinya Batari hanya termenung dengan banyak pikiran, dan sebenarnya dalam hati gadis itu sangat ketakutan. Walau ketakutan itu tidak nampak di wajahnya, aslinya dia sangat tidak tenang. Dia sangat takut kali ini tidak bisa menutupinya lagi.

☁️☁️☁️

Bazel berusaha tutup telinga. Dia bosan mendengar candaan teman-temannya. Awalnya menjadi peringatan, tetapi menjadi candaan bahwa selanjutnya Bazel yang akan menjadi korban Batari.

Gosip yang dibuat oleh anak-anak teman SMP-nya Revaldi dan Batari. Katanya Batari habisin Revaldi dengan ngerjain mobil Revaldi sampai terkena kecelakaan maut separah itu. Bazel merasa itu bodoh sekali. Sudah jelas yang masih kesal itu Revaldi, kalau terjadi sesuatu pasti itu bermula dari kelakuan sang lawan.

"Zel, lo masih sayang nyawa kan, jangan nyari ribut sama Batari lagi deh."

"Hati-hati Zel sama Batari. Gue nggak menyangka gosipnya bener."

"Lo tau Batari berbahaya, tetapi masih suka mancing emosi tu cewek?"

"Gue penasaran nanti bakal sesabar apa dia sama lo."

Bazel menjauh dari teman-temannya dan merenung. Dia diajakin oleh Revaldi menjalankan rencana itu. Bazel tahu rencana busuk itu, yang berakhir malah membuat Revaldi terkena kecelakaan naas.

"Udah gue bilangin dia nggak percaya." Bazel bicara dalam hatinya lalu meneguk cola untuk menenangkan pikirannya yang kalut. "Terus apa yang mau berani lo lakukan ke gue, Batari?"

Pemuda itu mendapat kabar buruk bahwa Revaldi mengalami kecelakaan parah karena mobilnya dihantam truk kuning dari belakang. Dia bersyukur saat Revaldi mengajaknya untuk menjalankan rencana itu, dia menolaknya.

Bukan karena Bazel takut dia akan terlibat dalam proses hukum, jika misalnya Batari sukses dihabisi oleh mereka berdua. Cowok itu sadar dan berpikir logis, tidak mungkin keduanya bisa lolos jadi tersangka jika Batari beneran tewas di tangan mereka. Banyak kasus kriminal yang sekarang mudah sekali untuk ditelusuri.

Pembunuhan itu sangat konyol bagi Bazel, hanya kepuasan sesaat yang didapat, selanjutnya akan mendekam di balik jeruji besi. Bazel tak mau hidupnya akan terpuruk di sana, dan keluarganya malu memiliki dirinya.

Alasan lain Bazel ogah diajak kerjasama oleh Revaldi, urusan dirinya dengan Batari, hanya di antara mereka saja. Masalah internal yang tidak perlu dicampuri oleh orang lain.

Bazel juga masih ingin pengakuan kejelasan dari kejadian naas di masa lalunya bersama Batari, yang masih membuatnya terus meneror Batari.

Membayangkan betapa beruntungnya cowok itu tak ikutan dalam rencana Revaldi, andai kala itu dia ikut serta, mungkin sekarang keadaan cowok itu menjadi buruk sekali karena kecelakaan.

"Lo salah banget mau ngerjain cewek licik, dan cerdik kayak dia," gumam Bazel sambil tertawa miris. "Emang segampang itu? Orang yang lo hadepin tuh udah sering mencelakai orang."

"Oi, Zel, gue cariin lo di sini!" seru seorang cowok, bernama Nando, cowok tinggi dengan wajah manis itu menatap Bazel dengan tatapan simpati. "Lo lagi kenapa? gapapa?"

"Gapapa," jawab Bazel melempar kaleng coca-cola ke tong sampah. "Gue cuma pusing dengerin ledekan orang-orang, kenapa kecelakaan Revaldi jadi bahan buat nakutin gue?"

"Ya mereka cuma memperingatkan aja, tapi untungnya lo nggak mau ya diajakin sama Revaldi?"

Bazel menghela napas, hal itu hanya diceritakan ke sahabat dekatnya bernama Nando ini. Nando juga berpikir bahwa rencana Revaldi buat menculik dan menyiksa Batari itu sangat buruk.

Bazel belum bicara apa-apa lagi sambil menghirup oksigen yang lumayan banyak di kebun belakang yang banyak pohonnya super adem, berbeda sama area depan sekolahan yang sangat gersang, dan lapangan berdebu.

"Lo nggak sebenci itu kan sama Batari? Lo aja nggak mau ngabisin dia, padahal lo benci banget," kata Nando membuat Bazel mendelikan matanya tajam.

"Kata siapa? Ya gue punya cara sendiri, yang jelas itu urusan gue sama dia."

Nando tertawa mengerikan. "Jangan kayak Revaldi, dia kok tolol mau bunuh orang malah kecelakaan? Lo nggak mau bantu polisi, katanya bakalan ada polisi yang penyelidikan ke sini buat interogasi Batari, yang katanya berada di sekolahan pas kejadian."

Alis Bazel bertautan heran, lalu dia tertawa yang sebenarnya tidak lucu. Dia tertawa hanya karena merasa sinis.

"Ngapain? Terus gue ngaku gitu kalo gue diajakin sama Revaldi buat nyulik tuh cewek? Gue juga nggak sebaik itu!"

☁️☁️☁️

Bazel berjongkok lalu membiarkan lututnya menyentuh tanah di ujung ubin berbentuk persegi panjang itu. Pemuda itu baru saja pulang sekolah untuk mampir, masih memakai ransel sekolah dan jaket abu-abu dengan lengannya bergaris hitam.

Tangan cowok itu membuka botol air mawar dan menyiramkannya ke tanah di tengah makam itu. Di nisan bertuliskan nama Wiratama Atmadinata, meninggal di usia belum genap 40 tahun. Masih terlalu muda, tetapi siapa yang menyangka umur setiap manusia.

Mata cowok yang biasanya menyorotkan kebencian dan kemarahan itu terlihat berbeda. Dia hampa dan sedih. Matanya berkaca-kaca dan beberapa aliran mengalir tanpa bisa ditahan.

Siapa yang tidak menangis, hanya bisa melihat sosok yang amat disayangnya hanya dengan nama yang tertulis di ubin. Jika dia gali tanah itu, sudah tidak ada sosok yang amat disayangnya di dalam sana.

Tempat itu hanya sebagai penanda ada yang pernah tertidur lelap, orang itu membuat orang-orang yang amat menyayanginya menangis saat ditinggalkan, tempat untuk memeluk jika merindu, dan bercerita ketika tidak ada yang bisa dipercaya untuk mendengarkan.

"Dia sudah besar, Pa. Apa dia pernah dateng ke sini buat nyari tau di mana makam Papa? Papa pernah liat dia berada di sini?"

"Bazel coba terus muncul di depan dia, biar dia bisa jelasin kasih alasan kenapa dia tega sama Papa. Tapi dia berakting seperti nggak tau apa-apa dan yang membuat Bazel semakin benci, dia selalu bilang nggak ingat sama kejadian itu."

Bazel membenci Batari, di dalam dadanya tersimpan dendam untuk membuat gadis itu menderita, dan tidak tenang seumur hidupnya. Karena, Batari yang membuat Papanya tertidur untuk selamanya. Konyolnya, Batari tidak mengakui, bahkan tidak ingat kejadian itu.

Usai menangis dan berdoa, Bazel bangun dari duduknya dan membawa motornya pergi ke suatu tempat. Dia membawa motornya ngebut untuk meluapkan emosinya. Dia memasuki sebuah komplek perumahan, dan setelah masuk lebih dalam lagi.

Bazel baru saja berhenti di depan sebuah rumah yang sudah lama ditinggalkan hanya tersisa dinding-dinding yang tak utuh, atapnya berantakan dengan bekas menghitam habis terbakar.

Rumah dengan dua lantai dengan satu lantai ground yang tidak kentara dari luar itu tampak horor dan berbahaya. Orang-orang bilang itu rumah hantu. Youtuber horor pernah ada yang datang ke rumah itu dan berasumsi yang bukan-bukan bahwa ada penunggunya dengan bau gosong.

Tangannya Bazel terkepal kuat. Dari posisi ini dia kembali mengingat kejadian 6 tahun lalu itu. Bazel matanya mulai berkaca-kaca saat kembali bayangan seorang anak perempuan keluar dari halaman samping rumahnya dengan langkah terseok tanpa alas kaki, anak kecil itu menangis sesenggukkan berjalan pelan menuju padanya.

"Bazel, Papa mana?"

"Tolong-tolong, Mas Wira ke mana?"

"Mbak, Pak Wira ditemukan di lantai Ground terbakar sekujur tubuh, dan sudah meninggal."

"Kamu yang bunuh suami saya?"

"Papa meninggal?"

"Kamu yang bunuh suami saya???"

"Enggak, bukan!! Aku nggak tau!!"

"Kamu bakar Papa!!! Kamu pasti yang celakain Papa! Kamu bunuh Papa!"

"DIAAAAAAM!"

☁️☁️☁️


Happy reading!

29 FEBRUARI 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top