Bab 53
53:: Jangan takut, jangan menangis
☁️☁️☁️
Bazel 10 tahun yang lalu....
Seorang anak cowok yang tampan menggemaskan itu memperhatikan Papanya sedang memasukkan barang-barang ke dalam mobil, koper-koper besar ke bagian belakang mobil. Di kursi depan sudah ada sosok wanita sedang hamil besar. Dia tidak mengerti akan pergi ke mana, sebab semua barang yang besar sudah dibawa oleh truk kuning kemarin harinya. Perabotan rumahnya yang penting sudah dibawa oleh mobil besar, entah di kemanakan. Apa mungkin sudah dijual?
Bazel sudah nyaman dengan rumahnya tetapi katanya mereka akan pindah ke tempat yang lebih besar, dan halamannya luas sekali.
Sosok pria berwajah tampan dan muda itu mengacak puncak kepalanya. Dia mengangkat Bazel agar bisa masuk ke dalam kursi mobil yang tengah.
"Mulai sekarang kita akan bersama terus ya, Sayang," ucap Papa.
Bazel sangat senang mendengarnya, dia selama ini hanya bertemu dengan sang Papa hanya beberapa kali dalam seminggu. Dijanjikan seperti itu tentu sangat senang.
Mobil pun melaju dalam perjalanan Bazel sibuk bermain robot-robotan, sedangkan kedua orang tuanya berbicara hal itu.
"Mas, apa nanti Ibunya istri pertamamu nggak marah?"
"Yah, mau gimana lagi, sekarang udah saatnya kita lebih baik satu rumah. Lagian kita tinggal di rumahku, rumah sendiri."
"Iya, aku sih ngerti, tapi anak perempuanmu seumuran sama Bazel. Apa nanti mertuamu nggak mengamuk tau bahwa kamu punya istri kedua."
"Keluarga mereka lebih buruk, dan busuk. Mereka sama aku udah putus hubungan sejak aku keluar rumah," jawab sang pria dewasa. "Mereka, anak-anak kita masih kecil, jadi lebih baik dari sekarang kita memulainya."
"Baik, makasih ya, Mas. Kita bisa bareng-bareng berjuang setelah apa yang terjadi."
Wiratama tertawa bengis, dia sudah enam tahun hanya tinggal bersama anak perempuannya sebab sang istri pertama sudah meninggal. Sebelumnya dia tak bisa membawa Eliana ke rumahnya, dia masih menumpang di rumah Ranny Ayu, mertuanya.
Dia sudah membeli rumah yang menjadi impiannya melanjutkan kehidupan yang bahagia bersama Eliana.
"Tenang aja, kamu bisa kerja, Bazel akan dijaga sama Nanny Olla juga."
"Batari anaknya gimana ya, Mas?" tanya Eliana, dia tidak tahu karena memang tidak pernah bertemu sebelumnya. Hubungannya dengan Wiratama sangat dirahasiakan sejak lama.
"Dia-pendiem, penurut, dan kadang suka aneh. Dia suka ngomong sendiri, jangan kaget, ya kayak anak kecil lainnya yang suka main-main, dan ngobrol sama boneka."
"Beneran kan anak itu nggak bakalan nakal?"
"Kenapa takut? Bukannya Bazel yang cowok biasanya nakal?" Wiratama melihat ke belakang sang anak cowok itu anteng saja.
"Beda, kami kan baru datang sedangkan Batari akan menganggap Bazel orang asing."
"Nanti aku bantu deketin mereka, tapi gak janji. Aku nggak bisa deket sama Batari. Percayalah, mereka sama-sama anak baik."
"Baik," jawab Eliana belum tenang banget. Ya, perasaan wanita sebagai orang ketiga begitu, tidak akan tenang, takut tidak diterima oleh siapa pun.
"Kalo Batari membuat Bazel nggak nyaman bagaimana? Siapa yang bakal kamu pertahanin?"
"Ya jelas kalian." Wiratama menjawab santai.
"Seandainya anak itu nggak mau menerima kita?"
"Harus dibiasakan bersama."
"Kenapa dia tetap bersama Mas, padahal dia bisa bersama dengan Neneknya?" tanya Eliana.
"Aku hanya ingin anak itu berada dalam pantauanku. Dia salah satu yang berharga dalam keluarga Soeharso."
"Untuk warisan dalam keluarga mereka? Kamu udah terlalu tua jika saat itu tiba." Eliana mendengkus aneh.
"Yang penting kita bisa memiliki jaminan hidup sampai tua nanti. Pekerjaanku nggak selamanya akan bisa menghasilkan banyak uang."
☁️☁️☁️
Mobil itu masuk ke dalam halaman rumah yang sangat luas, dan berhenti tepat di depan teras pintu masuk. Bazel turun dari mobil bersama dengan sang Mama yang lagi hamil besar. Wiratama sibuk menurunkan koper-koper.
Bazel nyengir gugup saat terlihat Mamanya merangkul bahunya erat. "Kita pindah ke sini sekarang, bisa lebih dekat sama tempat kerja Mama."
"Ma, itu siapa?" Bazel bertanya rada takut ketika melihat ada sosok perempuan tersenyum di teras rumah.
Seorang perempuan memakai baju terusan, dengan rok selutut. Baju berwarna soft pink dan rambut panjangnya dikucir satu.
"Nanti biar Papa yang kenalin," kata Mama senyum kecil.
Wiratama mengajak Bazel dan Eliana memasuki teras rumah itu. Bazel menatap sekeliling rumah itu, dia tersentak kaget saat kepalanya dielus lembut oleh tangan perempuan.
"Hai, namanya siapa?" tanya perempuan berseragam soft pink itu.
Bazel nyengir lebar. "Bazel." Dia menyalami tangan perempuan itu seperti yang sering diajarkan oleh Mama.
"Ini Nanny Olla, nanti yang jaga kamu kalo Mama kerja. Nanny Olla yang bakal nganter Bazel sekolah TK juga." Wiratama terlihat menyipitkan matanya mencari-cari seseorang.
"Hai Nanny Olla, saya Eliana. Salam kenal."
"Hai juga Nyonya Eliana," ucap Nanny Olla ramah. "Selamat datang di rumah."
"Batari mana?" tanya Wiratama merasa heran ada yang kurang di sana. Gadis kecil yang suka menghilang sendiri itu.
Bazel mendapati ada seorang anak perempuan yang lebih tinggi sedikit darinya, perempuan yang berambut sebahu, dengan kemeja merah dan celana jeans. Sebuah jam sport warna hitam di tangan kirinya. Anak perempuan itu menatap Bazel penuh selidik sedikit menakutkan.
"Batari, ini Bazel, dia adikmu."
"Bazel." Anak cowok itu mengulurkan tangannya.
Cewek bernama Batari itu tampak heran mengerutkan keningnya. Tapi dia terpaksa menyalami tangan Bazel.
"Aku Batari. Adik cowok? Aku punya adik?" tanyanya dengan nada suara tak percaya.
Eliana menjadi tegang menatap Wiratama, Bazel jadi takut gara-gara anak perempuan jutek itu.
Tidak lama cewek bernama Batari itu melengos cuek lagi dan lari masuk ke dalam rumah.
Bazel diajak masuk menuju kamarnya. Di dalam kamar itu dibantu oleh Nanny Olla merapikan bajunya, Bazel melihat-lihat pemandangan dari kamarnya yang mengarah ke belakang rumah, secara mengejutkan semakin ke belakang rumahnya semakin ke bawah.
Dengan posisinya yang rata dengan teras depan, saat membuka jendela ada pemandangan ke bawah yang indah. Di sana ada kolam renang, dan dikelilingi taman-taman. Bazel melihat anak perempuan itu sedang duduk di salah satu kursi taman sedang bermain, tepatnya bicara sendirian.
"Jangan sampe kamu terpengaruh sama Batari, ya anak cakep," kata Nanny Olla.
"Memangnya dia kenapa, Nanny?"
"Aneh, suka ngomong dan ketawa sendiri. Hati-hati juga, karena dia suka menyakiti," ujar Nanny Olla berbisik-bisik. Perempuan itu menunjukkan sesuatu di lengannya berupa luka segaris panjang beberapa senti. "Dia melukai Nanny sampe harus dijahit."
"Dilukai karena apa?"
"Nanny bikinin teh manis, tapi dia nggak mau minum sampe dilempar gelasnya. Pecahan gelasnya diarahkan ke Nanny sampe bikin luka terkena goresannya."
Bazel menjadi sangat takut mendengar cerita itu. Dia bergidik ngeri. Usai dirapikan bajunya oleh Nanny Olla, Bazel main mobil di kamarnya. Ketika pintunya diketuk ada sosok anak horor itu berdiri di pintu.
"Ayo kita main bareng, katanya kamu adikku!" ajak Batari dengan suara riangnya, dan itu terdengar mengerikan mengingat cerita dari Nanny Olla.
"Nggak mau, aku mau istirahat."
Sebenarnya Bazel masih takut tidak mau main sama Batari. Bazel tidak pernah bertemu dengan anak perempuan yang menakutkan, temannya di PAUD lama manis-manis dan baik.
☁️☁️☁️
Bazel belum bisa akrab dengan sang kakak, dia cenderung menghindari Batari yang selalu ngajak main bareng. Bazel ingin main sendirian, dia melihat Batari sedang mencari-cari sesuatu di lemari dekat ruang makan.
Bazel melihat perempuan itu membawa gunting berjalan lewat depannya. Bazel berusaha tak peduli fokus pada mainannya.
"Batari, kamu ngapain? Apa-apaan kamu!"
Suara keras itu menjadi teriakan pertama yang menyeramkan dari sang Papa.
Bazel sedang bermain puzzle di ruang keluarga sendirian. Dia mengintip ke arah ruang kamar kedua orang tuanya yang pintunya terbuka. Dari posisinya Bazel bisa melihat sang Mama sepertinya sedang ketakutan duduk di pinggir kasur dan mengelus perutnya. Sang Papa sedang berdiri melotot pada Batari.
"Kamu mau mencelakai istri saya?" maki Papa pada anak itu.
Bazel mengerjapkan matanya tidak percaya, dia merasakan seseorang datang dan membawanya menjauh dari posisinya.
"Kamu jangan liat Papa marah, biarin aja Papa marahin anak itu." Nanny Olla menenangkan Bazel.
"Kenapa Papa marah?" Bazel jadi melirik-lirik lagi ke arah ruangan, suara marah sang Papa pada anak perempuan itu makin besar.
"Wajar Papa marah, masa perutnya Mama mau ditusuk dengan gunting." Tutur Nanny Olla membuat Bazel melongo.
"Tapi Mama gapapa?" tanyanya khawatir. "Adikku bagaimana?"
Bazel ingin mendekati ke kamar Mamanya, dia sampai ke pintu kamar itu dan melihat Batari sedang menahan kekesalan dengan wajah merah.
"Aku nggak mau nusuk Mama, aku cuma mau bantu gunting benang-benang jahit di bajunya." Jelas Batari membela dirinya.
"Jangan alasan! Kemarin kamu udah nyaris membuat Mama terpeleset di dapur karena numpahin air Nutrisari!" seru Papa ketika melihat Bazel di dekat mereka jadi menutup pintu kamar tersebut.
Bazel meneguk ludahnya dengan mata membulat. Dia diajak oleh Nanny Olla untuk bermain leggo bersama di ruang keluarga.
Dia sangat khawatir baru tahu bahwa sang Mama dalam bahaya sejak pindah ke rumah baru ini. Anak itu aneh, membahayakan untuk keluarganya. Bazel menjadi sangat cemas tidak tenang dengan kepindahan ini. Dia berharap bisa kembali ke rumah lamanya saja.
☁️☁️☁️
Bazel merasa tidak cukup nyaman tinggal di rumah itu, dia amat menghindari bersinggungan dengan Batari. Beberapa kali Bazel didekati oleh Batari namun Nanny Olla datang bagai malaikat pelindung, untungnya Batari si anak seram itu segera kabur. Bazel jadi merasa aman berada di dekat Nanny Olla, sebab Batari akan menjauh sejauhnya.
Sore itu Bazel sedang belajar berhitung di ruang tamu oleh Nanny Olla.
"Batari, kamu belajar sama Nanny Olla bareng Bazel!" seruan Papa terdengar dari lantai paling atas, tempat yang biasanya dijadikan kamar tamu, kamar Nanny Olla dan gudang.
"Nggak!" Batari balas menjawab dari meja makan.
Bazel mengintip dari balik dinding, di ruangan makan ada Batari sedang marah-marah mau nangis.
"Belajar sana!" omel Papa. "Gimana mau berkembang jadi pinter?"
"Aku lebih pinter dari Bazel. Aku nggak mau sama Nanny! Pokoknya nggak mau belajar! Kalo dipaksa aku bakal-" Batari mengamuk mengambil sebuah asbak kecil dari tanah liat, dan melemparkannya ke dinding.
Siapa yang tidak terkejut dari pintu kamar itu ada Eliana keluar terkejut dengan pecahan yang berserakan di depan kamarnya. "Astaga! Mas!!"
"Eliana, kamu masuk ke dalam kamar dulu! Olla, bantu beresin pecahan asbak!" Wiratama berubah menjadi menyeramkan menatap Batari yang sedang memalingkan wajah. "Kamu bakal Papa kunciin di gudang!"
Bazel melihat sendiri gadis itu dibawa paksa sambil meronta-ronta tidak mau. Papa mencengkeram erat lengan Batari, dan membawanya ke gudang di lantai paling atas rumahnya.
"Papa, maaf, aku nggak sengaja lempar asbaknya. Papa jahat nggak pernah dengerin aku, nggak mau belajar sama Nanny Olla!!"
Dan hingga suatu hari Bazel jadi tahu mengapa Batari sampai mengamuk menolak untuk diajarkan pelajaran kecil-kecilan oleh Nanny Olla.
Bedanya, Bazel tidak bisa mengungkapkannya. Dia sangat takut.
☁️☁️☁️
Anak kecil lucu berusia 7 tahun itu tidak memahami banyak, dia sangat takut jika berkata semua yang dialaminya tidak akan dipercaya.
Bazel memendamnya sendiri ketika mendapat perlakuan buruk dari seorang parawat anak kecil yang sudah dipercaya oleh Papanya. Dia tidak bisa banyak mengadu, sebab kedua orang tuanya cukup sibuk, sang
Mama sedang fokus pada adik barunya, dan pekerjaan kantoran padahal sedang cuti masih diganggu.
Sang Papa, penulis terkenal yang sibuk sama kerjaan dan suka ke luar kota.
Hanya ada seorang anak perempuan, sang kakak dari beda ibu yang sering di rumah itu bersamanya.
Bazel tidak mau bertumpu pada Batari yang juga menyeramkan gara-gara terpengaruh akibat perlakuan buruk Nanny Olla.
Selama ditinggal oleh Mamanya yang sibuk dengan urusan bayi bolak balik ke RS, dan Papanya juga tidak di rumah. Selama beberapa hari Bazel di rumah bersama Nanny Olla dan Batari.
Mama Bazel baru saja pulang dari rumah sakit usai melahirkan, semuanya sibuk di luar kamar meninggalkan bayi kecil itu di dalam kamar Mama dan Papa. Bazel sangat menyukai nama adiknya, Melody.
Dia akan menjaga sang adiknya sebaik mungkin. Bazel melihat ada seseorang masuk ke dalam kamar itu, siluetnya mirip Batari karena kecil dan berambut pendek. Bazel jadi fokus bermain mobil-mobilan di ruangan.
"Astaga! Batari!!"
Bazel bangun dari duduknya untuk datang ke pintu kamar, dia tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Dia hanya melihat bayangan Batari masuk ke dalam kamar itu.
Bazel syok bukan main kala melihat adik bayinya tertutup selimut seluruh tubuhnya dengan sebuah selimut. Di sana ada Nanny Olla dan Batari yang sedang syok pucat pasi.
"Batari, kamu ingin bunuh adik? Tuan, Nyonya!" seru Nanny Olla mengambil selimut itu dari atas tubuh bayi.
Bazel diam saja tidak mau buka suara sebab takut dicelakain Batari, seperti gadis itu berusaha mencelakai orang lain. Bazel melihat sendiri tadi Melody tertutup selimut seluruh tubuhnya.
"Astaga, itu selimut lama dari lemari baru dicuci tadi. Tadi Batari yang teriak-teriak nyari selimut!" Eliana histeris mendatangi sisi bayi dan mengecup anak mungil itu.
Batari benar-benar menyeramkan ingin mencelakai bayi tak berdosa. Wiratama pergi mencari anak itu dan meyeretnya ke depan kamar.
"Kamu yang nutupin Melody dengan selimut!?" cerca Wiratama.
"Iya, Pa, biar adik hangat. Tapi tadi aku kaget sama kedatangan Nanny Olla jadi selimutnya terjatuh menutupi seluruh tubuh Melody."
"Kamu menutupi bayi-ku seluruh tubuhnya, kamu ingin dia mati? Sini kamu ikut saya!!!"
"Saya saksinya Batari nutupin seluruh tubuh Melody!" pekik Nanny Olla.
"Bohong!! Nanny bohong!!" seru Batari membela dirinya..
Seperti biasa Papa menghukum Batari di gudang karena kelakuan gadis itu yang berbahaya. Bazel juga melihat Batari masuk ke dalam kamar itu, dia tidak menyangka adiknya menjadi sasaran terbaru kejahatan Batari.
☁️☁️☁️
Baru saja Nanny Olla menggorengkan telur, padahal Bazel tidak mau makan telur. Hal yang sudah biasa terjadi Nanny Olla tidak memasak makanan kalau tidak ada majikan di rumahnya.
Bazel dengan amat terpaksa makan telur yang bentuknya aneh dan tercium aroma tak biasa itu.
Nanti sore Papa berjanji akan mengajak Bazel jemput Mama pulang kerja, dia makan siang itu agar tidak diaduin ke Papanya, tidak seperti Batari yang sering tidak mau makan.
"Nanny, telur yang digoreng dan dikasih ke Bazel itu udah busuk. Nanny jahat! Nanti Bazel sakit dan jijik sama makanan sepertiku!" maki Batari membuat Bazel yang merasakan telur rasa aneh itu menjadi tertegun.
Bazel segera memuntahkan isi mulutnya terbayang dengan ucapan Batari, dan makanan yang dimulutnya itu memang tak wajar. Sangat bau yang memuakkan.
"Makan saja, atau saya aduin ke Tuan!" balas Nanny Olla.
"Aku bilangin telurnya busuk, lebih baik aku minum susu bikin sendiri, daripada makan masakan Nanny yang kacau."
"Dasar anak nakal!!" seru Nanny Olla.
Perempuan itu mengejar Batari yang kabur dengan lincah.
Bazel bersembunyi ketakutan saat melihat Nanny Olla mendapati Batari di ruangan tengah. Perempuan itu memberikan satu cubitan keras di lengan Batari, sampai gadis itu menjerit keras. Dan tangan kanannya memberikan jambakan keras pada rambut Batari.
"ARGGGGG! Sakit Nanny!!!!"
Bazel mencengkeram erat tembok, dia tidak tahu harus berbuat apa. Tangan kanannya meraba bagian pahanya yang masih sakit, sebab kemarin dicubit keras oleh Nanny Olla.
Bazel juga merasakan apa yang Batari rasakan. Tapi dia tidak tahu harus bagaimana. Anak kecil itu sangat takut dan bingung hanya bisa melihat dan matanya memanas. Deru napas Bazel mulai tak teratur karena degub jantung dan tekanan dalam dirinya.
Kamu pasti bisa lawan dia! Hanya itu yang dia ucapkan dalam hatinya.
Satu sikutan tajam dari lengan Batari mengenai perut Nanny Olla.
"Kamu berani sama saya?!" bentak Nanny Olla meringis berkat disikut oleh Batari.
Plaaaaak!!!!
Batari memegang pipinya yang baru saja ditampar oleh Nanny Olla.
"Anak gila!!" maki Nanny Olla.
"Nanny yang gila!"
Bazel hanya bisa melihat semuanya dan diam saja. Diamnya yang menyakiti orang lain.
☁️☁️☁️
Bazel menatap ke layar laptopnya yang mulai menayangkan video yang diberikan oleh Andra, katanya itu benda penting yang harus Bazel lihat. Dia sudah menonton video cerita Batari saat berumur 4 dan 5 tahun.
Lamunan cowok itu segera melayang ke awal pertemuannya dengan Batari sejak kecil. Sebentar lagi dia akan melihat video 6, yang akan menceritakan usia Batari kala bertemu dengannya.
"Hai, nama aku Adyura Batari. Ini video terapiku mencoba mengingat saat umur 6 tahun. Di usia ini aku bertemu dengan orang baru, yang membuat dunia jadi ramai, di rumah aku nggak kesepian lagi.
"Saat itu aku baru tau kalo punya adik cowok bernama Bazel, dia anak dari istri kedua Papa. Mereka menikah tanpa aku tahu, entah menikah kapan, aku nggak tau. Saat mereka datang, aku sangat senang ada orang lain yang mungkin bisa menyelamatkanku dari Nanny Olla. Tapi, wanita itu sibuk sekali.
"Mama Eliana sedang hamil anak keduanya, Bazel seumuran denganku, tetapi aku lebih tua beberapa bulan. Bazel anaknya pendiam, tampan, lucu dan penakut. Saat mereka datang aku tau, aku tak akan sendiri lagi. Aku nggak perlu takut lagi, tapi ternyata akan ada anak lain yang nggak berdaya disakitin oleh pengasuh itu. Aku? Jadi korban fitnah wanita jahat itu. Niat baikku selalu salah, aku mau bantuin gunting benang disangka mau nusuk. Aku dituduh numpahin air di dapur, dan yang ini memang salahku. Aku takut tertekan selalu mengamuk, menolak disuruh belajar oleh Nanny Olla. Aku nggak mau sama dia lama-lama, takut, kesal dan marah. Aku melempar asbak dari tanah liat dan nyaris mengenai Mama Eliana. Papa hukum aku di gudang yang sepi, gelap, dan jauh dari suasana ramai lantai bawah. Karena lantai atas memang jarang digunakan."
Tangan Bazel terkepal di atas pahanya, dia menjadi kesal kembali mengingat tentang Nanny Olla lagi.
"Aku juga dituduh ingin membunuh adik baruku, Melody. Padahal cuma ingin anak bayi itu hangat. Aku dikejutkan dengan kedatangan Nanny Olla sehingga selimutnya jatuh ke atas tubuh bayi itu. Aku nggak bermaksud, semua orang salah paham. Aku sayang sama Melody, dan Bazel."
Penyesalan selalu datang belakangan, Bazel selama ini hanya percaya cerita dari sisinya saja dan sudah dikemas menyudutkan Batari. Siapa lagi kalau pengaruh dari ucapan Nanny Olla.
"Gue sayang sama lo juga, Batari. Terima kasih pernah menyelamatkan gue yang nggak tau diri ini. Maafin gue yang jahat dan bego." Ucapan itu membuatnya kesal, dia terlambat menyadari, dan memperbaiki semuanya.
Bazel menutup laptopnya, dia tidak kuat baru menonton beberapa video milik Batari membangkitkan rasa sedih, kesal, kecewa, dan takut dalam dirinya.
Tidak bisa kah waktu kembali saat dia bisa mendengarkan cerita dari Batari langsung.
Cowok itu terkesiap saat mengingat ada video lainnya yang menarik minatnya.
Bazel mempersiapkan dirinya lain waktu saat lebih tenang, untuk melihat video yang akan menjadi sangat penasaran untuknya. Video yang berjudul 10, alias usia di mana Batari mengalami kejadian kebakaran itu.
Bazel sangat takut jika akan mendapati rahasia yang tak pernah dia percaya.
Dia tidak ingin jadi pengecut, dia menyalakan laptop kembali dan membuka folder video-video itu. Dia harus bisa menghadapi, mendengarkan semua rekaman video orang yang sangat dibencinya.
Bazel mengernyitkan dahinya ketika video berjudul 10 itu ada dua buah.
Rasa penasaran dalam dirinya tidak bisa ditahan lagi. Dia memencet video yang berjudul 10 untuk mengecek sesuatu. Dua buah video itu akan diputar bergantian, bisa jadi karena cerita saat di usia itu sangat panjang jadi dibagi menjadi dua buah.Dia harus siap melihatnya saat itu juga.
Bazel melihat video itu yang menceritakan ketika Batari mengalami tragedi kebakaran. Ceritanya sama seperti yang selama ini diceritakan oleh Batari. Batari tidak ingat, dan dia yakin tak membunuh Wiratama.
"Aku nggak membunuh Papa, tapi mereka menyalahkan aku."
Oh, shit.
Bazel memencet video yang satu lagi segera berputar
Batari sudah berbeda bajunya. Sepertinya diambil di lain hari. Bazel mengangkat sebelah alisnya dan jantung berdetak cepat sekali ingin tahu video yang itu berisikan apa.
"Hai, nama aku Adyura Batari. Aku mau cerita, semalam mengalami mimpi aneh. Aku melihat Papa dengan baju terbakar kemudian terpeleset tepat di depanku. Jatuh berguling di tangga dari depan hadapanku menuju dapur bawah yang letaknya di lantai dasar. Tapi mimpi itu rasanya de javu, seperti aku melihat langsung sendiri. Apa itu kejadian yang nggak aku ingat? Aku tahu, tapi dulu aku selalu berusaha nggak mau mengingatnya karena itu menyakitkan hatiku. Aku melihatnya terjatuh, dan meninggal terbakar.
"Apakah ini memori yang sebenarnya terekam dalam otakku, namun tak pernah aku ingat? Jika benar, aku merasa akulah yang tak bisa apa-apa. Baiklah, tapi aku masih kecil. Apa yang bisa aku perbuat? Apa memang sebenarnya aku berpura-pura nggak mengingat? Hingga terbawa sampai dewasa, aku bersikap nggak mengingat apa-apa? Obat penenang dan terapi itu mulai membantuku? Aku ini manusia apa?"
Bazel tertegun. "Jadi? Kalo mimpi itu benar, sebenarnya dia ragu-ragu karena takut sama kenangan buruknya sendiri?" Bazel menggumam sendu.
"Aku nggak yakin sama bayangan dalam mimpi itu, aku juga lupa apa itu sungguhan yang aku ingat tentang kematian Papa. Entahalah, aku cuma ingin meluapkan kebingungan ini. Mimpi itu muncul setelah aku minum obat dari Dokter Kanya. Apa dengan perasaan tenang, aku bisa mengingat hal itu? Aku belum cerita ke siapa-siapa, karena itu hanya mimpiku. Mimpi yang aneh dan terasa nyata. Bagiku, itu masih abu-abu."
Seluruh tubuh Bazel meremang tak percaya. Dia mengusap wajahnya gusar, dan rambutnya dijambaki kuat-kuat. Perasaannya menjadi suram, membuatnya jadi gelisah karena tak bisa apa-apa lagi.
"Maaf, maaf, maaf, gue selalu nuduh lo. Padahal nggak cuma gue yang takut, dan kacau. Maaf, gara-gara gue lo depresi."
Batari sudah jauh darinya, tidak akan bisa dia memohon maaf. Biarkan Semesta yang bekerja untuk mereka.
☁️☁️☁️
Kira-kira selanjutnya bakal ada part apa?
Udah siap endingnya? 😁😁
14 JULI 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top