Bab 51
51:: Kamu boleh menghilang
☁️☁️☁️
Boneka beruang besar yang dibawa oleh Andra sudah tak berarti lagi ketika dirinya beserta Acha mendapati kamar ruang ICU itu di depan pintunya sudah tidak ada nama Batari lagi. Keduanya saling bertatapan heran, tapi ada sedikit kelegaan, berpikir siapa tahu Batari sudah dipindahkan ke ruangan perawatan.
Di lorong rumah sakit yang sepi itu keduanya hanya saling bicara dengan raut wajah yang tak percaya, mengira sudah salah pintu kamar, sebab di lorong itu ada sekitar 8 kamar ruang ICU.
"Kemarin bener di lantai ini kan?" Akhirnya Andra bersuara daripada hanya terpaku diam-diaman saja dengan Acha.
"Iya bener kok." Acha mengangguk yakin. Dia mana mungkin tidak ingat atau nyasar ke lantai lain.
"Cha, yuk kita tanya ke suster yang jaga di pintu depan," ucap Andra mengajak karena mereka tadi main masuk saja ke lorong deretan ruang ICU.
"Kira-kira Batari ke mana ya?" Acha memeluk parsel buah yang dibawanya.
Andra sudah semakin kacau perasaannya, dia menggelengkan kepala berusaha tidak berpikir macam-macam. Siapa yang tahu, bagaimana keadaan Batari, dia tidak menjaga gadis itu terus-terusan.
Dua remaja itu kembali ke lorong depan tempat di mana ada meja penjaga, yang tadi memang tak ada siapa pun di sana makanya mereka tidak dicegah. Suasana di rumah sakit masih lumayan sepi, sebab mereka datang di jam besuk pagi sekitar pukul 10.
Andra sudah membeli sebuah boneka yang akan diberikan ke Batari untuk menemani tidur. Cowok itu mengangkat kedua alisnya mendadak resah kala melihat Riko berjalan ke arah mereka dengan langkah besar-besar. Andra semakin gugup kala raut wajah Riko sangat serius, dan dingin.
"Batari nggak ada di kamar ruang ICU, dia dibawa sama keluarganya pengobatan ke rumah sakit lain tadi pagi, kata suster yang jaga." Jelas Riko yang memang sudah datang lebih dulu sejak tadi. "Tapi, dirahasiakan kepindahannya ke mana."
"Beneran?" Andra tak percaya membuka mulutnya dan sendi lututnya lemas. Mungkin dia adalah cowok bertampang preman, tapi hati selembut sutra yang pernah ada. Andra dilingkupi perasaan cemas.
"Jadi, kemungkinannya Batari pengobatan dibawa ke luar negeri? Gue belum sempat ngomong lagi sama dia, gue pengen nemenin dia, Rik," ujar Acha sudah kacau perasaannya. "Gue nggak bisa ketemu sama dia, gue pengen ketemu sama dia."
"Ya, nggak ada yang tau sama kepergiannya, kecuali keluarganya," sahut Riko yang tadi juga sangat lemas kehilangan Batari tanpa kabar sama sekali.
Semuanya memilih untuk pulang. Di tengah jalan Andra memutuskan sesuatu, dia mengambil inisiatif untuk ke rumah Ibu Ranny, dia harus memastikan lebih lanjut pada keluarga cewek itu. Dia pergi sendirian ke rumah Ibu Ranny, rumah Batari yang lama.
Tak peduli di sana dia akan bertemu dengan siapa, pasti akan ada info yang bisa dia dapatkan. Sepanjang perjalanan Andra menenangkan diri, tetapi tangisnya tidak bisa ditahan. Lagu yang dia putar seakan tak masuk ke dalam telinganya. Untung dia masih bisa menguasai diri membawa kendaraan roda empatnya dengan keadaan kacau.
Cowok itu masuk ke dalam rumah, dan diterima oleh sang asisten rumah tangga. Menurut asisten rumah tangga itu, Ibu Ranny ada di rumahnya. Pasti ada sesuatu yang tidak diketahui olehnya.
Andra sedang menunggu gelisah di ruang tamu dengan boneka beruang yang diletakkan di sebelahnya. Kalau benar Batari sedang pergi di luar negeri, dia akan meninggalkan boneka itu agar bisa dibawa keluarga Batari untuk anak perempuan itu.
"Hai, brother!" Andra segera berdiri saat melihat sosok cowok datang pada mereka, Rishad. Si cowok berwajah jutek, dan dingin yang merupakan sosok paling bikin Andra sedikit ngeri.
"Thanks ya udah selalu baik sama Batari," ujar Rishad. "Lo harus ikut gue ke suatu tempat, bawa bonekanya juga, lo bisa taruh sendiri di kamar dia."
Andra membawa boneka besar itu mengekori Rishad yang mengajaknya ke suatu tempat, tapi katanya tadi mereka ingin masuk ke dalam kamar Batari? Cowok itu pernah sekali masuk ke dalam kamar Batari.
Pemandangan di dalam kamar Batari tidak banyak berubah, masih tetap luas dengan barang minimalis dan memang ukurannya sangat besar mau diisi barang banyak juga masih tetap luas.
Andra bisa merasakan parfum milik Batari menguar memenuhi kamar itu, dia jadi merasakan kesedihan yang menyelimuti hatinya. Pemuda itu berjalan meletakkan boneka besar di salah satu kursi, dia perhatikan Rishad yang diam saja di depan meja belajar Batari.
"Gimana keadaan dia?" tanya Andra suaranya serak. "Dibawa ke mana?"
"Kritis karena pendarahan otak, kabar terakhir dari Om Deka di sana begitu." Rishad masih berdiri di depan meja belajar Batari. Sibuk sendiri. "Dibawa ke Singapore."
Andra berjalan menuju meja di depan jendela kamar Batari, dia tahu ada yang baru di dalam kamar itu. Sebuah bunga matahari yang sudah layu dalam vas kaca bening, hanya bagian tengah bunga tersebut yang masih berwarna. Cowok itu menahan napasnya mendengar kabar tentang Batari.
"Bakal parah banget?" tanya Andra pelan.
"Bisa jadi lebih parah dari yang dibayangkan," sahut Rishad. "Coba lo liat di kolong tempat tidur situ!"
Andra menoleh dengan kening berlapis mengerut. "Ada apa?"
"Ya lo nanti tau sendiri, gue juga baru tau tadi pagi, berkat buku diary Batari." Rishad menunjukkan sebuah buku berwarna biru.
Andra jadi penasaran sama ucapan Rishad sekaligus buku diary Batari. Tetapi ucapan Rishad mempengaruhinya jadi mencari tahu, dan pergi ke kolong kasur Batari dengan posisi merebahkan dirinya di lantai. Mata cowok itu melebar melihat hal yang tak pernah terbayangkan olehnya, di kolong kasur itu ada sebuah papan tulis yang menempel pada besi kasur. Sepertinya ditempel dengan lem yang sangat kuat sampai bisa tertempel dengan kuat.
Bukan hanya keberadaan benda aneh itu saja yang mengejutkannya, dia mendapati di papan tersebut ada gambar sosok cowok dengan nama di bawahnya bertuliskan nama Andra. Dia menahan getir dan hati yang dihujani perasaan sedih, di sebelah gambar sosok Andra ada beberapa gambar lainnya dengan nama-nama berbeda; Kesha, Erik, Geo, Geri, Alita, Yura, dan Acha.
Dengan melihat nama-nama itu Andra langsung melambungkan lamunannya ke yang lalu-lalu. Dia masih mengingat siapa Kesha, Erik, dan Geo. Mereka adalah teman imajinasi Batari yang sering menemani cewek itu bicara-dan manusia normal melihatnya Batari sedang bicara dan tertawa sendirian, Andra adalah orang yang sering melihat kejadian itu.
Sosok imajinasi bernama yang terpaksa harus dilenyapkan oleh Batari agar dia bisa mencari kebahagiaan di dunia nyata. Sosok yang keberadaannya hanya ada dalam pikiran tetapi dianggap sungguhan ada oleh Batari.
Sedangkan Geri, Alita, dan Yura adalah sosok imajiner yang ada dalam diri Batari, sebab cewek itu tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Sosok Geri adalah Batari yang jago bela diri, berkelahi dan berani. Alita, yang pernah Andra selamatkan dari percobaan bunuh diri, dan Yura, si bayangan imajiner bagaimana Batari bisa menjadi anak orang yang sangat dia kagumi.
Andra mengepalkan tangannya, dan meninju pelan ke besi bawah kasur Batari, dia ternyata sudah benar-benar mengenal Batari dan masuk sangat jauh dalam dunianya. Dia tahu siapa saja nama-nama yang tertulis di sana.
☁️☁️☁️
Andra sangat terpukul, usai melihat gambar di kolong kasur Batari, dia duduk di sofa dengan pikiran campur aduk, kalutnya bukan main. Dia membayangkan bagaimana rasanya jadi Batari yang hidup dikelilingi oleh manusia fiktif.
"Gue nemuin ini di rak belajarnya, di amplopnya jelas itu nama lo," kata Rishad memberikan sebuah amplop kecil warna pink dengan tulisan Untuk Andra. "Jadi benda itu ditujukan beneran buat lo!"
"Ini apa?" Andra memandangi benda itu.
"Isinya flashdisk dan surat, tapi gue nggak mau liat, bukan hak gue. Lo liat sendiri aja isinya," jawab Rishad.
"Iya, nanti gue bakal cek di rumah." Andra menyimpannya ke saku jaket
"Makasih ya Ndra, atas segala kebaikan, kepedulian lo. Makasih pernah memahami Batari lebih baik daripada keluarganya sendiri. Kita semua saat ini udah kacau, dan menyesali hal itu."
Andra teringat dulu sekali saat Batari yang sangat kacau tak ada yang bisa memahaminya, dia dikucilkan oleh keluarga dan dianggap gila. "Kalo kalian nggak seperti itu, gue nggak bakalan bertemu sama Batari. Takdir itu lucu, dan menyakitkan juga."
"Batari pernah bilang, nggak semua orang pintar bisa berefek positif buat hidupnya. Gue yang selalu merasa lebih baik, dan benar dari semua orang, apalagi elo, gue jadi merasa tersindir."
Andra mau menangis saja teringat kenangan yang pernah dia lalui bersama Batari dulu. Segala tawa, canda, dan kegiatan yang dilakukan bersama-sama.
Akan ku kenang kamu selalu.
☁️☁️☁️
Sudah seminggu dia menyimpan amplop kenangan dari Batari. Dia belum mampu mengumpulkan perasaan semangat hidpnya itu, dia menjadi pribadi yang pendiam, pemurung, dan lebih suka mencari pengalihan pikiran dengan bermain di luar, narik angkutan umum lagi, dan nonton para temannya balapan motor.
Dia tidak siap jika pikirannya terisi oleh bayangan kenangannya yang bahagia dengan Batari dulu. Kenangan indah yang tak akan terulang lagi. Kenangan yang hanya menjadi kenangan saja.
Andra melarikan diri dari segala pikiran tentang Batari, walau dia sangat ingin mencari tahu tentang perkembangannya.
Dua hari lalu Rishad memberi kabar bahwa Batari kondisinya sedang dalam kondisi yang amat membahayakan, kemarin Rishad berangkat bersama Jerry ke negara tempat di mana Batari sedang pengobatan.
Keduanya tak masuk sekolah dan gosip beredar mereka pergi untuk menemui Batari.
Perasaan Andra kacau sekali, kalau dua saudara sepupunya itu sampai datang ke sana. Pasti ada sesuatu yang genting dan dirahasiakan.
Jangan tanyakan soal Siera, anak itu sedang menjalani proses hukum. Awalnya Revaldi yang dituntut oleh Ibu Ranny, tapi cowok itu menyeret Siera yang membayarkan uang. Siera cukup histerius karena dituntut oleh Oma-nya sendiri dengan kasus percobaan pembunuhan. Siera terbukti merencanakan, serta membayar Revaldi. Siera juga mengakui bahwa dia yang mendorong Batari di tangga.
Semua gosip itu sudah beredar di sekolahan membuat Andra muak, dan traumatis. Karena kasus itu menyangkut gadis tercintanya.
Andra mulai berani, dia sudah mengecek folder di dalam flashdisk yang diberikan oleh Rishad, benda yang menjadi milik Batari dan diberikan secara resmi sampai ada tulisan yang ditujukan untuk Andra.
Di dalam folder tersebut ada beberapa buah video yang diberi nomor sepertinya memang sudah berurutan sesuai dengan nomornya. Anehnya nomor termuda itu dimulai dari angka 4, pemuda itu mencoba memutar video yang tidak terlalu lama durasinya.
Di layar menampilkan sosok Batari dengan latar berada di kamarnya. Andra tersenyum melihat Batari yang melambaikan tangan, dia tanpa sadar ingin melambaikan tangan juga menjawab sapaan Batari.
“Hai, namaku Adyura Batari, dipanggilnya Batari. Ini adalah video pertamaku bakal cerita di usia termuda yang paling aku ingat. Ini adalah bagian dari terapiku, agar aku bisa menerima kesedihan, aku harus bisa meluapkan memori buruk itu. Aku bakal cerita bagaimana aku di umur 4 tahun. Di usia ini yang masih teringat banget karena pengalaman burukku dimulai. Usia di mana aku nggak bisa berpikir dengan baik, memutuskan sesuatu, apalagi melakukan hal berani. Di sini aku masih sangat kecil, dan takut sama semua orang.”
Andra termenung di depan layar laptopnya melihat Batari yang akan bercerita tentang dirinya, sejujurnya Andra juga penasaran bagaimana masa lalu Batari kecil.
“Pengasuh itu namanya Nanny Olla, perempuan yang wajahnya cantik, dengan pipi tirus. Aku masih kecil, karena Papa sibuk, aku dibiarkan menghabiskan waktu sama Nanny Olla. Dia sering memperlakukanku kasar, bentak-bentak, dan sering memukul kalo aku salah. Dia tentu saja melakukannya di belakang Papa, di tubuhku sering ada luka memar bekas cubitan. Sayangnya, Papa nggak tau karena nggak ngurusin aku.
“Nanny Olla yang bikin aku nggak suka ikan, dan beberapa jenis sayuran. Sebabnya apa? Karena Papa sering ke luar kota buat workshop buku novelnya, aku sering ditinggal berdua saja, bagai neraka bersama dengan Nanny Olla. Dia sangat gila, sadis, aneh, dan tega banget membuat aku ketakutan, dan nangis. Nanny Olla sering ngasih makanan ikan yang udah busuk untukku. Dan memaksaku makan sayuran yang masih mentah, dan aneh. Setiap aku makan sampai dewasa, entah mengapa perut, dan otakku menolak segera memuntahkannya. Bukan makanannya yang membuatku takut, kondisiku dulu yang membuat sangat takut. Sayuran itu sehat kan, tapi saat dulu aku ketakutan olehnya.”
Cowok itu sudah larut dalam cerita Batari, dia menegang mendengar cerita asal bagaimana Batari tidak suka makan ikan, dan beberapa sayuran. Tangannya terkepal di udara, ikut merasakan bagaimana kesedihan, takut, dan tersiksanya Batari saat kecil.
“Nanny Olla juga sering memaksaku makan yang nggak biasa, menjijikan, dan saat itu aku nggak bisa menolak dan melawan. Kalau menolak aku bisa dipukuli, dan dikurung di gudang. Itu aku alamin selama dua tahun, dan belum ketahuan sama Papa sampai nanti umur 7 tahun. Jadi aku 3 tahun lamanya hidup dalam ketakutan. Belum sampai di sini, nanti di titik usiaku yang berikutnya, ada satu orang lagi yang menjadi korbannya.”
Andra mengembuskan napasnya ketika video itu berakhir, dia ingin melanjutkan menonton ke video selanjutnya. Namun, tangannya mengambil sebuah surat kecil yang sangat menakutkan baginya untuk dibuka, dia sangat takut melihat surat itu akan berisikan coret-coretan milik Batari seperti dulu kala. Surat yang berisikan kata-kata dari manusia yang sedang lelah dengan dunia ini.
Dear Andra...
☁️☁️☁️
Penasaran nggak sama isi suratnya??
7 JULI 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top