Bab 30
30:: Percaya?
☁️☁️☁️
“Udah selesai! Yuk balik!” perintah Ratu, dan memberi isyarat pada dua orang rekannya yang tadi ikut membantunya mempromosikan diri yang sebentar lagi ada pergantian jabatan OSIS. Barusan Ratu melakukan demo mengenai visi-misinya untuk setahun ke depan. Ratu CS berjalan membelah kerumunan anak kelas yang buru-buru ingin cepat pergi istirahat.
Batari mengejar Ratu, ekspresi wajah orang yang lain berubah cemas takut Batari mengamuk langsung melakukan baku hantam. Acha buru-buru menyusul Batari yang lagi mengejar Ratu.
Tidak.
Batari hanya ingin menanyakan apa maksud dari semua ini. Masih abu-abu yang tidak dipahami mengapa Ratu bisa melakukan hal itu. Bagaimana bisa Ratu mengetahui cerita itu?
“Ratu, tunggu!” Batari menyentuh bahunya, yang dipanggil menoleh dengan raut wajah terganggu. Cewek itu tidak sadar memanggil sangat kelewat kasual, seolah mereka adalah teman dekat dan suasana asing mereka tak pernah terjadi.
Ya, memang dulu baik-baik saja, tetapi setelah Batari menyadari beberapa hal tentang Ratu yang tak biasa. Rasa asing kembali sekarang. Batari baru menyadari, dia merasa ada yang janggal. Bukan hanya tentang Andra. Pokoknya aneh saja persoalan tentang Ratu yang pernah pergi jalan berdua dengan Bazel juga.
“Kenapa?”
“Gue mau ngomong!” Batari menegaskan tujuannya.
"Ngomong aja."
“Yakin gue boleh ngomong? Nanti mereka tau kalo lo—“ Ratu memberi isyarat pada teman-temannya, “Duluan aja sana, guys. Gue ada perlu omongan pribadi. Tenang aja.” Tatapan Ratu tertuju pada belakang Batari.
Tentu saja masih ada banyak anak murid yang tertarik melihat Batari dan Ratu di koridor depan kelas. Ratu memandangi Acha yang heran campur panik.
“Cha, lo duluan ke kantin, nanti gue nyusul. Woi, kalian semua bubar, pergi sana! Kita ke depan gudang aja.” Batari menatap ke sekitarnya cukup bengis.
Semua teman sekelas Batar saling melirik. Mereka masih sadar ada sesuatu yang menjadi batas privasi, dan tidak ikut campur kalau Batari sudah menyeramkan begitu.
Mereka langsung paham dan bergegas meninggalkan pusat perhatian sambil mendecak. Batari dan Acha saling menatap, lalu anggukkan pelan Batari meyakinkan Acha.
Batari dan Ratu menepi ke depan ruangan gudang atas.
“Eh, lo cukup waspada juga ya nggak pengen mereka tau? Jadi mereka belum tau, kasian ya mereka dibohongi sama lo, apalagi Acha,” celetuk Ratu. “Apa mereka nggak takut—sekelas sama orang sakit?“
Setelah koridor sepi hanya ada Batari dan Ratu. Fokus Batari kembali pada Ratu.
“Maksud lo apa? Jangan nyuri start. Di sini gue pengen menegur lo, jangan berubah—jadi bengis begini! Ini sama sekali bukan lo, Ratu. Lo bisa bikin cerita bagus tanpa jiplak karya orang lain.”
“Jangan sebut nama gue sok akrab. Gue benci dengernya. Lo nggak tau apa yang gue perjuangin biar dapetin semua yang gue mau!”
“Lo curang—cerpen karya lo itu bisa jadi bumerang, kalo ada orang lain yang tau, selain gue, bahkan si penulis yang aslinya. Itu bukan cerita buatan lo, gue pernah baca ceritanya di novel terbitan lama. Itu potongan plot yang cuma lo ubah namanya.”
Ratu menyibakkan rambutnya, membuat Batari mendesah kesal. “Lo ngincer gue karena iri sama keberhasilan gue?” cicit Ratu.
“Keberhasilan apanya, nggak bakal gue lepasin si pembunuh mimpi orang lain!”
“Hello? Kalo gue nggak ikutan lomba, lo juga belum tentu menang. Lo tuh lagi bersaing, tapi nggak siap kalah.”
“Lo pikir orang yang menggunakan karya orang untuk lomba, demi kepentingan pribadi itu mentalnya siap kalah? Lo bahkan nggak berusaha apa-apa!” Batari tertawa sinis.
“Lo bilang gue pembunuh mimpi lo, lo juga marah sama Siera karena dia mengalahkan elo. Padahal, lo juga pembunuh, nyawa orang.” Ratu berbisik mengerikan tepat di telinga Batari. “Pembunuh teriak pembunuh!”
Batari melototkan matanya tidak percaya. Dia tergagu karena kini ada orang yang menuduhnya sebagai pembunuh. "Apa maksud lo?"
"Lo pernah bunuh orang ya, 'kan?"
"Siapa? Maksud lo si Revaldi?" Batari tertawa remeh.
"Bukan. Gue yakin lo pasti tau siapa." Ratu memainkan kedua alisnya menyebalkan.
“Gue nggak bunuh dia!” Batari menarik kerah kemeja seragam Ratu dengan geram. Matanya berkilat ketakutan. “Dia bokap gue. Mana mungkin gue bunuh dia! Lo siapa? Kenapa bisa tau masalah ini?”
Ini kesalahan terbesarnya bicara dengan Ratu, karena ternyata gadis itu membalas ucapannya dengan hal yang lebih menyakitkan Batari. Bagaimana kalau satu sekolahan tahu?
Senyuman Ratu berubah jadi menyeramkan, matanya berkilat-kilat marah. “Nyatanya, lo udah bunuh dia. Gampang juga ya memancing emosi lo,” sahut Ratu menyeringai membuat mata Batari menyipit. “Lo jangan sok merasa superior nasehatin gue, tapi lo sendiri rusak!”
Batari tersadar bahwa Ratu benar-benar memiliki tujuan menekan.
“Lo juga bisa-bisanya mengalihkan topik, ini nggak setimpal. Gue tau lo cuma jadiin itu senjata agar gue merasa tertindas. Tapi tuduhan lo nggak setimpal, bodoh!” desis Batari.
Batari melepas cengkeraman di kerah seragam Ratu. Dia menahan diri agar tidak mengamuk. Ucapannya tadi terus memutar dalam benak, gadis itu tidak tahu kata-kata itu siapa yang membuatnya. Tiba-tiba saja bisa terlontar.
Geri?
“Lo tadi bilang tentang bunuh bokap lo? Apa—“
“Gue udah bilang, gue nggak bikin dia mati. Bukan salah gue!” teriak Batari.
“Wah, ini seru! Lo satu bapak sama Bazel? Waw, kalian ternyata bikin gue terkejut. Kalo gitu benar, lo udah bikin keluarganya sedih karena kehilangan kepala keluarga. Lo memutuskan garis keturunan keluarganya. Lo berbahaya.”
Ratu menjauh dari Batari. Tubuh Ratu berbalik meninggalkan Batari yang terdiam ditemani selimut kesedihan yang menjalar.
Angin memainkan rambut Batari, napasnya berderu berat, kedua tangannya terkepal dan gigi saling beradu. Semua yang diucapkan oleh Ratu bohong, Batari bukan pembunuh, dia bukan penyebabnya.
“Bazel yang cerita sama lo?” pekik Batari lalu menarik kemeja seragamnya Ratu lagi. “Jangan percaya sama cowok itu!”
Ratu meronta melepaskan diri dari Batari. “Oh, jadi ini kisah tentang dia dan lo, gue kira ada yang lebih romantis! Lo tau kan dia benci sama lo. Gue kasihan sama lo, sumpah. Kasihan banget! hahaha.”
"Diem, jangan sok kasihan sama gue! Lo pernah deketin Andra dan juga Bazel di waktu yang bersamaan. Lo nggak dapet keduanya!"
Plak!
Batari mengerang ketika Ratu memberikan sebuah tamparan keras. Batari menikmati rasa sakit hasil perbuatannya. Kalau begini, Batari benar-benar ingin merasakan Bazel saja yang memukulnya.
Mengapa jadi seperti ini?
Seperti yang Batari rencanakan, saat itu ingin memperbaiki yang tersisa, Batari sudah melanggar ucapannya sendiri. Justru ini semua akan membawanya pada masalah baru, Batari akan menghancurkan yang tersisa. Biar sekaligus lenyap semua. Padahal semuanya tidak seharusnya menjadi rumit seperti ini, andai mereka memahami penjelasannya.
Hanya percaya diri yang mampu membuat Batari bisa meyakinkan semua orang, sayangnya dia tidak bisa percaya diri meyakinkan orang-orang itu, sebab dia tidak mengingat kejadian itu.
“Batari! Ratu!”
Andra sudah berdiri berada tak jauh dari mereka, dan di belakangnya ada sosok Acha dengan ekspresi cemas sekali. Batari memandangi Acha, dia sudah berjanji akan lebih baik lagi menjalani kehidupannya, dan tidak cari gara-gara pada orang lain.
Acha dan Andra mengikuti Batari yang melarikan diri menghindar dengan berjalan cepat sekali. Batari ingin meluapkan kekesalannya, dia hanya ingin menegur Ratu yang sudah mengutip cerita orang untuk kepentingan pribadinya.
Apa itu salah jika dia tidak suka ada orang lain yang merusak harapan seseorang dengan cara kotor? Batari tidak suka ada orang yang merusak dunia yang sangat dicintainya.
“Batari, kenapa?” Andra menahan bahu gadis itu agar berhenti berjalan.
“Aku nggak suka dia menang, tapi dengan cara kotor,” tutur Batari. “Walau aku juga belum tentu menang, masih ada cerita anak lain yang lebih bagus dan hasil karyanya.”
“Kamu nggak salah, tapi kenapa emosi kamu berbeda?” Andra mulai merasakan hal yang aneh.
Batari menarik napasnya yang mulai terputus-putus. Dia ingin lebih tenang menceritakan hal yang lebih penting itu. “Ratu kenapa bisa tau kalo gue ini pembunuh?”
“Siapa bilang? Papa lo meninggal bukan karena lo!” seru Acha yakin.
“Ratu bilang begitu?” Andra menggertakkan rahangnya. “Dari mana dia tau omongan kayak gitu?”
“Dia bilang gue yang membunuh, gue semakin gila akan banyak orang yang tau itu.” Nada suara Batari mulai tercekat dan matanya melemah sudah berair. Napasnya juga menjadi pendek-pendek dan terdengar seperti putus-putus.
Andra memeluk Batari menenangkan. “Nggak, cuma sedikit orang yang salah paham. Masih banyak yang percaya sama kamu. Enggak seperti yang mereka tuduhkan.”
Batari menggeleng dengan suara beratnya keluar. “Aku nggak inget, aku nggak bisa membela diri. Aku pengen tau yang sebenarnya. Kenapa aku nggak inget dengan kejadian itu?”
Kedua orang itu merasakan ada yang menghilang, mereka menyadari Acha sudah tak berada di sekitar mereka.
Acha ke mana?
☁️☁️☁️
Mungkin sudah saatnya Acha beneran ikut campur ke dalam urusan Batari dan Bazel. Selama ini Acha selalu berada di pihak Batari, dia hanya ingin tahu sebenarnya dari sisi Bazel juga. Cerita Batari tadi tentang Ratu yang ikutan menyebut sahabatnya sebagai pembunuh meyakinkan Acha bahwa Bazel yang membocorkan cerita itu dan fitnah semakin kejam untuk Batari.
Tidak banyak yang tahu, selama ini Bazel tidak pernah berkoar lebih keras tentang alasan dia menindas Batari. Cowok itu sepertinya ingin menindas Batari sendirian. Kenapa sekarang ada orang lain yang mengetahui rahasia keluarga Batari dan Bazel? Jelas, Acha khawatir Batari akan semakin kenapa-napa.
Gadis lincah itu sudah menemukan Bazel sedang beristirahat di pinggir lapangan habis bermain basket bersama teman-temannya.
“Gue pengen ngomong, penting!” seru Acha.
Bazel mendecakkan lidah. “Tentang apa? Nggak biasanya lo ngomong sama gue, biasanya juga nyuruh gue mundur pas lagi ngoceh.”
Mereka berdua berjalan menjauh dari keramaian, berbicara berdua saja di balik pohon mahoni besar.
Acha melipat kedua tangannya depan dada. “Cukup bikin Batari sedih, lo udah nggak berhasil bikin Andra menjauh. Lo kaget karena gue tau rencana busuk itu? Ratu suka sama lo, tapi jahat banget lo minta dia nempelin si Andra biar Batari ilfeel. Sayangnya, Ratu nggak bisa membuat Andra bertekuk lutut. Terus dengan begitu, lo bocorin ketakutan Batari ke Ratu. Dari mana Ratu tau tentang masalah kalian?”
Acha mengetahui bahwa Ratu hanya diminta oleh Bazel untuk mengganggu hubungan Andra dan Batari sebelum para temannya itu pacaran. Tentu saja kalau bukan karena Ratu yang memang sengaja berniat resek, Acha tak akan membiarkan Andra bersama Batari.
Acha merelakan Batari bersama Andra, agar bisa membuat Ratu dan Bazel kalang kabut dan kesal. Acha tak percaya bahwa ada orang yang tidak bisa melihat orang lain bahagia.
Apakah rasa benci dan dendam sesakit itu untuk hati? Bisa membutakan hati, dan melakukan segala hal untuk menghancurkan orang.
Raut wajah Bazel menjadi kaku, dia terlihat sangat bingung. “Maksudnya? Oke, gue emang bikin Ratu ganggu Andra dan Batari. Gue nggak suka dia bahagia sama orang lain. Tapi, gue nggak pernah ngasih tau Ratu tentang hubungan asli gue sama Batari. Jadi, Ratu tau kejadian itu dan Batari lagi merasa ketakutan sekarang? Baguslah, biar satu sekolahan tau siapa dia sebenarnya.”
Acha mendongakkan kepalanya menatap pria di depan matanya itu dengan air muka kesal banget. “Kalian fitnah Batari. Gosip itu nggak bener dan kalo satu sekolahan tau itu. Mereka bakal ngomongin hal jelek tentang Batari dan ikutan menindas kayak lo, jadi itu hiburan buat lo?”
“Oh, iya,” sahut Bazel menyeringai. “Itu sangsi sosial.”
“Buat hal yang nggak dia lakuin? Dia depresi karena kenangan itu dan tuduhan lo! Dia butuh bantuan lo buat inget, dan keluar dari sakitnya.”
Acha sudah terlibat jauh ke dalam hidup Batari, dia bersama dengan perempuan itu cukup lama dan sering menjadi saksi bagaimana Batari menghadapi semua kesedihan, takut dan tekanannya. Tetapi Bazel adalah orang yang lebih lama hidup bersama Batari.
“Lo yakin? Lo nggak ngerti masalahnya dan nggak pernah berada di sana.” Bazel menjelaskan dengan nada suara rendah dan tatapannya menggelap.
“Makanya gue pengen tau, bagaimana Batari kecil, bagaimana kalian dulu, dan kejadian kebakaran itu, yang Batari nggak pernah bisa ingat jelasnya. Menurut Batari, papanya meninggalkan dia di sebuah ruangan. Dia keluar rumah dengan susah payah mencari celah, kakinya terkena api dan saat di depan rumah kalian udah menuduhnya.”
Bazel melamun sebentar, dia juga sama sedih dan trauma mengingat kejadian itu. Pikirannya melayang mengingat kejadian tersebut. Dia tidak akan bisa lupa, karena kejadian itu sangat penting baginya.
“Papa ditemuin, hasil otopsinya ada luka nggak wajar, pendarahan dan gegar otak parah. Rumah gue ada tiga lantai, lantai utama kayak rumah pada umumnya, lantai dasar yang letaknya di bawah tanah, tempat di mana ada dapur, dan lantai atas. Papa ditemukan tergeletak di lantai dasar, dia tau nggak ada jalan keluar di sana, kenapa bisa perginya ke lantai dasar. Gue yakin sesuatu terjadi. Nggak cuma sekadar terjebak dalam kebakaran.”
“Lo sama Batari harus banyak bicara dan berdamai. Dia butuh bantuan lo.”
“Dia nggak seperti yang kelihatan, gue sama dia pernah tinggal satu rumah. Dia dulu sering berusaha membunuh keluarga gue. Apa dia bisa dipercaya? Lo pasti tau, di antara gue sama dia, yang paling sehat itu adalah gue. Ya, 'kan?” Bazel bicara lebih banyak dari biasanya. Acha menjadi sedikit goyah keyakinannya. “Lo bakal malu dan menyesal kalo selama ini udah salah.”
“Gue yakin berada di pihak yang benar. Batari sering kehilangan memori dan waktunya, dia memiliki alter ego. Ada beberapa yang ada dalam dirinya, salah satunya bernama Geri. Gue heran kenapa Batari bisa menghajar Revaldi sampe bikin tuh cowok patah tulang, tapi diam aja saat berhadapan sama lo. Harusnya dia bisa membungkam hajar lo sampe kapok!”
Setelah membungkam Bazel dengan kata-kata yang pernah terbersit dalam pikiran Acha selama ini.
Kenapa Batari atau Geri si kepribadian yang kuat itu bisa menghajar orang-orang, mengapa tidak bisa menghajar si Bazel?
"Lo percaya sama dia? Udah gila?" Bazel menyahuti sambil tertawa aneh. "Apa lo sama gila-nya kaya dia? Pantesan aja kalian bisa berteman!"
Acha tertegun diam saja. Dia lelah, mengalah untuk tidak melanjutkan obrolan gila ini lagi. Gadis itu berjalan lunglai menjauhi Bazel. Acha melemas dan duduk di kursi pinggir lapangan. Dia amat menyayangi Batari. Baginya, Batari sudah menjadi dunianya. Dia merasakan kesedihan, dan beban yang Batari panggul selama ini.
Sebuah botol muncul di depan wajahnya, ketika dia mencari tahu siapa orang yang memberikan adalah Andra. Gadis yang sedang emosi nyaris menangis itu merampas air mineral dan meminumnya.
“Masih kuat jalaninnya?” tanya Andra.
“Batari mana?” Acha menenggak air mineral, kehadiran Andra membuat Acha tidak jadi mengingat kenangan masa lalunya. Yang terjadi saat dia masih kelas 1 SMP.
“Di kelas, lo oke abis ngomong sama Bazel? Kalo gue yang ngomong bisa berakhir baku hantam.” Geram cowok itu menatap ke arah lain, emosi dalam dirinya juga berkobar.
“Nggak semua bisa selesai dengan pukul-pukulan, Ndra. Gue pengen kalian lebih dewasa lagi.” Acha menahan matanya yang memanas. “Sori, kalo suatu saat gue nggak bisa bantu dia lagi. Lo jangan berhenti sampe di sini ya, jangan pernah menyerah sama dia, gue mohon.”
“Lo kenapa? Bazel mempengaruhi lo ya, sampe nggak percaya sama Batari lagi?”
☁️☁️☁️
Berapa persen kalian percaya sama Batari? 🤔😂😂😂
20 MEI 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top