Bab 22

22:: Hati yang diminta

☁️☁️☁️

Kesendirian bukanlah keinginan. Bisa saja berubah dalam sekejap mata, karena kehidupan seperti roda yang terus berputar. Di depan Batari terhampar danau yang luas dan tenang, cewek itu duduk di salah satu kursi yang banyak bertebaran di sekitar pinggir danau. Danau yang letaknya masih di daerah sekolahnya itu menjadi tempat favorit untuk menenangkan diri dan mencari inspirasi.

Tempat yang tenang, sunyi, dan romantis bisa membuat Batari mendapatkan ide mengungkapkan perasaan yang mungkin tak pernah dirasakan sebelumnya. Tapi yang beda Batari sedang tidak menulis, dia hanya menatap lurus ke hamparan air yang tenang itu, dia baru saja menutup ponselnya mencari artikel-artikel yang membuatnya penasaran, sebab menyangkut dirinya yang mulai semakin aneh.

Akhir-akhir ini dia merasakan kehidupannya mulai berbeda, ada beberapa orang yang berubah, dan bisa mempengaruhi Batari.

Misalnya, Bazel yang biasanya usil mengganggu cewek itu tiba-tiba menjadi sangat pendiam. Namun sorotnya tetap menatap dengan rasa dendam, kesal, dan marah. Bazel sepertinya cukup terguncang karena Batari mengungkit kembali kenangan buruknya. Batari akhirnya bisa membuat Bazel berhenti mengganggunya, walau caranya cukup membuat cowok itu pasti sedang stres berat.

Kehadiran Andra dalam hidup Batari yang sangat menciptakan perubahan besar. Batari mulai cenderung menjauh dari Andra saat mulai menyadari perasaan ke cowok itu tidak biasa dan sangat nyaman berada di dekatnya. Namun, dia tidak mau banyak berharap, apalagi semenjak malam itu, saat di mana Batari membutuhkan Andra berusaha menghubungi cowok itu, ternyata Andra sedang pergi bersama dengan gebetannya.

Hancur sudah harapan dan perasaan Batari yang mulai percaya pada manusia. Kenapa di saat dirinya mulai membunuh teman imajinasinya. Namun, dia tak memiliki sosok manusia nyata yang ingin dia percayai.

Andra beberapa kali berusaha menghubungi bahkan mendekati Batari saat di sekolah, tetapi gadis itu tidak mau tahu apa pun cerita dan penjelasan Andra. Siapa tahu kabarnya bisa lebih menyakitkan dari yang dibayangkan oleh Batari.

Pikirannya terus berisi bayangan masa lalu, kekesalan, dan kesedihan memori bersama ayah saat masih hidup. Bagaimana akhirnya Batari memunculkan teman imajinasi, karena dia kesepian sejak kecil, dan dia merasa terkucilkan dari teman-teman seusianya. Merasa bahwa tidak ada yang bisa membuatnya bahagia, apalagi mendukung dirinya.

“Lo ternyata di sini, gue nyariin ke beberapa tempat—“ Andra muncul di belakang Batari dan air mukanya serius, tidak ada ekspresi jenaka yang biasanya.

Batari bangun dari duduknya dan memakai tas ransel di punggung, berniat memang kabur dari Andra.

“Dan gue mohon sama lo, jangan kabur! Batari!” pinta Andra. “Jangan pergi!”

“Lo ngapain ke sini?” tanya Batari resah. “Tau dari mana gue di sini?” Suaranya menjadi berat agak menggeram.

“Gue keliling ke tempat-tempat yang pernah lo sebut, yang kemungkinannya bakal lo datengin, mulai dari Gor, tempat gym, taman, atau kedai minuman itu. Dan di sini gue akhirnya menemukan lo,” ujar Andra, si pemuda yang sudah berganti seragam sekolahnya dengan kaus warna ungu tua dan berjaket. “Gue khawatir kehilangan lo beberapa hari ini.”

Batari melipat kedua tangannya depan dada. “Nggak usah sok peduli!” Kemudian dia memandang ke arah lain, hatinya sakit sekali mengingat Andra bisa jadi sangat membuatnya merasa spesial, tetapi di lain waktu bisa membuat Batari tak ada harapan. “Di hidup lo cuma untuk dunia yang namanya Ratu!”

Andra terdiam.

“Lo nggak ada sebenarnya buat gue, di saat gue butuh lo nggak ada. Lo beneran ada nggak sih sebenarnya?” racau Batari keras.

“Maaf, tapi gue memang bukan teman imajinasi lo, gue ini sungguhan nyata! Gue bukan kayak Kesha, Erik, dan Geo. Lo kenapa menganggap gue nggak sungguhan ada?” tanya Andra berjalan mendekati Batari.

Batari menatap mata Andra balik hanya sesaat, dia merundukan pandangan tidak kuat hatinya sampai bisa menitikkan beberapa kali air matanya. Batari mengusap air matanya.

Andra tatapannya sudah berubah ingin sekali menenangkan Batari yang sedang kacau.

“Lo nggak nyata! Bilang sama gue kalo lo hanya teman imajinasi semata, kayak yang lainnya. Lo pergi! Pergi!” pekik Batari marah. “Lo bisa pergi nggak sih, jangan muncul lagi!” Cewek itu memukuli lengan Andra beberapa kali meluapkan kekesalannya.

Andra memundurkan tubuhnya menghindar, dan memegang kedua tangan Batari menahan. 
Batari segera menarik tangannya lagi dengan tatapan wajah marah.

Kepala Andra menggeleng kuat, “Lo nggak lagi mengkhayal atau berimajiasi, gue ini beneran nyata sedang berdiri di hadapan lo. Gue nggak akan bisa pergi dari pikiran atau pandangan lo. Karena kita ini saling mengikat membutuhkan, lo bisa aja menahan mengabaikan teman-teman imajinasi lo itu. Tapi gue jelas nggak sama kayak mereka, gue nggak bisa pergi dari pandangan lo, karena gue objek nyata yang sungguhan ditangkap nyata oleh indera penglihatan lo.”

Batari mengerjapkan matanya baru sadar bahwa Andra semakin dekat berdiri di hadapannya hanya berjarak pendek. Dia masih menatap lurus ke wajah Andra tanpa bisa berkata-kata lagi. Perasaan Batari sudah campur aduk karena baru saja Andra bicara panjang lebar tentang dirinya yang menjelaskan bahwa dia bukanlah imajinasi semata.

Tangan Batari terulur menyentuh lengan kiri milik Andra. Telapak tangannya memegang lembut dan bisa merasakan bahan jaket Andra. Kemudian tangan Andra membalas menyentuh tangan mungil milik Batari dan menenangkan gadis itu.

“Gue sungguh berharap lo bukan hanya imajinasi gue, mungkin lo berpikir kesialan apa yang membuat lo sampe ketemu orang se-aneh gue dan sangat menyedihkan. Nggak apa-apa lo manusia sungguhan yang akan menganggap gue aneh, jijik atau bisa jadi risih. Asal lo bukan imajinasi gue,” gumam Batari dan mulai menangis pelan. Batari menarik tangannya dari Andra.

Batari lega dia bisa menyentuh Andra dan tubuhnya terasa hangat serta pandangannya menjadi gelap, begitu sadar Andra sedang memeluk erat dirinya. Mata Batari terpejam sesaat terbuai dengan hangatnya dan menenangkan sekali pelukan dari Andra.

“Nama gue ada di Tata Usaha, cari aja Andromeda Pratama.” Andra terkekeh pelan di atas kepala Batari.

“Nama yang terlalu bagus buat lo tau!” balas Batari ketus.

Setelah puas dalam pelukan Andra, cewek itu melepaskan dirinya dan menatap Andra dengan sorot mata malu dan geli.

“Lo ngapain nyari kesempatan peluk-peluk gue? Nggak pake izin lagi?” omel Batari, padahal tadi dia sempat merasakan kenyamanan sebelum dirinya sadar.

“Waduh, galak lagi,” gerutu Andra. “Kalo izin emang boleh peluk sepuasnya?”

“Ihh, Andra apaan sih!” seru Batari gebukin lengan Andra gemas seraya memberi cubitan kecil beberapa kali.

Cewek itu yang sedang menahan rasa malu, karena tadi memeluk Andra balik, dan cukup lama merasakan pelukan Andra.

Andra meringis karena cubitan Batari lumayan pedas dan meninggalkan sensasi cenut-cenut. Cowok itu mengelus bagian lengannya yang tadi dicubit oleh Batari.

Batari salah tingkah dan segera kabur dari pandangan Andra, dia memilih untuk duduk di kursi dan menatap lurus ke arah danau. Lengan Batari terasa disenggol keras, saat dia menoleh lagi diledek oleh Andra yang senyum-senyum mencurigakan.

“Apa sih aneh banget lo!”

Batari mungkin manusia yang paling sulit ditebak karena nada bicara dan mood-nya berubah sangat cepat. Tadi dia mengusir Andra sekarang bisa santai bicara seperti tidak ada beban.

☁️☁️☁️

Andra tidak mau membuat Batari bingung. Dia sadar bahwa selama setiap kali Batari menghindarinya, karena mendapati Andra sering terlihat bicara dengan Ratu.

Andra tidak mau salah mengambil langkah, dia sudah tahu siapa yang mengisi hatinya secara utuh. Hanya karena godaan sesaat bisa membuat Andra kehilangan seseorang yang sangat berarti baginya.

Mungkin inilah saatnya yang sangat tepat untuk menjelaskannya pada Batari, agar tak ada salah paham lagi.

“Lo sering mengabaikan gue, terutama telepon di malam itu? Padahal lo duluan yang menelepon gue. Gue ngecek panggilan, baru sadar lo menghubungi gue sampe dua kali, Ratu nggak ngasih tau kalo lo nelepon gue,” tutur Andra memandangi Batari yang duduk di sebelahnya hanya diam saja.

“Ya nggak usah dianggap serius, itu cuma telepon gangguan. Lo kan lagi berdua memanfaatkan waktu sama dia, sori gue ganggu atau membuat Ratu salah paham karena gue menelepon lo,” jawab Batari dengan nada suara dibuat sok cuek.

“Lo nggak pernah ganggu gue. Gue hubungin lo balik, bahkan nyamperin di sekolahan kenapa lo nggak mau dengerin gue.”

Batari terlihat kikuk dengan menggigit bibirnya, lalu dia mengalihkan pandangan. “Gue takut lo ngasih kabar yang nggak bisa gue terima, gue takut kedekatan lo sama Ratu sudah lebih jauh dari yang gue kira. Gue nggak mau denger, lo secepatnya akan ngasih tau kalo kalian udah pacaran, kan?”

Tawa Andra menguar, dia menggeleng lemah. “Lo kedengerannya cemburu dan patah hati berat ya? Hal itu yang semakin menyadarkan gue dengan satu hal,” tandasnya cepat.

Batari langsung merengut dan mencibir sinis. “Siapa yang cemburu—satu hal apa?“

“Gue nggak gampang jengkel sama orang,” jelas Andra membuat Batari menoleh secepat kilat, dan raut wajahnya tampak tidak percaya. “Gue kesel pas tau Ratu nggak bilang kalo lo nelepon ke hape yang lagi gue tinggal. Setelah tau ada nomor lo pernah menghubungi, gue takut lo kenapa-napa, tapi lo nggak mau dengerin penjelasan gue.

“Lo emang cuek, tapi lo berubah lagi sejak mulai terbuka sama gue. Rasanya jelas berbeda banget, gue yakin lo udah lebih dari sekadar teman di hati gue. Gue sedih, takut, dan kehilangan sejak lo marah dan menghindar. Gue pengen kita lebih dari ini, bukan hanya sekadar teman, gue sayang sama lo.”

Cowok itu menahan degub jantung, dia merasa terlalu blak-blakan dan siap jika Batari akan memberikan sebuah pukulan atau cubitan. Andra belum bicara lagi menunggu Batari yang sedang mengerjapkan matanya, dan mengatupkan bibirnya rapat.

“Gue sebenernya sering cemburu, nggak suka lo kalo dekat sama Ratu. Gue sadar gue bukan siapa-siapa lo, nggak boleh cemburu, apalagi iri karena Ratu bisa disayang sama lo udah dari lama. Dan apa ucapan lo barusan pertanda, lo cuma jadiin gue pilihan kedua karena cewek itu nggak pernah menerima cinta lo? Gue nggak suka dijadikan perbandingan apalagi pilihan, gue nggak percaya lo beneran suka sama gue.”

Mata pemuda itu melotot tidak percaya ke Batari yang sedang tersenyum getir, setelah melontarkan  kalimat sinis yang mengejutkan Andra.

“Lo nggak percaya sama gue, karena gue meragukan seperti terlalu cepat suka sama lo?” Andra bertanya dengan nada penasaran. “Atau lo lagi nggak percaya diri, karena ragu sama diri lo sendiri? Lo selalu memandang diri lo nggak ada apa-apanya dibanding Ratu.”

“Iyalah, dia cantik, pinter, supel, aktif organisasi, dan masuk dalam seleksi top cerpen. Di mana gue ikutan seleksi juga dan gue kalah.” Batari jadi terlihat kesal karena kegagalannya diungkit kembali. “Gue kalah semuanya dari dia!”

“Lo keren, menakjubkan, dan cantik dengan cara lo sendiri. Lo yang sekarang udah mampu membuat gue terkagum. Lo udah keren dengan cara lo sendiri, lo punya ambisi meraih mimpi, dan menjadi diri sendiri. Lo nggak pernah merasa diri lo pintar dan cantik, karena itu, gue jadi suka,” sahut Andra serius menjelaskan apa yang membuat dirinya tertarik dengan Batari.

Cowok itu meyakinkan Batari bahwa ucapannya sungguhan bagaimana pendapat Andra tentang gadis di depannya.

“Aneh, kenapa lo bisa suka sama cewek yang aneh?”

“Siapa yang aneh?”

“Tapi gue aneh, lo sering bilang gue aneh,” ucap Batari sinis. “Kok lo bisa memandang gue cantik dan keren?”

“Ya kan selera. Lo cewek kuat, tetapi kesepian dan membutuhkan manusia nyata untuk mengisi dunia lo. Batari, jangan terlalu banyak di dunia imajinasi, ada gue di sini—“

“Jadi cewek yang kuat bukan untuk menyaingi cowok, tetapi terkadang kita harus berjuang sendiri, begitu kah?” Tatapan Batari melunak dan dia meneguk ludahnya beberapa kali. “Gue udah mencoba membunuh Kesha, Erik, dan Geo. Gue pengen kehidupan yang lebih nyata.”

“Betul. Jadi, mulai sekarang gimana memulai cerita kita berdua mau nggak?” Andra menjadi gugup, bagaimana kalau pernyataan cintanya ditolak oleh Batari.

Rasanya dia terlalu percaya diri, dan muka badak sudah nekat menyatakan cinta ke perempuan itu. 

“Hah? Lo ngajakin gue nulis cerita? Emang lo bisa menulis ternyata?” Batari tertawa sangsi.

Andra gemas ingin mencubit hidung Batari, cowok itu salah tingkah lalu menjelaskannya. “Bukan begitu, bikin cerita tentang lo sendiri. Kisah cinta lo bersama gue.”

“Andra, lo serius mau pacaran sama gue?” Mata Batari berubah menjadi menggelap, sinar yang tadi muncul mendadak menghilang. “Gue nggak biasa. Monster aneh yang pernah lo temuin.”

“Lo bukan monster, lo Batari. Eh, kita kasih judul apa ya, kisah si penulis cerita romansa sama cowok paling keren di sekolah?”

Baru jadian, Andra sudah menerima satu buah jitakan dari tangan Batari.

☁️☁️☁️

Beberapa jam lalu.

Andra sudah memantapkan hatinya atas keputusan yang diambilnya. Dia baru saja menutup aplikasi Google Maps yang memberikan arahan ke tempat tujuan, yang tadi dikirimkan oleh seseorang.

Sekarang dia sudah tiba di lokasi itu dan berdiri masih jauh dari tempat yang diberi tahu oleh seseorang. Kemungkinannya Batari memang pergi ke danau itu. Sore hari di daerah sekitar danau itu tidak seramai hari libur, hanya ada beberapa orang yang bermain, bersepeda di dekat danau yang cukup rindang, dan suasana ademnya sore itu menambah suasana sendu.

Dari jauh mata Andra menangkap bayangan seorang perempuan duduk di salah satu kursi di pinggir danau. Benar, dia menemukan gadis itu berada di sana.

Tangan Andra mengeluarkan ponsel menghubungi seseorang. “Hai, udah ketemu nih, doain gue ya? Karena keputusannya nanti ada di dia.”

“Gue yakin dia juga suka sama lo, orang suka cemburu dan murung nggak jelas.”

“Ya kali aja dia ogah pacaran jijik sama gue,” tukas Andra.

“Lo udah yakin kan serius sama dia? Kalo suatu saat gue dapetin lo nyakitin dia, gue bakal ikutan hajar lo!” balas suara galak di seberang sana.

“Iya tenang aja, riwayat kisah gue nggak pernah nyakitin orang lain,” jawab Andra jadi membongkar aibnya. Dia mendecih, teringat dengan cewek-cewek yang pernah menghempaskannya.

“Halah, nggak percaya sama cowok. Mereka sama aja. ”

“Muka gue doang kayak player, tapi gue baik, nggak percaya banget.” Andra mendecakkan lidah. “Kalo semua cowok sama aja, gue pastiin bakal sama kayak Hamish Daud.”

“Idih, pastesan aja Batari kesemsem, pasti lo suka gombalin, dan baperin doang ya? Gue udah kasih seribu wejangan ke lo, apa yang harus lo lakuin dan jangan lakuin. Meski lo sama dia beneran jadian, lo nggak bisa mengendalikan dia, biarin dia tetap menjadi seperti sebelum ketemu sama lo!”

“Ck, iya bawel banget, walau pun gue nggak mengenal dia selama elo, gue udah yakin. Dia akan tetap menjadi diri dia yang seperti biasa, cuma dia nggak bakal kesepian lagi, dan gue bakal buat hidup dia lebih berwarna.”

“Lo udah janji sama gue jangan main-main sama dia. Karena jika dia patah hati, nggak cuma dia yang sakit, gue juga bakal hancur dan mengamuk.” Lagi-lagi perempuan di sana mencak-mencak ke Andra. ”Awas kalo sampe gue tau rencana lain lo sebenarnya apa!”

“Curiga banget sama gue, gue nggak ada rencana apa-apa. Cuma rencana kita, misi kita yang sama. Gue tutup ya, takut cokelatnya lumer kalo kelamaan ngoceh sama lo,” ucap Andra terakhir kalinya.

“Iya, gue percayain ini sama lo,” sahut orang itu dengan nada yang sebenarnya meragukan.

Andra menarik napasnya setelah menutup telepon ke seseorang itu.

Orang lain mungkin mengira dia terlalu cepat menyimpulkan perasaannya, tetapi sebenarnya sudah sejak lama Andra memperhatikan tingkah gadis itu.

Andra sering melihat Batari menulis di atap, berbicara dan tertawa sendiri, dan bagaimana perkataan Batari kalau sedang diomelin para guru.

Tidak butuh waktu lama untuk memantapkan, yang lebih sulit pastinya adalah mempertahankan.









☁️☁️☁️



A/n:

Kalo tamat di sini gapapa kan ya?

Hahahaa😂😂

25 APRIL 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top