Bab 18

18:: Rahasia kita

☁️☁️☁️

Batari melihat Bazel terjatuh dari motornya di belakang angkot mereka, cewek itu tersentak sungguh tidak menyangka bahwa Bazel sangat terkejut dengan mobil angkot yang minggir ke jalanan tiba-tiba itu.

Itu sungguh di luar kendali Batari. Cewek itu tadi menghentikan angkutan karena sesungguhnya takut dikuntit oleh Bazel, dan si cowok resek itu bakal cari gara-gara.

Acha melongo dengan mata membelo, dia sangat syok saat menyadari di belakang angkot tersebut ada motor terjatuh dan orang itu adalah Bazel. Batari meninggalkan Acha segera kabur ke dalam sebuah pusat perbelanjaan. Acha yang syok sampai ditegur abang angkotan umum agar turun juga, karena abangnya ingin cepat kabur.

Batari melangkah cepat-cepat masuk ke dalam Giant dan disusul oleh Acha yang mampu berlari menyusulnya.

"Batari, tadi ada Bazel di belakang kita dan dia jatoh dari motornya!" pekik Acha.

"Iya, tadi gue udah liat."

Acha membelo syok. "Apa lo sengaja?" tebak cewek itu tak percaya.

"Menurut lo gimana? Ya nggak mungkin! Gue tadi mendadak nyetopin karena tadi dia udah liat gue dan keliatannya-"

Mereka belum sampai menaik ke lantai teras Giant. Namun, tas Batari segera ditarik kuat oleh seseorang dari belakang.

"Lo mau ke mana, heh? Liat nih tangan gue lecet dan kaca spion motor gue pecah!"

Tangan Batari dicengkeram kuat oleh Bazel yang lagi marah meluapkan emosinya. Batari memberi kode ke Acha agar menjauh. Hanya beberapa langkah saja Acha mundur dengan ekspresi wajah ketakutan dan pasrah. Batari melihat ke sekitarnya, tidak terlalu ramai makanya tidak banyak yang melihat kelakuan Bazel yang kekanakan itu.

"Heh, anak sial, lo mulai berani ya sama gue!" seru Bazel menatap tajam.

Batari berontak, tidak butuh tenaga kuat karena Bazel mudah dilawan. "Maksud lo siapa yang anak sial?"

"Lo lah, siapa lagi? Jadi anak yang selalu bawa petaka, nyaris bunuh keluarganya, si anak durhaka yang bunuh orang tua sendiri, terus berusaha buat mencelakai teman-teman lo!" seru Bazel sinis.

"Berhenti semua omong kosong itu, lo cuma penikmat dongeng sebelum tidur! Lo nggak tau apa-apa!" balas Batari keras.

"Kenapa lo diem aja? Lo bisa hajar Revaldi, kenapa ke gue enggak? Omong kosong apanya! Lo yang bikin Revaldi kecelakaan!"

"Gue liat lo ngomong sama Revaldi di atap, gue curiga sama lo, tapi nggak mau nuduh tanpa bukti," decih Batari. "Gue yakin waktu itu Revaldi pasti ada rencana jahat, lo ada hubungan juga sama rencana dia?"

Batari mendongak agar bisa menatap tepat di wajah Bazel. Wajah yang cukup dibenci oleh Batari, karena garis wajah, mata, dan tatapannya sangat mirip dengan orang yang amat dibencinya. Dia benci lama-lama menatap wajah Bazel.

Bagaimana bisa orang itu memiliki dua orang anak yang usianya sama?

Batari sangat membencinya. Tangan cewek itu terkepal di sebelah pahanya, dia menahan diri agar tidak memukul. Dia menyaksikan sendiri air muka Bazel yang semakin tidak enak usai Batari mengungkit kecelakaan Revaldi.

"Jawab, Bazel! Gue yakin lo nggak bakal berusaha celakain gue, gue percaya lo bukan orang yang jahat!" seru Batari dengan tatapan terluka.

"Ya emangnya gue ini elo yang suka celakain orang!" seru Bazel tajam.

"Woi, pergi lo!" seru seseorang muncul di antara mereka. Andra. "Zel, pergi! Jangan ganggu!"

Batari yang matanya memanas dan hatinya dongkol setengah mati, melihat kemunculan Andra yang sedang menatap tajam pada Bazel. Dan Batari merasa bersalah seketika saat Andra dan Bazel saling menatap penuh kebencian.

"Oh, udah punya pelindung dan teman baru sekarang. Dia berhasil ditipu sama lo?" tanya Bazel dengan seulas seringai miris. "Selain Acha, ya udah, kalian berdua hati-hati aja sama ni cewek."

"Maksud lo apa?" Andra menaikkan alisnya tinggi-tinggi. "Kalo lo ganggu Batari dan keliatan sama gue, lo tanggung sendiri."

"Nanti kalian juga akan tau sendiri." Bazel tertawa kecil misterius, lalu dia berjalan cepat untuk menuju motornya. "Gue nggak takut sama anceman lo, si preman yang nyamar jadi anak sekolahan, nggak ada etikanya, nggak berpendidikan alias nggak bermoral. Bar-bar," tambah Bazel sinis.

"BAZEL!" pekik Batari karena ucapan Bazel tentang Andra semakin jahat.

"Lo bilang gue nggak ada etika? Bar-bar? Lo pikir pria yang teriak-teriak ke perempuan itu beretika?" tanya Andra balik dengan teriak. "Kelakuan lo itu sungguh bermoral?" Cowok itu menatap ke arah Bazel tidak percaya.

Batari menyipitkan matanya, karena sesungguhnya ucapan Bazel sangat menakutkan. Bagaimana kalau tidak ada yang percaya padanya? Jika Acha dan Andra pergi dari kehidupannya, Batari sudah tidak bisa menikmati hidup lagi. Dia tidak tahu siapa lagi yang bisa membuatnya menjadi lebih hidup dan nyata. Pastikan, sebelum dia benar-benar kehilangan Acha dan Andra, dirinya saja duluan yang pergi dari dunia.

Batari dan Bazel masih saling menatap penuh permusuhan, bahkan sampai Bazel melajukan motornya dengan sangat cepat.

Tangan Batari dipeluk lembut oleh Acha. Saat Batari menoleh, Acha sedang menatap Batari dengan tatapan sendu.

"Jangan diambil hati ucapan Bazel. Lo serius ngeliat Bazel ngomong sama Revaldi?"

Batari menggelengkan kepalanya seperti orang yang tidak percaya dengan semua yang berada di hadapannya. Kebaikan Acha kepadanya, selalu membuat dia ragu, apakah Acha sungguhan ada? Bukan hanya sekadar imajinasi? Manusia sebaik Acha dan sekarang ada kehadiran Andra, tentu saja itu hal yang diragukan oleh Batari.

"Perasaan gue aja kali padahal mereka cuma ngobrol biasa, kenapa gue jadi parnoan sembarangan? Kok lo di sini? Bukannya tadi nggak masuk sekolah?" Batari memandangi Andra heran.

"Gue ke sekolah mau ketemu lo, tapi tadi liat lo naik angkot sama Acha. Gue pengen nyusul ke rumah Acha."

"Ya udah, Cha, kayaknya nggak bisa ke rumah lo, maaf gue mau pulang." Cewek itu pergi dengan langkah cepatnya berharap tak ada yang menahan, atau mengganggunya.

☁️☁️☁️

Acha menahan agar tidak mengeluarkan air mata yang sebenarnya sudah mau turun. Dia melihat Batari pergi meninggalkan dirinya serta Andra di depan Giant. Acha menarik jaket Andra ketika cowok itu yang berniat mengejar Batari.

"Jangan dikejar dulu!" seru Acha yang sudah tahu keadaan Batari. "Dia pengen sendiri!"

"Cha, gue pernah mergokin dia mau nabrakin diri ke truk. Kalo kejadiannya terulang lagi, gue sih bakal merasa bersalah seumur hidup." Andra menjelaskan dengan nada khawatir.

Cewek itu menggelengkan kepala lemah. "Semoga dia baik-baik aja, dia butuh waktu dulu."

"Brengsek ya si Bazel itu, di mana-mana suka ganggu ketenangan orang! Kenapa sih cowok mulut rombeng kayak dia bisa bikin Batari sampe down begitu!" gerutu Andra.

Acha mengajak Andra untuk berjalan mencari di mana Batari berada, cewek itu hanya ingin memastikan dari jauh saja. Acha tidak tahu harus bicara apa ke Andra, pasalnya Andra sangat baru masuk ke kehidupan Batari.

Acha yang mengenal Batari sejak 3 tahun lalu, butuh waktu sangat lama memahami Batari.

"Gue mungkin baru dekat sama Batari, tetapi kenapa dia sering aneh?"

Acha langsung melotot dan berhenti jalan. "Kalo lo merasa dia aneh, jangan berteman sama dia!" makinya emosi.

"Bukan begitu!"

"Ya, lo cari tau sendiri kalo emang beneran bisa jadi orang terbaik buat dia. Dia butuh orang yang bisa menerima keadaan dia dan nggak menganggap dirinya aneh," ujar Acha serius menatap ke arah Andra. "Dia sahabat terbaik gue, nggak akan ada yang boleh menyakiti dia. Apalagi lo yang berpotensi bisa bikin dia patah hati."

Acha dan Andra mencari ke sekitar jalanan mereka tidak menemukan Batari juga. Kalaupun menemukan jangan sampai Batari mengetahui dirinya dikuntit.

"Gue nggak bakal patahin hati dia, emangnya dia punya hati buat gue?" Andra malah bertanya balik polos.

Acha jadi berpikir dan mengangkat bahunya. "Ya, mana gue tau! Cuma Batari yang tau."

"Kenapa sih lo peduli banget sama dia?"

"Batari itu, dia sayap gue. Kalo nggak ada dia, gue cacat. Sayangnya, dia sayap yang patah dan rapuh."

"Kalian bikin gue iri. Kalian bergantung satu sama lain," ujar Andra bernada kagum. "Romantis banget."

Acha berhenti berjalan saat melihat Batari sedang duduk di dalam halte seperti sedang menunggu kendaraan. Lengan Acha menyenggol Andra yang segera berhenti ngoceh. Kedua manusia itu memandang ke arah Batari yang menatap kosong ke arah jalanan.

"Batari selalu meragukan keberadaan gue, nyata atau hanya imajinasinya. Dia juga pernah meragukan keberadaan sosok lo. Kalo udah begitu, lo udah dianggap sosok yang sangat penting. Karena kebahagiaan dia hanya ada dalam imajinasinya. Hidup dia cukup berat sejak kecil. Setiap dia bahagia, dia takut itu bukan sesuatu yang nyata. Dia bahagia lo
muncul dalam hidupnya, Andra."

"Hah?" Cowok bertubuh besar itu terdiam lalu menatap ke arah keberadaan Batari. "Cha, Batari melihat ke arah kita tuh!"

Acha menoleh ke arah keberadaan Batari, cewek itu sedang melambaikan tangan dengan memberikan senyuman kecil. Namun, sorot mata Batari tidak bisa dikelabui, tatapan sendu gadis itu mengiris hati Acha.

"Semoga lo nggak lagi menganggap dia aneh." Acha berjalan lebih dulu meninggalkan Andra.

☁️☁️☁️

Batari tak menyangka bahwa dia akan berhubungan lagi dengan toilet sekolahan, diberi hukuman oleh Bu Angela karena telat datang ke sekolah. Jika biasanya Batari bersuka cita melakukan tugas itu sambil melamunkan ide cerita yang akan ditulisnya, kali ini dia melakukan tugasnya dengan perasaan kusut.

Tidak ada lamunan romantis adegan mesra antar tokoh dalam pikirannya, tak ada lagi bayangan tokoh-tokoh imajinasi itu. Di saat pikirannya kosong, pikiran Batari langsung terisi hal-hal tak penting.

Anehnya, Batari jadi suka melamun melakukan hal-hal romantis bersama cowok itu. Hal yang sangat menggelikan, tapi tak bisa dibantah. Karena suka membayangkan hal yang banyak dalam novel percintaan remaja, sejujurnya Batari jadi malu sama diri sendiri. Dia jadi takut kalau ternyata Andra memiliki kemampuan membaca otaknya.

Rishad benar, Batari kan tidak pernah pacaran! Mana bisa ngerasain percintaan? Bagaimana bisa Batari tidak geli dengan novel remaja yang ditulisnya sendiri, padahal saat dirasakan Batari jadi geli banget?

"Astaga! Gue jatuh cinta sama cowok yang lagi jatuh cinta!" gerutunya sendirian sambil memainkan kain pel ke lantai dengan kasar.

Batari merasa ada suara-suara yang tertawa padanya, ketika dirinya menoleh mendapati Kesha-Erik-Geo sedang tertawa kecil penuh makna. Tertawa menggodanya. Gadis itu membuang muka tak mempedulikan raut wajah menggoda milik teman imajinasinya, dia ingin cepat-cepat menyelesaikan tugas sebelum jam istirahat berbunyi dan toilet ramai didatangi oleh anak murid. Gengsi banget sebagai cucu pemilik yayasan kedapatan membersihan toilet kotor dan alasannya telat.

"Woi, seru banget bersihinnya!" seru Andra tahu-tahu muncul dari belakang.

Batari mengerjapkan mata, takut hanya halusinasinya saja karena cowok itu berdiri di depan pintu toilet perempuan. Bahkan Andra sudah masuk ke dalam ruangan sambil cengar-cengir tak canggung sama sekali.

"Toilet perempuan, lo ngapain masuk-masuk sini?" tanya Batari melotot.

"Eh, pernah nggak sih lo penasaran sama toilet cowok?" Andra bertanya super aneh membuat Batari jadi berpikir keras. "Pernah bersihin toilet cowok nggak?" Lalu cowok itu cekikikan menyebalkan.

"Bodo amat! Abis digebukin preman makin parah aja otaknya, udah lo keluar aja sana, nanti dikira salah masuk!" seru Batari ketakutan sambil melihat ke arah pintu. "Nanti lo ketahuan sama guru, tar kita disangka ngapa-ngapain di sini!"

"Yowes! Abis ini temuin gue ya!" Andra tertawa keras lalu mengikuti perintah Batari juga untuk keluar dari toilet perempuan.

Cewek itu menghela napasnya lega. Segera mungkin Batari menyelesaikan tugasnya memastikan toilet sudah bersih dan mengisi tissue pada kotak masing-masing setiap biliknya. Di depan westafel, Batari mencuci tangannya dengan sabun lalu membasuh wajahnya dengan air beberapa kali.

"Lo bukan cuma imajinasi gue, kan? Plis, jangan nambah-nambahin teman imajinasi gue makin banyak! Jangan bikin gue semakin halu dan susah keluar dari kebiasaan aneh ini."

Setelah mengeringkan wajahnya, Batari keluar dari toilet dengan degub jantung berdebar aneh tak biasa. Dia semakin gugup kala menemukan Andra duduk di salah satu kursi koridor sambil membawa-bawa roti isi rasa coklat.

"Kenapa lo nyariin gue?" tanya Batari berdiri di hadapan Andra. Batari melongo ketika Andra menarik tangannya untuk pergi dari tempat itu.

Keduanya berjalan menjauh dari koridor yang mulai ramai karena anak murid sudah berlarian di koridor, Andra mengajak Batari untuk pergi ke atap yang biasa dijadikan tempat menulis gadis itu.

☁️☁️☁️

Di salah satu beton, Andra duduk sambil membuka roti dan menyodorkannya ke Batari.

"Thanks!" Batari menerimanya lalu melahap sambil ikut duduk di sebelah Andra. "Lo udah sehat banget kayaknya, masuk hari ini udah ketawa lebar?"

"Halah, gitu doang! Masih sakit sih badan gue, tapi ntar juga sembuh," jawab Andra. "Lo nggak apa-apa? Badan lo nggak ngerasain sakit apa gitu?"

Batari mengangkat kedua bahunya, "Nggak, emang gue kenapa?" tanyanya tak merasa ada yang aneh.

"Hebat! Lo lebih kuat dari gue dalam energi, eh nggak juga sih, ya lo pasti masih di bawah gue." Andra memandangi Batari tanpa berkedip. "Malam itu memang bener elo, kan? Ngaku sama gue coba."

"Fisiknya memang gue," jawab Batari pelan. "Lo nggak usah pikirin itu, gue aja nggak ngerti."

Andra membuka mulutnya, ekspresi wajahnya tak memahami ucapan Batari.

"Lo kuat, keren, dan berani. Gue jadi penasaran." Tak disangka malah ucapan seperti itu yang bisa diungkapkan oleh Andra.

"Lo juga, lo lebih keren. Gue udah tau alasan kenapa lo diserang sama mereka," ujar Batari.

Pemuda di depannya menjadi semakin gelagapan, tidak ada yang bisa Andra katakan lagi. Namun, cowok itu memejamkan matanya menahan rasa sakit yang tak pernah dirasakan, kenapa dia seperti dihantam godam sangat sesak karena Batari sudah tahu siapa dirinya.

"Lo bener-bener seserem itu ya, paket lengkap. Gue kira lo cuma mirip kayak tukang pukul di pasar." Lanjutan ucapan Batari membuat Andra jadi menyeringai geli. Jadi ingin tertawa lebar.

"Lo jadi takut sama gue dan menganggap gue bagian dari orang yang merusak bangsa ini? Gue nggak tau itu paket obat-obatan terlarang," kata Andra menjelaskan dengan suara pelan. "Lo bakal bilang ke Ibu Ranny ada mantan pengedar di sekolahan?"

Kepala Batari menggeleng, dia menoleh jadi menatap ke arah Andra yang lagi tercenung dengan raut wajah kaku.

"Kita sama-sama punya rahasia, satu sama. Kita harusnya bersikap normal aja, seperti biasanya. Nggak bakal ada yang berubah dari sebelumnya, kan?" Batari bertanya balik.

"Tapi akuin satu hal ini, lo beneran hajar orang di pemakaman itu, kan?"

"Kenapa? Lo takut sama gue?" tanya Batari membuat hawa di sekitarnya menjadi aneh.

Andra mengeluarkan secarik kertas yang membuat mata Batari melebar dan air mukanya seketika menjadi memucat. Hawa aneh tadi semakin membuat tubuh Batari mendingin dan kaku.

"Gue lebih takut sama lo yang begini," kata Andra melebarkan kertas dengan coret-coretan dengan tinta hitam seperti gumpalan rambut kusut besar nyaris menghiasi satu lembar kertas.

"Lo nemu di mana?" Batari bertanya panik. Dia mau merebut tetapi Andra semakin menjauhkan kertas itu berkat tangannya yang panjang.

"Gue tau kok lo kenapa, jadi nggak perlu gue tanya lagi. Gue nyaris terlambat, lo nulis surat ini sebelum kejadian di jalanan itu kan? Tapi, gue bakal bilang lagi, hubungin gue kalo lo butuh seseorang."

Gadis itu menggigit bagian dalam bibirnya dengan mata menatap ke arah Andra dengan sekelumit pikiran dan juga perasaan yang aneh mengisi tanpa bisa ditahan lagi. Mereka masih saling bertukar pandang dalam diam ditemani angin siang yang memainkan rambut mereka.

"Kenapa lo peduli sama gue? Lo nggak nyata, kan?" tanya Batari bernada tajam.

☁️☁️☁️


Happy reading!!




11 APRIL 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top