📖 [ 𝐏𝐮𝐭𝐫𝐢 𝐓𝐢𝐝𝐮𝐫 ]

Nakahara Chuuya X OC! Shizuku Izumi.
Made by Izumi_053

×=×=×=×=

Ini adalah sebuah kisah tentang seorang putri yang terkena kutukan.

Dikisahkan, hiduplah seorang wanita berparas cantik bernama Shii. Ia memiliki segala hal yang membuatnya bahagia di dunia. Dan kelahiran putri sulungnya membuat kebahagiaannya menjadi semakin lengkap.

Putrinya diberi nama, Shizuku Izumi. Shii berkata bahwa nama tersebut berasal dari harapannya terhadap putrinya agar dapat beradaptasi di mana pun ia berada― layaknya air yang bisa menyesuaikan bentuk sesuai wadahnya.

Ini bukanlah kisah berlatar kerajaan seperti kisah putri dongeng pada umumnya. Kisah ini terjadi di dunia modern, tepatnya di sebuah kota yang terkenal akan pelabuhan transitnya― sebuah kota kecil bernama Yokohama.

Shii amat menyayangi Izumi. Ia senantiasa memberinya kasih sayang layaknya seorang ibu pada anaknya. Tak hanya itu, perempuan tersebut juga menggelar sebuah pesta besar untuk merayakan kelahiran sang putri. Semua orang di Yokohama diundang olehnya untuk turut memeriahkan pesta kelahiran putrinya. Semua orang, terkecuali seseorang. Hoshikawa Akane, sang gadis pemilik ability kutukan tidak diundang ke pesta tersebut.

Shii memang tak berniat mengundang gadis itu mengingat hubungan keluarga mereka yang tidak terlalu baik. Selain itu, ability yang dimiliki oleh Akane juga sangat mengerikan dan dapat membahayakan bayi kecilnya. Tak ingin mendatangkan hal buruk pada hari membahagiakannya, Shii memutuskan untuk tak mengundang si pemilik ability kutukan.

Namun, keputusannya tersebut sangatlah fatal.

Di tengah meriahnya pesta, listrik tiba-tiba mati. Seluruh lampu yang memberikan iluminasi pada ruangan seketika mati, menyisakan sinar rembulan yang masuk sebagai satu-satunya pencahayaan di ruangan.

Seorang perempuan bersurai hitam dengan beberapa garis merah memasuki ruangan. Senyuman terpatri di bibir, namun aura gelap yang mengerubungi dirinya membuat senyum tersebut tampak mengerikan. Shii yang menyadari kedatangan Akane, berusaha untuk menyelamatkan putrinya yang tengah dibaringkan di dalam kereta bayi. Tetapi, belum sempat perempuan tersebut meraih kereta, sebuah petir berwarna hitam menyambar ke arahnya. Shii menjauh tepat waktu, terima kasih pada refleknya yang bagus.

Kedua mata cokelatnya menatap si gadis bernetra ungu dengan pandangan benci dan marah. Sedangkan yang ditatap hanya terkikik geli sambil berjalan mendekat ke arah bayi perempuan dalam kereta dorong. Kedua manik ruby-nya menatap bayi yang tengah tertawa itu dengan pandangan licik.

"Shii, putrimu ini sangat cantik dan menggemaskan," puji Akane sambil menoleh ke arah Shii, menunjukan senyum polos. "Hm, kira-kira ... aku harus memberinya hadiah apa, ya?"

"Jangan sentuh putriku, Akane!" pekik Shii sambil berusaha mendekat, namun segera melompat mundur tatkala petir hitam kembali menyambar. Ia mendecih. "Ia tak butuh hadiah dari penyihir sepertimu."

Kalimat yang dilontarkan oleh sang perempuan berambut peach membuat Akane tertawa terbahak-bahak seperti wanita gila. Usai tawanya reda, gadis bersurai hitam itu segera mengerucutkan bibir dan berucap, "Jahat sekali, perkataanmu itu membuatku sakit hati, kau tahu."

"Bagus jika kau sakit hati," balas Shii dengan senyum meremehkan. "Kau punya alasan untuk meninggalkan tempat ini, sekarang juga."

"Tentu aku akan pergi dari sini," jawab Akane santai, tatapannya kini beralih ke arah bayi perempuan manis yang tengah tertawa senang tanpa tahu apa pun. "Setelah aku memberi hadiah kepada putrimu, tentu saja!"

"Sialan--"

"Aku, Hoshikawa Akane," seru wanita bermata ungu itu sambil meletakan telunjuknya ke atas dahi Izumi kecil, "Memberikanmu sebuah kutukan. Saat umurmu menginjak 15 tahun, kau akan mati ditelan samudra. Suaramu akan hilang, tertutup oleh buih-buih lautan tanpa ada yang mendengar pekikanmu. Ini hadiah dari bibi. Selamat atas kelahiranmu, Izumi-chan."

Setelah memberi rapalan kutukan tersebut, Akane segera melompat ke arah jendela. Sosoknya tak terlihat setelahnya, seakan sang malam telah menelan dan menyembunyikan figurnya dalam kegelapan.

Usai kepergian sang pemilik ability kutukan, ruangan kembali terang. Pencahayaan kembali menyala, memperlihatkan Shii yang menangis dengan tersedu-sedu. Baginya semua terlambat, putrinya telah terkena kutukan. Tak ada lagi yang bisa dilakukannya tak ada.

Atau begitulah yang dipikirnya.

Seorang perempuan bersurai hitam dengan mata kelabu tiba-tiba berjalan ke arahnya. Perempuan itu berjongkok, menyelaraskan tinggi dengan Shii yang tengah menangis bersimpuh di atas lantai. Sang perempuan mengelus pundak, memberikan tatapan meyakinkan.

"Jangan khawatir," lirih perempuan itu dengan tatapan meyakinkan. "Masih ada cara untuk menyangkal kutukannya."

Mendengar ucapan yang keluar dari membuat secercah harapan timbul dalam hati Shii. Perempuan bernetra biru itu bertanya dengan suara gemetar, "B-Bagaimana?"

Perempuan berambut hitam itu hanya tersenyum dan bangkit dari posisi jongkoknya, kemudian berjalan ke arah kereta dorong. Ia menatap bayi dalam kereta itu dengan senyuman, meletakan telunjuknya ke dahi sang bayi seperti yang dilakukan Akane tadi. Ia kemudian memejamkan mata, memfokuskan pikiran.

"Aku Nakano Nisha," bisik wanita tersebut dengan lembut. "Dengan ini menangkal kutukan mati yang ditanam oleh Hoshikawa Akane. Anak ini, Shizuku Izumi tidak akan mati, melainkan hanya tertidur selama tiga tahun apabila jatuh ke laut. Anak ini akan terbangun ketika cinta sejatinya menemukan dan membangunkannya dari tidur panjang."

Selesai merapalkan penangkal, perempuan misterius tersebut langsung menghela napas. Ia kemudian menatap Shii, memberikan senyuman yang melegakan. "Dengan ini, putrimu telah terhindar dari kematian."

Shii yang merasa sangat senang dan bersyukur tak dapat membendung tangis bahagianya. Dengan tergopoh-gopoh, ia memeluk perempuan yang baru saja menyelamatkan putrinya dari ajal mengerikan. Di antara tangis, Shii meracau bahwa ia akan menikahkan sang penyelamat sang putri dengan putra sulungnya sebagai uacapan terima kasih― yang langsung disetujui oleh seluruh hadirin yang menghadiri pesta.

***

Lambat laun, gadis kecil itu tumbuh menjadi remaja yang cantik. Izumi memiliki hobi yang cukup unik, yaitu mengoleksi kemasan susu kotak limited edition. Bahkan dia sering menghabiskan waktunya hanya untuk mengantri susu kotak edisi terbatas dan roti yang biasa di makan sarapan selama berjam-jam hanya untuk melengkapi koleksinya.

'Kenapa ibuku berambut putih, lalu ayahku rambutnya merah, kok bisa rambutku biru dan merahnya malah sedikit?' batin Izumi dengan segala pemikiran random yang terlintas di otaknya.

'Hah? Apa itu bekerja keras? Aku hanya ingin bersantai dan menikmati susu kotak ini.' Itulah yang selalu dibilang Izumi jika ditanya kenapa dia malas.

"Kalau yang lain bisa, kenapa aku juga? Biarkan saja, aku tidak peduli asal waktuku tidak di ganggu," ucap Izumi ketika dimintai bantuan.

Hidup Izumi sangat berkecukupan. Ia mempunyai kamar luas dengan tempat tidur besar, lemari pakaian berisi baju-baju bergaya dan hal-hal lain yang sangat diinginkan oleh gadis pada umumnya. Walaupun demikian, Izumi bukanlah gadis yang manja. Seperti saat ini, dirinya baru saja berjalan dari toserba sambil memakan sebuah taiyaki.

Saat tengah berjalan, gadis itu tidak sengaja menyenggol seorang pemuda pendek bersurai jingga yang tengah mencari sesuatu. Menurut asumsi Izumi, pemuda itu berusia 17 tahun. Namun, sang perempuan muda tak tahu apa yang sedang dicari oleh si pria cepak.

"Ya maaf, aku tidak melihatmu. Lagipula, apa yang kau lakukan di situ?" ujar Izumi sambil mengangkat kedua bahu tatkala pemuda di hadapan melampiaskan kemarahan padanya.

"Sangat tidak sopan sekali. Aku sedang mencari topi kesayanganku, orang aneh dengan perban membuangnya," balas pemuda itu yang malah curhat kepada Izumi nan tidak peka, pemalas, dan juga masa bodoh dengan kondisi yang dialaminya.

"Ya ampun, kasihan sekali. Mau kubantu?" tawar Izumi hanya untuk sekedar basa-basi.

"Boleh," balas pemuda itu dengan anggukan, yang mana malah membuat Izumi bermuram durja.

Padahal niatku tadi hanya untuk basa-basi, batin sang gadis sambil memaksakan senyum.

Setelah mencari seharian penuh, topi pemuda bersurai senja itu akhirnya ketemu. Topi bundar dengan hiasan ikatan cokelat tersebut ditemukan tersangkut di atas sebuah pohon ginko karena dibawa terbang burung pipit untuk dijadikan sarang baru.

"Untung saja di temukan, kalau tidak bisa gawat," ujar si pemuda bersurai oranye yang baru saja turun dari pohon dengan topi di genggaman. Tangan mungil mengusap dedaunan dan debu di topi, membersihkannya sebelum memakainya di atas kepala.

Izumi sedang melamun, dia memikirkan jika warna merah di campur hitam jadi apa.
Pertanyaan random sekali, tanpa tahu pemuda yang dibantunya tadi kini telah duduk di sebelahnya dan menatapnya dengan patrian senyum manis.

"Terima kasih atas bantuanmu, Nona. Kalau boleh tahu, siapa namamu?" tanyanya― yang membuat Izumi tersadar dari lamunan.

"Eh?" Izumi mengerjap, lalu melanjutkan, "Namaku Shizuku Izumi, panggil saja Izumi."

Pemuda itu mengangkat topi di kepalanya sejenak lalu berkata, "Salam kenal Izumi, aku Nakahara Chuuya."

Izumi menggaruk pipinya yang tidak gatal, "Ya, salam kenal Nakahara -san."

Pertemuan keduanya mememberikan makna yang mendalam.
Chuuya tidak pernah berpikir akan bertemu gadis yang dikiranya menyebalkan ternyata baik.
Biasanya orang akan memberikan tatapan aneh saat melihatnya. Apalagi gaya pakaiannya yang cukup aneh, orang-orang akan beranggapan dia adalah berandalan atau anggota mafia, walaupun itu memang faktanya.
Dia memang anggota kelas eksekutif mafia.

Namun gadis itu― Izumi, sama sekali tak memperlakukan dirinya seperti orang-orang tersebut. Ia membantunya dengan sepenuh hati tanpa mempertanyakan asal-muasalnya. Ia menatapnya seperti orang-orang pada umumnya, tak memandangnya seperti anggota berandalan maupun mafia. Entah mengapa hal tersebut membuat hati Chuuya menghangat.

Setelah pertemuan mereka hari itu, Chuuya membuat sebuah janji dalam sanubari. Jika bertemu lagi, dia ingin mentraktir gadis aneh tersebut makan di restoran paling mahal yang ada di Kota Yokohama.

***

Izumi sama sekali tidak mengetahui kutukan yang menimpanya.

Tanpa sadar, ia terseret arus dan tenggelam di lautan dangkal saat tengah bermain-main di bibir pantai. Alasan Izumi pergi ke laut karena penasaran laut dalam itu warnanya tetap biru atau biru tua, juga karena ingin membuktikan apakah rasa air laut memang asin seperti yang dikatakan di buku.

Namun, hal tersebut malah mengakibatkan celaka. Gadis malang itu terseret ombak dan tenggelam. Akibat kutukan yang telah ditanamkan dalam diri, Izumi langsung terlelap begitu setengah tubuhnya terendam dalam birunya lautan.

Shii yang mendapati putrinya pulang dengan kondisi demikian langsung menangis meraung-raung karena mengingat kutukan dari Akane. Putrinya akan tidur selama tiga tahun hingga seseorang datang sebagai penyelamat hidup Izumi.

Karena kesepian, Shii memutuskan untuk berkeliling dunia. Sementara Izumi dibiarkan tetap tertidur dalam kamar, terbuai dalam mimpi panjang yang menemani lelap.

3 tahun kemudian, Yokohama.

Saat itu kediaman keluarga Izumi sedang sepi, tidak ada yang memperdulikan putri yang masih terlelap tersebut.

Hingga suatu hari.

"Yang benar saja?! Mana ada orang yang memiliki ability pengendalian air, bahkan sudah kucari tidak ada kutemukan!" ucap Chuuya kesal. Pemuda itu kini telah berusia 20 tahun, sudah dua tahun pula mantan partnernya pergi dan membiarkan dirinya harus mengerjakan tugas-tugas yang ditinggalkan.

Tiba-tiba gawai Chuuya berbunyi, pertanda bahwa ada sebuah pesan masuk.

*"Chuuya-kun, aku menemukan pemilik ability itu, dia bernama Shizuku Izumi, yang pernah dikutuk mati oleh Akai-kun."*
Pemuda pendek itu mengernyitkan dahinya, merasa seperti  pernah mendengar nama yang disebutkan. Dia berusaha menggali ingatannya.

"Eh? Ya namaku Shizuku Izumi, panggil aja Izumi."

Seketika Chuuya menyeringai. Akhirnya, dia akan bertemu dengan gadis itu lagi.

Dia pun segera pergi menuju alamat yang di berikan oleh bosnya itu.Tapi sesampainya disana, rumah itu sepi seperti telah ditinggalkan oleh pemiliknya. Mendapati hal tersebut membuat Chuuya bertanya-tanya dalam hati, apakah salah alamat?

Namun, saat melihat ke dalam rumah itu, dia mendapati interior yant terlihat masih terawat bagus. Mata birunya juga menangkap beberapa wanita dengan berpakaian pelayan yang berlalu-lalang di koridor.

Merasa yakin bahwa di dalam masih ada penghuni, Chuuya memutuskan untuk memanjat melalui pagar dan melompat ke setiap balkon. Setelah mencari-cari selama sejam lebih, pemuda itu akhirnya berhasil menemukan apa yang dicarinya. Seorang gadis familier yang kini tampak sedikit asing. Tak banyak perubahan hadir dalam paras menawan itu, hanya ada sedikit perubahan kecil. Malu untuk diakui, namun perempuan muda di hadapannya ini tampak lebih cantik daripada saat pertemuan pertama mereka dulu.

"Akhirnya kita bertemu kembali. Tak kusangka gadis sepertimu dikutuk mati oleh kekasihnya si sialan itu," ucap Chuuya sambil menyenderkan bahu ke dekat nakas. Sikunya tidak sengaja menyenggol segelas coklat panas dan membuatnya tumpah di lantai dengan suara nyaring.

Sontak saja Izumi bangun dan memarahi Chuuya, "Kok! Aaaaa kok bisa?!! Ini edisi terbatas, ga akan ku ampuni kau!!" serunya menatap garang ke Chuuya.

Chuuya mendengus, ternyata masih menyebalkan seperti tiga tahun lalu.

Izumi meratapi susu coklat yang dia beli dengan uang tabungan itu, lalu menatap marah ke Chuuya.

Dia ingin memukul Chuuya, namun saat tangannya akan mendekati, pemuda itu malah menahannya dan mendekatkan wajah mereka.

"Sesudah tiga tahun tidak bertemu dan hal pertama yang kau lakukan adalah memukulku? Apa itu sopan, Nona?" tanyanya sambil menerbitkan seringai di bibir.

Izumi berusaha melepaskan tangannya dari Chuuya, "Tapi, kau menumpahkan minuman coklat berhargaku!"

Chuuya menghela napas. Menurutnya, gadis itu sudah sangat berisik. Hanya segelas coklat, dia bisa semarah itu. Ia sama sekali tak paham jalan pikiran gadis maniak susu edisi terbatas di hadapannya saat ini.

"Oke-oke akan ku ganti, tapi kau harus mengikutiku," kata Chuuya pada akhirnya. Telinganya sudah tidak tahan mendengar teriakan dan kata-kata kasar yang keluar dari mulut Izumi.

"Memangnya masih ada?" tanya Izumi sembari memiringkan kepala dengan raut wajah polos.

"Ada!"

Chuuya tanpa basa-basi langsung manarik Izumi ke arah jendela kamar, angin bertiup tatkala mata biru tersebut menatap Izumi dengan teduh.

"Heh! Itu tinggi aku tidak mau mati konyol!" seru Izumi ketika melihat jarak dari jendela kamarnya ke tanah.

"Tenang saja," ucap Chuuya lalu menggendong ala pengantin gitu, lupa aku namanya apa.

Izumi spontan menutup matanya karena takut. Padahal dia  baru saja bangun dari tidur panjang, namun mengapa malah dihadapkan dengan hal konyol seperti ini?

"Kau tidak perlu takut, pengendali gravitasi ada di sini."

Izumi membuka matanya dan menatap takjub kota Yokohama dari atas. Kaca-kaca bangunan yang bersinar karena kemilau cahaya mentari, lautan biru dengan kilauan putihnya― pemandangan kota yang ada di hadapannya tampak begitu indah dan menakjubkan.

Lalu, ia menatap ke arah Chuuya seolah-olah berkata, 'cepat turunkan aku!'

Chuuya yang paham akan maksud gadis di gendongan hanya terkekeh. Ia perlahan menurunkan diri dan menapak tanah, meletakan gadis yang ada dalam rengkuhan dengan lembut.

"Untung saja, kupikir aku akan mati," bisik Izumi dengan suara kecil. Tangannya mengelus dadanya, berusaha menetralisir degup jantung yang terasa akan meledak.

Seperti janji Chuuya tadi, dia membelikan Izumi minuman coklat yang edisi teterbatas. Tentu saja Izumi tersenyum bahagia, akhirnya dia tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli minuman mahal itu. Karena, sekaya apapun dirinya, Izumi tetap tak dapat mengelak godaan akan barang gratis.

"Kau sepertinya menyukai minuman itu, ya?" tanya Chuuya yang sedari tadi mengamatinya.

"Tentu saja, karena minuman ini langka. Aku jarang mendapatkannya, jadi hal ini membuatku merasa senang."

"Jadi, kenapa kau dikutuk oleh Hoshikawa Akane?" Chuuya membuka obrolan mereka sebelum meneguk kopi kaleng di genggaman.

Izumi memasang tampang berpikir sebelum akhirnya menjawab, "Aku kurang tau sih, tapi dulu aku dekat dengannya dan dia itu narsis kali! Mengapa pula aku ngefans sama dia."

"Lalu karena kau tidak mengatakan kau nge-fans dia, dia mengutukmu?"

"Heh! Aku tidak nge-fans padanya, aku hanya ponakannya saja."

Chuuya mengernyit dahinya, ' yang benar saja? Gara-gara itu di kutuk?!'

Melihat muka Chuuya yang menurutnya lucu dan imut membuat Izumi terkekeh. Semburat merah seketika mewarnai kedua pipi sang pemuda, walau tampak samar di bawah kilau cakrawala yang telah menjingga. Suara bising mobil dan manusia lainnya teredam, seakan suara Izumi menjadi satu-satunya suara yang memenuhi telinganya.

Chuuya terdiam, kedua manik birunya terpaku pada gadis yang berjalan beriringan di sebelahnya. Izumi jika tertawa sangat manis, bahkan cukup berkelas karena dia menutupi tawanya dengan punggung tangan. Malu untuk diakui, namun sepertinya eksekutif muda dari Port Mafia tersebut terpesona akan daya pikat sang putri tidur.

Chuuya memilih melihat ke arah lain, tak ingin jantungnya (yang sudah berisik) bertambah bising karena melihat rekahan senyum di bibir Izumi.

"Chuuya," panggil Izumi.

Atas panggilan tersebut, Chuuya segera menoleh ke arah sang gadis. "Apa?"

"Terimakasih, karena sudah membangunkan ku," ucapnya sambil tersenyum manis, kedua mata tertutup layaknya bulan sabit kembar.

Chuuya menoleh ke arah lain, kedua ujung bibirnya membentuk senyum kecil, "Ya, sama-sama."

— End

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top