📖 [ 𝐃𝐞𝐚𝐭𝐡'𝐬 𝐌𝐞𝐬𝐬𝐞𝐧𝐠𝐞𝐫 ]
Pairing : Dazai Osamu x Yumiko (OC)
By : ChocoCoffe7
WARNING
-OOC
-Bahasa tidak baku
-Gaje
-kadang gak nyambung
💀💀💀
Seorang pria menemukan "kematian" yang tergeletak dan dalam keadaan tak sadarkan diri. Pria tersebut mendekatinya lalu membawanya ke kediamannya serta merawatnya hingga sembuh. Sang "Kematian" merasa sangat berhutang budi akan hal tersebut.
"Sebagai rasa Terima kasihku, aku akan mengirimkan sebuah utusanku untuk memperingatimu saat engkau akan mati di masa depan nanti." ucap Sang "Kematian".
Singkat cerita, Pria itu kini sudah tua dan mulai sakit-sakitan. Dia hanya selalu terbaring di kasur sepanjang harinya, hingga akhirnya ajal akan menjemputnya. Pria itu marah...
"Dimana utusan yang Ia janjikan itu?!"
Sang "kematian" mendatangi rumah Pria itu dan menatap Pria yang tak lagi muda itu.
"Dasar pembohong! Kau bilang kau akan mengirimkan utusanmu untuk memberitahuku soal kapan aku mati!" bentak Pria itu.
"Kau tahu? Utusan yang ku maksud itu bukanlah sesuatu yang berwujud manusia. Penyakit yang kau derita saat ini lah yang ku maksud." jelas Sang "Kematian".
Akhirnya setelah mendengar penjelasan dari Sang "Kematian" Pria itu pun meninggal dalam keadaan yang tenang...
"Bagaimana menurut kalian? Bukankah dongeng kali ini cukup menakutkan?" tanya Ozaki Koyo mengakhiri Dongeng turun temurun yang tidak terlalu disukai orang-orang karena dianggap terlalu memaksakan akhir yang bahagia. Bahkan ada beberapa orang yang menganggap bahwa dongeng itu hanyalah sebuah kebohongan. Tapi... Bukankah hampir semua dongeng itu hanyalah kebohongan?
"Tidak! Dongeng nya membosankan!" ucap anak laki-laki bernama Chuuya Nakahara.
"Kan aku sudah bilang kalau dongeng yang ini tidak menarik... Kalian sendiri lho yang milih dongengnya..." ucap Ozaki agak kesal.
"Tidak... Itu cerita yang bagus..." ucap bocah laki-laki yang seluruh tubuhnya terbalut perban. Chuuya menatap bocah itu bingung.
"Kematian ya... Aku ingin menemukannya lalu merawatnya!" ucap bocah itu dengan senyuman yang lebar. Ozaki dan Chuuya menatap bocah itu dengan tatapan aneh.
Keesokan harinya
Setelah mendengar cerita dari Ozaki, bocah perban atau yang memiliki nama Dazai Osamu itu mulai mencari Sang "Kematian". Entah apa yang dipikirkan bocah itu. Yang pasti dia sangat ingin menemui Sang " Kematian" lalu memintanya untuk membunuhnya sebagai balas budi. Sebuah pemikiran yang gila untuk anak kecil sepertinya.
"Rururu Shinju wa~ Hitori de wa dekinai~"
Dazai bernyanyi kecil di hutan lebat. Dia tidak memedulikan Hirotsu yang panik karena kehilangan Tuan mudanya itu. Malang sekali pak tua itu.
Dazai terus berjalan hingga tiba-tiba dia melihat gadis (yang mungkin lebih tua beberapa tahun darinya) tertidur pulas. Karena rasa penasaran yang memenuhi benaknya, Ia mendekati gadis itu menatap dalam wajah gadis itu. Tangan kecilnya yang terbalut perban mengusap lembut pipi gadis itu.
"Dingin..." batin Dazai saat merasakan suhu tubuh gadis itu yang dingin bagai mayat.
Gadis itu mengerutkan dahinya lalu membuka matanya. Ia dapati Dazai yang mengusap pipinya. Yang lebih membuatnya bingung, tatapan Dazai terlihat sangat senang seperti habis menemukan harta karun yang selama ini ia cari. Tunggu... Atau mungkin memang gadis itulah yang Dazai cari?
"Apa yang kau lakukan?" tanya gadis itu.
"Mengusap pipimu." jawab Dazai dengan raut wajah yang polos.
"Kalau itu sih aku tahu..." batin gadis itu. "Maksudku, kenapa kau mengusap pipiku?"
"Pucat dan dingin..." gumam Dazai.
"Enggak nyambung..."
"Namamu siapa?" tanya Dazai.
"Aku tidak mungkin bilang kalau aku kematian kan? Aku tahu betul dia memang sedang mencariku... Dasar bocah gila. Mau pakai nama apa ya enaknya..." batin gadis itu. Ya, gadis itu adalah wujud nyata dari dongeng pesan kematian. Ia terlihat berpikir keras dalam memilih namanya sendiri.
"Padahal tinggal nyebutin nama sendiri..." gumam Dazai mulai kesal karena harus menunggu lama. Siapa juga yang tidak kesal saat pertanyaannya tidak dijawab dengan cepat?
"Yumiko! Namaku Yumiko..."
Akhirnya gadis itu menjawab pertanyaannya itu. Dazai menghela nafas lega.
"Nama margamu?" tanya Dazai lagi.
"Tidak punya, aku tidak punya keluarga." jawab Yumiko (dengan jawaban yang sedikit menusuk hati tentu saja).
Dazai berkedip beberapa kali, di Zaman itu orang yang tidak memiliki marga adalah seorang budak. Tapi dimatanya penampilan Yumiko terlihat cukup bersih tidak seperti budak pada umumnya.
"Beneran gak punya marga?" tanya Dazai sekali lagi.
"Iya beneran..." ucap Yumiko yang mulai lelah dengan pertanyaan Dazai.
Dazai kembali mengusap-usap pipi Yumiko dengan tangannya yang mungil. Cukup aneh karena Yumiko membiarkan bocah tengil itu menyentuhnya. Apalagi Yumiko terlihat menikmati sentuhan tersebut. Padahal biasanya Yumiko akan langsung menjebak orang yang menyentuhnya. Iya, jebakan yang sama dengan yang di dapat Si "Pria" di dongeng.
Di saat Sang Kematian menikmati sentuhannya, Dazai tiba-tiba mengatakan hal yang mengejutkan. Perkataan tersebut berhasil membuat Yumiko terbelalak kaget. Meski begitu, Yumiko tetap tersenyum lalu menganggukkan kepalanya, tanda mengiyakan permintaan Dazai.
💀💀💀
Terlihat jelas, kini Dazai sudah beranjak dewasa dan berubah menjadi pria tampan (yang sedikit playboy). Penampilan yang pas untuk seorang bangsawan sepertinya. Oh, apa aku belum menyebutkannya? Maaf kalau begitu. Dazai adalah anak tiri dari Duke Mori Ougai. Ya, Mori memutuskan untuk tidak menikah lalu mengadopsi Dazai.
Saat ini Dazai diikat di kursi menggunakan tali tambang oleh Hirotsu. Tujuan hanya satu. Agar dia tidak dimarahi Mori Ougai karena membiarkan Dazai kabur. Dazai itu bagai monyet yang kalau kau biarkan tanpa pengaman, dia akan langsung melompat keluar dari kandangnya.
"Hirotsu-san~ lepaskan aku~" mohon Dazai kepada butlernya itu. Hirotsu menatap bingung Dazai. Dia heran. Akhir-akhir ini Tuan mudanya itu sering sekali datang ke hutan dengan alasan ingin bertemu temannya. Siapa teman Tuan mudanya itu? Hirotsu bahkan sampai berpikir kalau Dazai berteman dengan hantu. Ya walau itu tidak salah sama sekali, toh Yumiko itu bukanlah manusia.
"Maaf Tuan Muda, Anda tidak diperbolehkan untuk keluar oleh Tuan Mori Ougai." ucap Hirotsu dengan sopan. Malang sekali nasib pak tua itu, dia terpaksa harus menjadi Butler dari anak Duke yang pergerakannya tidak bisa diprediksi.
"Aku ingin bertemu temanku!!!" teriak Dazai lalu memanyunkan bibirnya karena kesal.
"Jika memang ingin bertemu dengan orang tersebut, kenapa tidak mengundangnya kesini?" tanya Hirotsu. "Dan lagi, Anda sudah menginjak umur 22 tahun, jadi tolong berhenti bersikap kekanak-kanakan."
"Heee~ Hirotsu-san sudah berani memerintahku ya?" Seriangaian lebar terukir sempurna pada bibir Dazai. Seringaian itu berhasil membuat Hirotsu menundukkan kepala dalam.
"Maaf Tuan..."
"Aku tidak ingin orang melihatnya... Hanya aku yang boleh!" Jawaban Dazai berhasil membuat Hirotsu kaget. Orang-orang tidak bisa melihatnya tapi Dazai bisa... Bukankah itu artinya Dazai memang berteman dengan hantu?
Tiba-tiba pintu terbuka sendirinya.
Dazai tersenyum miring lalu memasang wajah kaget dan kesal secara bersamaan.
"CHUUYA!!! KENAPA KAU MASUK SEMBARANGAN?!" teriakan Dazai berhasil membuat Hirotsu kaget lalu memalingkan pandangannya dari Dazai.
Kesempatan tidak datang dua kali. Dazai pun langsung melepas tali tambang yang melilitnya daritadi. Dia pun membuka jendela lalu melompat dan kabur. Hirotsu membeku ditempat, setelah itu langsung memijit pelipisnya. Doakan saja semoga pak tua itu tidak dieksekusi oleh Mori Ougai.
Sementara itu Dazai berlari ke arah hutan. Ketika manik hazelnya melihat Yumiko wajahnya langsung ceria lalu memeluknya begitu saja.
"YUMIKO-CHAN!!" teriak Dazai. Tentu saja reaksi Yumiko sangat datar dan lelah (lelah menghadapi bayi gede).
"Jangan berteriak..." ucap Yumiko. Dazai tersenyum.
"BAIKLAH AKU TIDAK AKAN BERTERIAK!"
Bukan Dazai namanya kalau dia tidak jahil. Apalagi dia berteriak tepat di telinga Yumiko.
"*Kau...*"
"APA? ADA YANG SALAH KAH?" tanya Dazai dengan wajah tanpa dosa.
"Diamlah..." ucap Yumiko dengan nada malas (malas meladeni orang aneh seperti Dazai). Bukannya berhenti, Dazai malah berteriak kencang. Yumiko yang kesal pun langsung menjitak Dazai.
Sesuai dugaan kalian, Dazai pasti langsung bersikap manja seolah-olah Yumiko adalah kakak perempuannya. Yumiko hanya bisa pasrah, andai dulu dia tidak mengiyakan permintaan Dazai, sekarang dia pasti sedang membunuh orang-orang.
"Kau tahu Yumiko-chan?" tanya Dazai.
"Tidak tahu dan tidak ingin tahu." Jawaban Yumiko membuat Dazai kesal. Gimana tidak kesal, niat ngajak ngomong malah ditolak gitu aja.
"JANGAN GITU LAH-MMP!!" Teruskan Dazai langsung dibungkam oleh Yumiko dengan sebuah ciuman. Dazai awalnya terbelalak, namun pada akhirnya dia membalas ciuman itu dengan senang hati. Bahkan Dazai tidak memedulikan otaknya yang terus berpikir kalau dia sudah masuk jebakan. Ya... Jebakan cinta yang berujung kematian.
Yumiko melepas ciumannya lalu menatap kesal Dazai.
"Jangan teriak di telingaku."
"Ehehe, maaf~" Permintaan maaf yang terdengar main-main bagi Yumiko. Percuma juga, Dazai tak memedulikan hal itu.
"Omong-omong bukankah Kematian dari dongeng Death's Messenger itu pembohong?" tanya Dazai. Ia tatap wajah Yumiko yang datar.
"Maksudmu? Kan benar, dia mengutus penyakit sebagai tanda-tanda kalau Pria itu akan mati." Argumen dari Yumiko.
"Tidak, sebenarnya dia hanya beralasan. Pria itu tidak akan mati jika saja dia tidak merawat Kematian. Bagiku, dongeng itu terlalu memaksakan ending cerita yang menyenangkan. Bagaimana jika saja, *Kematian* tidak suka di sentuh oleh manusia?" Penjelasan Dazai berhasil membuat Yumiko tersenyum.
"Jadi?" tanya Yumiko.
"Logikanya... Jika kau menyentuh takdir bernama kematian, mau tidak mau kau harus mati bukan? Bukankah itu artinya... Si Kematian itu berbohong? Bahkan meski penyakit itu sangat parah sampai membuat Pria itu hampir mati. Jika saja kematian tidak mendatanginya untuk meminta pertanggungjawaban karena telah menyentuhnya, pria itu tidak akan mati kan?" Penjelasan yang diakhiri kalimat tanya itu membuat Yumiko diam. Dazai merasa puas akan hal itu. Yumiko menatap Dazai dengan tatapan misterius.
Flashback
"Ubah dongeng nya atau kau akan ku bunuh." ancam Yumiko pada saat itu. Saat dimana kerajaan masih hanya memiliki puluhan rakyat saja. Pria yang membuat dongeng itu ketakutan saat melihat Yumiko menempelkan sabitnya pada lehernya.
"BAIKLAH AKAN SAYA UBAH TAPI UBAH BAGAIMANA?!" ucap pria itu.
Yumiko tersenyum miring. "Katakan saja pada anak-anak itu kalau sang *kematian* adalah makhluk yang menepati janjinya, dia bukan makhluk yang menjebak orang untuk mengambil nyawa orang tersebut..."
Flashback End
"Sudah ku duga, kau memang manusia yang gila." Manik ungu dimatanya kini berubah menjadi merah pekat layaknya darah. "Sudah beribu-ribu tahun aku hidup tapi baru kali ini aku merasa benar-benar kesal."
Dazai hanya tersenyum. "Kesal karena ada manusia yang mencintaimu? Atau kesal karena manusia itu sengaja masuk ke jebakanmu itu?"
"Dua-duanya." jawab Yumiko dengan raut wajah yang dingin.
"Cantik." batin Dazai terpesona dengan raut wajah dingin yang siap membunuhnya saat itu juga. "Oh iya... Kau ingat janjimu dulu kan? Aku ingin kau membayarnya sekarang~"
Yumiko berdecih kesal lalu memeluk leher Dazai. "Kau benar-benar gila... Aku ini wujud nyata dongeng Death's Messenger dan bukannya dongeng succubus."
"Aku tidak peduli akan hal itu~" ucap Dazai.
Cup~
Dazai mencium lembut bibir Yumiko yang lalu dibalas oleh Yumiko sendiri. Mungkin ini adalah cara mati yang tidak menyiksa dan tidak menyakitkan. Sesuai dengan keinginan Dazai. Yumiko menutup matanya membiarkan Dazai melumat bibirnya. Tangannya yang pucat mengeluarkan pisau, Ia menurunkan tangannya lalu menusuk jantung pria jangkung itu.
Darah mulai membasahi rerumputan yang menjadi pijakan Dazai. Bahkan baju Yumiko basah oleh darah. Dazai melepas ciumannya itu. "Terima kasih..." ucap pria jangkung itu lalu jatuh ke pelukan Yumiko. Yumiko menundukkan kepalanya.
"DASAR PEMBOHONG!! KAU PIKIR PENYAKIT ITU ADALAH UTUSAN HAH?!"
"Ya! Itu memang bukan utusan! Aku memang tidak menepati janjiku! Tapi paling tidak cara matimu itu tidak sekejam dan sekeji mereka!
"SIALAN KAU- Ugh... Kematian..."
"... Padahal... Aku sudah berusaha membunuhmu dengan halus... Manusia memang sulit di mengerti"
"Padahal... Pria yang menyelamatkanku saat itu tidak pernah mengucapkan Terima kasih karena sudah ku bunuh dengan cara yang halus... Tidak seharusnya kau berterimakasih..." Bulir-bulir bening turun dari matanya. Yumiko memeluk erat tubuh Dazai yang kini sudah tak bernyawa itu.
"Aku ingin mati tanpa rasa sakit dan tanpa rasa yang menyiksa..." permintaan Dazai kecil saat itu. Yumiko terbelalak lalu tersenyum serta menganggukkan kepalanya.
"Baiklah kalau itu maumu..."
Yumiko mulai histeris sehingga langit pun ikut meneteskan air mata mereka.
Dongeng yang dipaksa untuk menjadi happy ending kini berubah menjadi sad ending. Tunggu... Bukankah ini happy ending karena akhirnya Sang Kematian menepati janjinya?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top