!Riddle Rosehearts!

HAREM TREY

[Kumpulan Drabble Twisted Wonderland]
.
.
.
Genre : Fluff, Komedi
!Warning! : Typo, OOC
.
.
.
Summary :
tentang kharisma sang Trey Clover dalam menarik hati para Junior dan Senior Heartslabyul
.
.
.


Siang itu sebenarnya tak ada yang istimewa dari biasanya. Hanya mungkin saja kelas Trein-sensei yang terasa lebih lama baginya. Oh, mungkin juga karena langit yang benar-benar cerah hari ini tentu saja. Matahari bersinar terik, sampai-sampai para awan pergi menjauh darinya.

"...Bosan," Pada akhirnya kata itu terucap juga dari mulutnya.

Riddle Rosehearts, memandangi lapangan tempat anak-anak tahun pertama tengah berlatih terbang dari balik jendela kelas. Mencoba mencari sesuatu yang mungkin akan membuat kebosanannya ini menghilang. Dirinya lelah, ingin selalu bisa bebas sebebas awan di langit sana. Pasti menyenangkan. Tidak seperti dirinya, yang terkurung dalam sangkar selama ini.
Riddle tersenyum kecil, hidupnya sungguh membosankan ternyata.

"Wah-wah, ada yang sedang melamun,"

---setidaknya tidak saat ini.

Riddle menoleh pada sumber suara di belakangnya. Sosok Jade dengan senyum miliknya. Senyum menawan bagi orang lain, dan menyebalkan bagi Riddle. "Jangan mengganguku, Jade," ujar Riddle.

"Oya ? Kenapa ? Padahal, Floyd benar," Ujar Jade dengan nada kecewa dibuat-buat. Namun, tak lama senyum miliknya kembali mengembang."Kalau, wajah kesalmu itu sangat imut," Kata melantunkan tawa kecil.

Badan Riddle menegang, namun rona merah malah menghiasi wajahnya. Kesal, dan malu bercampur di raut wajahnya.

"Ka-kau !! Diamlah---,"

"Rosehearts, mengapa kau berteriak di kelasku ?,"

---astaga, Riddle melupakannya.

Riddle membolehkan kepalanya patah-patah, mendapati Trein-sensei tengah menatapnya tajam dari balik meja miliknya. Sialan, Riddle dibuat terjebak dalam perangkap Jade. Seharusnya ia tahu, jika Jade selicik saudaranya itu.

Oh, sekarang saja Riddle dapat menebak raut kepuasan di wajah Jade saat ini. Cengar-cengir tidak jelas, dengan raut super menyebalkan yang membuatnya dongkol.

"Rosehearts, kelihatannya kau tidak menyimak pelajaranku ya ?,"

"Gomenasai, sensei. Saya tidak bermaksud melakukannya," jawab Riddle dengan kepala menunduk.

"Hmmm...Kalau begitu ku harap kau tidak keberatan untuk meninggalkan kelasku sekarang dan jangan kembali sampai kau menyelesaikan tugas-tugas di perpustakaan !!,"

Mampus!

Diam-diam, Riddle merutuki Jade dari kursinya dengan segala sumpah serapah dan mantra yang ia ingat.

"Sialan kau !,"

"Trey !," Cater berteriak memanggil pemilik surai hijau itu untuk berhenti. Tak lama merangkulnya dengan sebelah tangannya. "Terimakasih untuk bukunya. Aku benar-benar tertolong !!,"

"Sama-sama, Cater. Tapi, lain kali ku harap kau lebih teliti lagi sebelum berangkat," Trey mengingatkan. Cater hanya bisa memberi anggukan kecil dan senyuman.

"Mau kemana ?," Yang ditanya menunjukkan buku tebal dan kartu perpustakaan miliknya. "Mau ikut ke perpus ?," Cater menggeleng pelan seraya melirik kearah handphone miliknya. Kemudian menjawab. "Aku ingin sekali, tapi ada janji yang harus ku lakukan sekarang," tolaknya.

"Oya ? Semoga berjalan lancar, apapun itu," Trey hendak melangkah pergi, namun diurungkan dan menoleh kembali pada Cater. "Dan, jangan lupa makan ya. Jaa ne,"

"Ha'i~~~," jawabnya.

...

...

"Ma~...padahal aku ingin sekali ikut dengannya,"

.
.
.

Cklek

Hal yang pertama menyambut Trey kala membuka pintu adalah ruangan penuh tak buku yang berjajar rapi. Tak banyak siswa yang pergi ke Perpustakaan hari ini--- Trey menyimpulkan dari daftar hadir yang berada di meja penjaga perpus ---Suasana yang tenang, dan hawa yang lumayan dingin daripada di luar membuat siapapun pasti segera masuk ke alam mimpi setelah kemari.

Mungkin, itu juga salah satu alasan banyak siswa yang sengaja belajar kemari dengan dalih ingin membolos kelas. Yah, walaupun sudah banyak yang tertangkap karena alasan yang sama juga.

Trey pergi menuju kearah rak buku paling ujung, tempat buku yang ia pinjam sebelumnya. Selama berjalan, matanya tak henti mengamati rak buku di sekelilingnya.

Tak ada yang berubah dari kunjungan sebelumnya, hanya buku, buku, buku, buku lagi dan Riddle...---Eh ?

"Riddle ?,"

Hampir saja buku yang dipegangnya terjatuh, Riddle menoleh dengan raut wajah terkejut. Menatap Trey dengan tanda tanya. "Eh, Trey ? Kenapa kau kemari ?," ada sedikit raut legah diwajahnya melihat Trey. Riddle hampir saja jantungan jika saja ada murid lain yang melihatnya seperti ini.

Bisa hancur harga dirinya.

Lebay.

"Kau seharusnya tahu, bukan ?," Trey tersenyum menunjukkan buku ditangannya. Riddle mengangguk mengerti, dirinya melihat kode yang tercetak di samping buku. Lantas menunjukkan rak di sebelahnya di tingkat ke dua. "Taruh buku itu disana," ujarnya.

"Oh, terimakasih," ucap Trey, manik matanya melirik ke troli penuh buku yang berada di samping Riddle. Lantas mengamati Riddle yang nampak kesusahan menaruh buku di rak atas.

Trey terkekeh. "Mau kubantu dengan hukumanmu itu, Kaichou ?," Riddle menatap Trey kesal. "Kalau sudah tahu, bisa berhenti tertawa," Trey tersenyum geli tanpa sadar, berusaha menutupi dengan tangannya. Ah, Sial. Wajah kesal Riddle memang sangat lucu.

Setelah dapat mengontrol diri, Trey mengambil buku di tangan Riddle. "Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan sampai Trein-sensei menghukummu ?," Trey bertanya begitu, tangannya kembali menerima buku lain dari Riddle.

Riddle terdiam, sebenarnya tak ingin membahasnya. Bagaimanapun, menurutnya sangat OOC sekali baginya berteriak dan bertengkar dengan Jade di kelas. Oh, ya ampun. Bahkan, dia masih sangat kesal mengingatnya saja.

"Bertengkar...dan, berteriak di kelas,"

"Ah ! Tapi, aku bersumpah padamu Trey. Aku tidak bermaksud melakukan itu !," Riddle membela diri, berharap Trey tidak memikirkan hal-hal aneh tentang hal itu. Wajahnya membentuk ekspresi panik yang lumayan menyenangkan untuk dilihat.

"Apa kau melamun dikelas ?,"

Skakmat

"Ti-tidak !," tuh, kan benar. Batin Trey geli.

Trey akui, walau selalu terlihat tegas dan kuat. Nyatanya, Riddle juga seseorang yang memiliki sisi seperti ini. Sisi yang jarang terlihat di depan orang lain.

Kepala merah dielus lembut, Trey tersenyum. "Apa kelas Trein-sensei membosankan ?," Riddle menggeleng pelan. "Ti-tidak, pelajarannya sama seperti biasa,"

"Hanya saja...,"

"?,"

Riddle menghela nafas. "...Aku yang bosan akhir-akhir ini," Trey menghentikan elusannya. "Eh, Trey ??!," Trey meletakkan tangannya di rahang Riddle dan menariknya mendekat. Riddle mematung di tempatnya. Manik silver miliknya terpaku pada manik gold Trey yang menatapnya lurus. Sangat intens, dan terlalu dekat baginya.

Mau tak mau, rona merah tanpa malu mewarnai wajahnya. Riddle salah tingkah ditatap seperti itu. Oh, Sial. Bahkan, jantungnya tak bisa diajak kompromi sekarang.

"A-aku yang mau dilakukan Trey sih ?," batin Riddle panik, begitu bayangan-bayangan adegan komik shoujou memenuhi kepalanya. Salahkan posisi mereka sekarang yang benar-benar akan membuat orang salah paham.

Dan, malah membuat para fujoshi/Fudan berteriak kegirangan melihatnya.

"Sudah kuduga,"

"Hah ?,"

Trey menjauhkan dirinya, jari telunjuknya mengusap sudut mata Riddle. Seakan tengah membersihkan sesuatu disana.
"Kau pasti bergadang ya kemarin malam !," Trey melanjutkan. Jemari tangannya menelusuri wajah agak pucat milik Riddle. "Kau juga tak sarapan tadi pagi, ya !,"

Riddle tersenyum canggung, menatap wajah Trey yang kian menggelap. "A-aku hanya bersiap untuk untuk ujian," Bibirnya mengerucut lucu, menatap Trey. "Aku tidak ingin gagal dalam ujian jika kau tahu,"

"Kau tidak akan gagal, hanya karena sarapan Riddle," jelas Trey seraya menaruh buku terakhir di tempatnya. Lantas beralih pada Riddle. "Kehidupanmu mungkin membosankan, tapi kau juga harus memperhatikan dirimu sendiri,"

Trey mengulum senyum miliknya. "Aku tidak ingin hal buruk lain menimpamu lagi,"

Riddle terhenyak. Sensasi hangat terasa di dadanya hanya karena dirinya tahu begitu khawatirnya Trey padanya. Entah kenapa rasanya bahagia, hingga meluap-luap.

Riddle sekarang menyadari, di kehidupannya yang membosankan ini dia tak pernah sendirian. Akan ada seseorang yang ikut mewarnai harinya dengan nasehat, omelan dan perhatian kecil setiap saat tanpa diminta. Itu sudah cukup baginya.

Senyuman kecil diulas oleh Riddle, dengan rona merah tipis menghiasi wajahnya.

"Terimakasih, Trey,"

"Kalau begitu, tetaplah disisiku,"

Bolehkah, jika Riddle sekarang menjadi egois ?

[FIN]

.
.
.

Finally, bagian pintanya Riddle selesai yeeaaahhh !!

Bisa tidur tenang, horayy

Char : ma, masih ada banyak loh

Jan diingetin TwT

Btw, ada kritik dan saran ??

Oh, dan...

THANKS FOR READING

.
.
.

[OMAKE]

"Oh, ngomong-ngomong Trey,"

"Jangan melakukan hal seperti tadi pada orang lain,"

"Apa ? Maksudmu yang mana ?,"

Antara tidak nyadar, dan tidak peka itu beda tipis---Riddle 2020

♣️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top