9
"San!" panggil Sherly yang baru datang dari pengadilan dan mendapati teman jahanamnya baru keluar dari ruang rapat. Batinnya ingin salto ria tak sabar mengeluarkan berbagai macam sumpah serapah yang patut dilempar kepada gadis berambut ikal itu. Buru-buru Sherly menarik lengan Sandra ke ruangannya kemudian berseru, "Gila lo ya!"
Mungkin di luar ruang berukuran 3x4 meter yang dibatasi dinding kaca tipis, orang lain akan mendengar makian Sherly. Sayangnya semua yang ada di HAD Law Firm seolah tak memedulikan pertengkaran yang mirip Tom & Jerry itu. Mereka sudah hafal di luar kepala bahkan buku KUHAP sekalipun kalau tak berapa lama lagi, dua pengacara itu bakal kembali akur.
"Sorry!" cicit Sandra tahu ada insiden di Dragonfly yang sempat viral di Instagram. Sampai dia harus turun tangan menggunakan akun palsu untuk memberi klarifikasi meski hal itu tidak berdampak besar. Maklum saja, fenomena pelakor dan pebinor di negara Wakanda sudah makin merajalela seperti virus yang tak akan mudah dimusnahkan begitu saja. Kendatipun dimatikan satu jenis, maka jenis lain akan beranak-pinak.
"Sumpah demi Tuhan gue enggak tahu dia mau kawin, Sher!" Sandra mengacungkan dua jari berbentuk V sebagai tanda dirinya tak berbohong.
"Enggak usah bawa-bawa nama Tuhan kalau lo bohongin gue, San!" sungut Sherly masih tak terima. "Gue kan udah bilang, jangan comblangin gue sama laki yang udah punya bini. Jijik gue!"
"Sumpah, Sherly, sumpah ... gue enggak tahu. Lagian Johan sendiri yang pengen dikenalin sama elo. Gue udah bilang kalau lo enggak suka embat laki orang," jelas Sandra. "Maafin gue ya Sher ... atau lo mau gue lompat dari sini bakal gue jabanin." Rautnya memelas penuh rasa bersalah.
Sherly terdiam kemudian melipat tangan di dada, bersandar pada pinggiran meja berisi tumpukan berkas kasus lalu menunjuk jendela di belakang meja kerjanya dengan dagu dan berkata, "Ayo, katanya lo mau lompat? Nyawa lo masih ada sembilan kan?"
"Lo kata gue kucing," ketus Sandra lalu memeluk teman semasa putih abu-abunya itu. "Please, maafin gue, Mak. Lo kan tahu gue sayang sama lo, Mak. Ya, ya, ya, ampunin gue sebagai mucikari lo ya. Gue bakal lebih selektif nyariin buaya. Lo mau buaya yang mana sekarang?" bibir tebal yang dipulas gincu merah wine itu mengerucut dengan pupil membesar penuh harap agar Sherly mengampuni kebodohannya. Sungguh tidak ada maksud di hati Sandra membohongi teman seperjuangan yang sering membelikannya makanan.
"Lagi males gue," tolak Sherly melepas pelukan Sandra. "Bosan."
Sandra mengernyitkan alis memandang ekspresi wajah teman playgirl itu menolak barisan lelaki yang ingin kencan buta di kelab atau restoran mewah. Dia mengorek kuping dengan kelingking kiri untuk mengetes kalau pendengarannya masih normal setelah mendapat omelan Sherly. Tapi, kalimat yang sudah terlanjur diucap dan direkam oleh semua benda-benda di ruang kerja Sherly sebagai saksi bisu memang benar adanya. Tentu saja bola mata Sandra membesar sampai ingin menggelinding ke lantai mengetahui temannya mengatakan kata langka. Bosan.
Sandra mengulang kata itu dalam hati seraya menelaah, memandangi langit-langit ruang kerja untuk mencari akar masalah yang membuat temannya ini mendadak merasakan sebuah kejenuhan akan kencan buta yang rutin mereka lakukan setiap hari. Dalam kamus pertemanan dua gadis pencari cinta, tidak pernah sekalipun Sherly menolak penawarannya untuk menjalin relasi dengan para lelaki pencari cinta di luar sana. Bahkan, Sherly adalah perempuan penuh semangat yang tidak sungkan-sungkan melakukan kencan dua kali dalam sehari selepas kerja.
Jadi, tak heran kalau Sandra kini mengurai isi otak Sherly dengan tatapan penuh selidik. Sejurus kemudian, dia teringat dengan video yang heboh di Instagram di mana aksi seorang lelaki bertubuh semampai menarik lengan Sherly dari keributan calon istri Johan. Mungkinkah Sherly telah menutup lubang dan menggali lubang perangkap agar lelaki yang menolongnya kemarin terjebak dalam pesonanya?
"Ah, gue inget!" Sandra mengamati wajah Sherly lalu berbisik, "cowok kemarin yang nolongin lo, siapa?"
Untuk beberapa saat, yang diinterogasi mendadak gugup tak berani melihat balik lawan bicaranya. Terlebih di gedung peradilan tadi pun lelaki yang sangat ingin dihindarinya malah merangkul tanpa dosa dan berharap kalau Sherly selalu mabuk agar bisa memberikan perhatian kecil pada sang mantan. Akibatnya, jantung yang tadinya berdetak normal kini kembali berdebar kencang menciptakan sebuah gelombang aneh yang menyelimuti diri angkuh Sherly. Sesuatu yang memenuhi diafragmanya menimbulkan rasa sesak sekaligus rasa euforia yang tak bisa Sherly definisikan.
"Dari muka lo yang kayak gini, gue yakin kalian berdua udah kenal," sambung Sandra sok tahu. "Kalau lo enggak cerita, gue bakal nyari siapa dia dari Benedict."
"Ben si tukang celup? Jangan ngadi-ngadi sama dia deh!" Sherly meniup helai rambut yang menutupi sebagian dahi dengan kesal setiap kali memikirkan lelaki satu kantor yang suka adu mulut dengannya itu.
Pernah sekali waktu Sherly dibuat dongkol setengah mati oleh ucapan Benedict yang mengolok mobil cicilannya padahal gaji sebagai pengacara kondang sudah mampu membeli aset mewah. Tentu Sherly tidak terima karena keberhasilan seseorang bukan dilihat dari mewah atau tidaknya kendaraan mereka. Sampai akhirnya, Sherly menunjukkan hunian elite di Pondok Indah hasil keringat sendiri dengan menyembunyikan uang pemberian Bara sebagai imbalan mau satu rumah dengan Sarah. Selain itu, mulut yang tidak pernah punya filter milik Sherly menjuluki Benedict sebagai tukang celup yang suka menjelajahi lubang kenikmatan wanita. Jika ditilik kembali, mungkin puluhan perempuan di gedung ini pernah menjadi teman tidur pria bermata sipit itu.
"Iya-iya, sorry. By the way, gue ada gosip hot," bisik Sandra mengedarkan pandangan lalu membisiki telinga Sherly tentang si tukang celup.
###
Sudah berapa minggu Sherly menangani kasus Suwaji yang membuatnya harus kontak mata dengan lelaki berbaju toga di sana? Dilihat dari raut wajah pria berbibir mungil itu, Eric tampaknya lebih bersemangat. Apakah karena kertas resep sialan yang ditinggalkan Sherly di atas meja pantry Eric? Ataukah lelaki itu terlalu berbesar kepala sehingga mudah menarik kesimpulan seenak jidat. Sherly mengedikkan bahu tak mau tahu dan memilih fokus pada agenda pembuktian dan saksi hari ini.
Dari tim jaksa yang berhasil mengamankan dua unit motor dengan pelat nomor palsu, kunci T dan L, ponsel hingga dompet sudah cukup membuktikan jika terdakwa Suwaji memang dinyatakan bersalah. Selain itu, kehadiran beberapa saksi yang menjadi penguat apa yang akan diputuskan oleh hakim. Suwaji sendiri saat ditemui tampak gelisah hingga tak bisa tertidur nyenyak. Dia tahu konsekuensi menjadi pencuri yang baru dilakoni beberapa bulan. Kondisi keuangan yang tak menentu ditambah biaya hidup di ibukota membuat lelaki dua anak itu terpaksa menjadi pengutil barang.
Jauh di lubuk hati Sherly ingin memberi ceramah panjang lebar. Roda kehidupan itu akan berputar dan tidak berhenti pada satu titik. Suwaji yang memiliki usaha mi ayam sepertinya tak memiliki kesabaran lebih untuk menuai hasil. Mereka yang hendak menyerah atas kerasnya kehidupan Jakarta selalu mengambil jalan pintas seperti ini. Belum lagi jika anak-anak atau istri mereka dijual ke mucikari sebagai pekerja seks hanya untuk mendapatkan segelintir uang tanpa perlu memeras keringat berlebih. Sayangnya, sudah terlambat untuk membuat Suwaji tobat. Dia menuai apa yang telah ditanam.
"Saya pengen hukuman ini nanti bisa diringankan, Mbak," pinta Suwaji menitikkan air mata.
Kalau udah jera baru nangis, batin Sherly.
"Saya kepikiran anak sama istri," tambahnya.
Kemarin nyuri enggak mikir anak dan istri? Sherly kembali membatin.
"Nanti kita ajukan pembelaan dengan pertimbangan kalau bapak ada tanggungan istri dan anak-anak. Mudah-mudahan hakim mau mengabulkan," kata Sherly membesarkan hati kliennya.
Selesai mendengarkan keterangan saksi-saksi yang dilanjut dengan agenda pemeriksaan terhadap terdakwa. Sherly menyampaikan bahwa Suwaji harus jujur atas alasan mendasar dia mencuri agar hukuman yang diputuskan oleh hakim lebih ringan daripada tuntutan dari penuntut umum. Suwaji mengiyakan apa yang dikatakan pengacaranya lalu berpamitan kembali ke tahanan sementara lagi-lagi Eric mendekat. Kali ini dia tersenyum lebar sambil mengerlingkan mata kepada sang mantan.
"Sibuk enggak?" tanya Eric.
"24 jam selama seminggu sampai 365 hari ke depan gue sibuk!" ketus Sherly memasukkan laptop dan berkas-berkasnya ke dalam tas. "Enggak ada waktu buat ladenin lo!"
Wah, makin gemesin aja cewek ini, pikir Eric mengamati punggung Sherly yang makin menjauh.
Tiba-tiba lelaki itu membungkuk dan merintih memegangi perutnya. "Ah! Pe-perut gue ..."
Mendengar erangan Eric, Sherly refleks balik menghampiri lelaki itu dan bertanya,"Lo enggak apa-apa?"
"U-udah tahu perut gue sakit masih tanya lagi." Eric kesal karena Sherly tak peka menahan perih di lambung.
"Lo sih kebanyakan mi instan," omel Sherly khawatir. "Di mobil gue ada obat lambung, setelah itu ayo ke dokter. Lo kuat jalan kan?"
Tanpa menunggu jawaban Eric, Sherly bergegas pergi sedangkan sang jaksa mengekori dari belakang dengan senyum bahagia dan menggumam pelan, "Berhasil..."
Jangan lupa mampir ke cerita Benedict si tukang celup di Swinger Club. Kalian bisa baca di akun kak BelladonnaTossici9 💋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top