EPISODE PENYELESAIAN: AWAL BARU
Filk membuka matanya perlahan, langit putih yang dia lihat, dan itu tidak asing baginya.
"Kau sudah bangun." Filk melihat ke arah suara itu, di sampingnya. Ternyata itu dari tuan Jaka.
"Apakah tadi aku tertidur? Apa tadi aku bermimpi?" tanya Filk dengan wajah berharap itu semua mimpi.
"Tidak, itu bukan mimpi. Maaf, kami tidak bisa menyelamatkan Susan. Saat kami datang, kau sudah duduk pingsan dengan tulang punggung yang retak."
Filk bangun dan menarik kerah baju tuan Jaka dengan wajah kesal. "Kenapa kalian datangnya telat!!? Kenapa harus Susan yang jadi korbannya?!! Lalu kenapa dia bilang kalau Susan keturunan Hijio!!? Bukankah mereka sudah tidak ada?!!"
"Sebenarnya, nenek Susan adalah keturunan keluarga Hijio. Karena dia perempuan, jadi dia tidak bisa membawa nama keluarga-nya. Ketua hanya punya kakak satu, dan itu nenek Susan. Karena ketua belum menikah dan tidak memiliki anak, jadi keluarga Hijio dianggap sudah hilang."
"Kenapa tadi kau tidak bilang!!?"
"Maafkan aku, aku tidak tahu kalau segel itu akan lepas hari ini juga."
"Aku harus pergi!" Filk berlari ke arah pintu, tapi saat membuka pintu, seorang pria berbadan besar menahan Filk. "Lepaskan!"
"Steven, lepaskan dia," perintah tuan Jaka. Pria besar berpakaian kaos putih, celana tentara, melepaskan Filk. "Filk, tenangkan dan jernihkan dulu pikiranmu. Kau tahu di mana Susan berada?" Filk hanya menggeleng. "Satu-satunya harapan hanyalah, kau harus melakukan kontrak dengan senjata ayahmu."
"Kalau begitu, cepat antarkan aku ke tempat itu!"
"Kau yakin?"
"Sangat yakin!" Tuan Jaka sekarang melihat tatapan tajam dan serius dari Filk.
"Kalau begitu. Steven, tolong jaga markas, kalau ada apa-apa, sms aku!"
"Baik, tuan Jaka." Mereka berdua berlari menuju keluar.
Sekarang mereka ada di limosin. Filk merasa kesal, terbukit dari mimik wajah yang tajam.
"Tenang saja, kita masih punya waktu empat jam. Sebelum tengah hari."
"Apa maksudnya?"
"Dia harus memulihkan diri dulu, dengan ritual penukaran jiwa. Itu bisa dilakukan ditengah hari."
"Apakah jiwa Susan akan..."
"Iya."
"Kalau begitu, cepat!"
Sementara itu, di gua yang penuh dengan kertas-kertas mantra. Susan sedang terbaring pingsan di atas batu panjang. Di samping Susan, di tanah gua, ada lingkaran ritual berwarna merah. Di tengahnya ada hantu besar itu.
Mereka sudah sampai di depan kuil.
"Ayo, kita masuk!" Mereka berdua keluar dari limosin dan berlari memasuki kuil itu.
Terilhat kuil itu sudah lama tidak ditempati, buktinya ada beberapa jaring laba-laba yang bersarang di langit-langit kuil. Saat masuk, Filk melihat ada sebuah katana yang menancap berdiri di tengah ruangan.
"Apakah itu senjatanya?"
"Iya. Kau hanya tinggal memegangnya."
Filk berjalan mendekati katana itu. Memegang dengan kedua tangannya. Lalu Filk melihat cahaya yang menyilaukan, secara otomatis dia menutup matanya. Tak lama kemudian, Filk membuka matanya dan mendapatai dirinya sedang melayang di lautan dengan gelembung-gelembung di sekelilingnya.
Filk tidak bisa menggerakan badannya, hanya lirikan mata saja. Filk melihat gelembung yang ada di samping kanannya. Di gelembung itu, terlihat Filk saat pertama kali bertemu dengan Susan. Filk melihat ke arah kiri, gelembung itu melihatkan saat dia kecil, bermain dengan kakaknya. Dan walau jauh, tapi Filk dapat melihat dengan cukup jelas. Ada gelembung berisi Filk baru lahir, dan gelembung itu tiba-tiba pecah.
"Ini adalah semua ingatanmu," ucap suara yang entah dari mana. Suara itu berat, hampir mirip dengan hantu besar yang Filk temui, tapi nadanya lembut. Filk ingin sekali mengatakan sesuatu, tapi mulutnya tidak bisa digerakkan. "Kau tidak bisa apa-apa, selain melirik dan berpikir. Kau harus keluar dari tempat ini sebelum gelembung-gelembung ingatanmu pecah semua. Cara keluarnya, kau cari sendiri."
Filk bingung bukan main, dia berpikir keras untuk segera menyelesaikan permainan dari roh senjata ini. Beberapa gelembung meletus. Filk merasakan ada beberapa ingatan yang hilang. Filk semakin keras untuk berpikir, berusaha menggerakan tubuhnya, tapi tidak berhasil juga. Filk hampir menyerah dan pasrah, tapi sebuah suara terdengar di pikirannya.
"Jangan menyerah, kau pasti bisa."
"A-Ayah?" pikir Filk, walau dia tidak yakin itu benar-benar suara ayahnya.
"Filk, jangan menyerah. Selamatkan rekanmu, selamatkan Susan Nail!" Lalu suara itu tidak ada lagi.
"Ayah? AYAH!" Tiba-tiba, terlintas sesuatu di pikiran Filk. Yaitu, Filk membuat harapan. "Aku harus menyelamatkan Susan, aku harus melindunginya. Aku... Aku... Aku harus melindungi semua orang yang aku sayang!" Cahaya datang tiba-tiba, menyelimuti seluruh tubuh Filk dan semua gelembung-gelembung itu.
Filk mendapati dirinya di suatu tempat putih, tidak ada apa-apa. "Kau cepat juga." Filk berbalik badan, melihat ke arah suara itu. Ternyata itu berasal dari seseorang yang wajahnya mirip dengan Filk, menggunakan baju samurai berwarna merah, celananya putih, ikat kepala hitam, dan sebuah katana di tangannya.
"Ka-Ka-Kau siapa?"
"Aku, Ilk. Roh penghuni senjata katana ini." Dia mengangkat katana ke depan.
"Tapi... Tapi kenapa kau mirip denganku?"
"Aku adalah roh tanpa wujud, aku meniru wujud tuanku. Dan karena kau adalah tuanku, jadi aku menirumu."
"Sekarang aku ada di mana?"
"Kau ada di dalam katana ini, tepatnya di rumahku. Ngomong-ngomong, bagaimana caranya kau bisa tahu cara untuk ke luar dari tempat itu?"
"Sebenarnya aku kurang yakin dengan pikiran ini. Kau ini roh, roh akan gentayangan kalau memilik tugas yang belum diselesaikan atau harapan yang belum dilakukan. Jadi aku memberimu sebuah harapan supaya kau menjadi roh yang gentayangan. Aku pun tidak mengerti kenapa pikiran ini bisa datang... Ah! Aku harus menyelamatkan Susan!"
"Tenang saja. Kita bisa melakukan teleportasi. Ada beberapa yang harus sampaikan kepadamu. Pertama, nanti saat kau kembali ke duniamu. Katana ini akan menghilang, kau harus berubah untuk memanggil katana ini. Caranya panggil namaku di pikiranmu, nanti kau akan berubah seperti penampilanku. Kedua, perubahanmu ini hanya bisa bertahan lima menit. Ketiga, kau harus berusaha untuk tidak mengenai serang dari Thief Evil, karena dia bisa menghisap roh. Keempat, nanti kau akan langsung ada di depan gua tempat hantu itu menahan rekanmu. Kelima, kalau darurat, kau bisa menggunakan benang ini." Roh Ilk mengeluarkan sebuah benang merah di balik baju samurainya.
"Itu untuk apa?"
"Untuk menghidupkan orang yang sudah mati. Caranya kau ikat ujung benang ke jari kelingking, lalu ikat ujung satu lagi ke kelingking orang yang ingin dihidupkan. Benang itu akan mengalirkan nyawa orang yang hidup kepada orang yang sudah mati. Dengan kata lain, nyawamu harus jadi bayarannya. Baiklah, kita harus cepat-cepat! Apakah kau sudah siap?"
"Siap!" Sebuah cahaya muncul dari tubuh roh Ilk, menyilaukan mata Filk.
Filk membuka mata, dia sudah ada di depan pintu gua. Filk menutup mata dan memanggil nama "Ilk". Filk membuka mata, dia sudah berpenampilan seperti Ilk, dan katana yang tersarung di pinggangnya. Filk langsung berlari masuk gua.
"Kau terlambat," ucap hantu besar yang sebelumnya menyerang Filk. Dia berdiri di atas Susan yang bersandar di batu besar.
"Sial!"
Hantu itu langsung meluncur, menyerang Filk dengan pedang besarnya. 'TINGG' Filk menahan serangan itu. Filk sekarang berwajah menyeramkan, hampir mirip dengan wajah hantu yang di hadapannya. Filk mengayunkan senjata itu ke samping dengan keras. Tangan hantu itu terdorong ke samping. Filk langsung menusuk badan hantu itu. Hantu itu kesakitan dan mundur ke belakang. Filk tidak melepaskannya, dia menebas hantu itu dengan cepat. Tubuh hantu itu terbelah dua, tapi kembali menyatu lagi.
"Ahhh!" geram hantu itu. "Rasakan ini!!" Hantu itu membuka mulutnya, sebuah gumpalan kegelapan berkumpul di depan mulut yang terbuka itu.
'NGENGGG' bola kegelapan meluncur menuju Filk dengan cepat. 'SRENGG' Filk menebas bola menjadi dua. Katana Filk disinari dengan cahaya berwarna kuning. Lalu Filk mengayunkan katananya ke samping, sebuah cahaya berbentuk sabit meluncur ke arah hantu itu. Hantu itu menghindar ke samping. Secara bersamaan, Filk menacapkan katana ke tanah. 'TRENG' sebuah kurungan cahaya besar berhasil mengurung hantu itu. Hantu itu menebas kurungan itu, tapi tidak membelah kurungan itu. Filk mendekati kurungan itu, meletakan telapak tangannya ke kurungan itu. Kurungan itu terhisap ke dalam telapak tangan Filk, termasuk hantu itu.
"Kau hebat juga, langsung bisa menguasainya," ucap seseorang di dalam pikiran Filk.
"Aku juga tidak mengerti, seperti tubuhku ini punya pikiran sendiri." Filk berubah seperti semula. "Susan!" Dia berlari menghampiri Susan. Filk mengguncang tubuhnya, mengguncang dengan keras. "Susan bangunlah! Aku sudah mengalahkan hantu itu! Susan! Bangun!" Dia terus menggoyangkan tubuh Susan.
"Filk, sepertinya kau harus menggunakan itu."
"Tidak, dia masih hidup! Dia hanya tertidur!"
"Filk, aku tidak bisa merasakan roh dia. Roh dia sudah diambil oleh Thief Evil."
"Kalau begitu, kembalikan roh itu!"
"Tidak bisa, karena roh dia sudah dimakan olehnya."
Filk meneteskan air mata kekesalan, kesal karena dia terlambat. Akhirnya dia mengelukan benang merah di saku celananya. "Ilk, apa yang akan terjadi kepadamu? Apakah rohmu juga ikut menggantikan nyawanya?"
"Tidak, tapi aku akan menjadi senjatanya."
"Kalau begitu, tolong jaga dia."
"Baiklah."
Filk mengikat ujung benang itu ke jari kelingkingnya. "Selamat tinggal, Susan."
***
"Susan, bangun!" Tubuh Susan yang terbaring di ranjang, digoyang oleh seorang wanita. Susan membuka mata perlahan, lalu dia duduk.
"Ni-Nina, ada apa?"
"Ini sudah pagi, kau harus segera pergi sekolah!"
"Ahhhh! Aku lupa!" Susan langsung berlari menuju kamar mandi. Sekarang Susan sudah menggunakan seragamnya, berlari menuruni tangga. Sekarang dia memakai sepatu di depan pintu.
"Tidak sarapan dulu?" Nina menghampiri Susan yang sedang duduk menggunakan sepatu.
"Tidak, aku akan telat. Aku pergi dulu!"
"Dasar, padahal masih sempat kalau sarapan dulu."
Susan berlari tergesa-gesa, perlahan langkah lari Susan semakin kecil dan menjadi jalan biasa. Susan sekarang memasang wajah murung, menundukkan kepala.
"Susan!" Susan mengangkat kepalanya, melihat sesosok di depannya. Dia sudah ada di depan Susan. "Selamat pagi."
"Selamat pagi, Filk."
"Kenapa kau murung?"
"Tidak, aku tidak murung. Aku hanya masih mengantuk."
"Oh begitu. Ayo kita pergi." Mereka pun jalan berdua menuju sekolah.
"Filk, nanti sore kita ke makam tuan Jaka, ya?"
"Iya."
Seorang wanita berambut pirang pendek, berkulit putih, baju kuning, rok selutut abu-abu. Dia berjalan melewati samping Filk. "Kakak." Filk langsung membalikan badannya, melihat wanita berpakaian kuning itu.
"Ada apa, Filk?"
"Bukan apa-apa." Mereka melanjutkan perjalanan mereka.
Seorang gadis bertopi hitam, dan gaun hitam. Dia mendekati wanita berambut pirang pendek itu. "Bagaimana, apakah dia orangnya?"
"Iya, dia orangnya. Akhirnya aku bisa bertemu dengan kakakku."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top