4. Malam Pertama
Mobil berhiaskan bunga melaju perlahan memasuki sebuah apartemen mewah di daerah pusat kota.
Pasangan pengantin itu beriringan memasuki sebuah kamar VVIP.
Pras menghempaskan toxedonya ke ranjang pengantin yang sudah dihias dengan cantik oleh wedding organizer.
Sementara Adara duduk di tepi ranjang dengan tertunduk. Ia melihat Pras memasuki kamar mandi terlebih dahulu. Menunggu cukup lama, akhirnya Pras keluar juga dari kamar mandi.
Adara ganti yang memasuki kamar mandi dengan membawa seluruh pakaian gantinya. Walaupun ia sudah resmi sebagai istri, ia masih belum siap alias malu mengganti pakaian di depan suaminya.
Setelah selesai mandi dan membasuh beberapa anggota tubuhnya dengan air wudhu'.
Adara menyapu pandangannya ke sekeliling apartemen dan juga kamarnya, ia tak menemukan Pras.
Memasuki kamar, ia melihat lemari di kamar berantakan dan pakaian busana pernikahan tergeletak berserakan di lantai.
Ia kembali memeriksa sekeliling. Kosong. Adara terdiam.
'Mungkin dia sudah pergi.'
Adara meraih dan menghamparkan sajadah di hadapannya. Ia mulai mendirikan sholat hajat.
Selesai sholat hajat, ia sujud lagi dan membaca doa Nabi Yunus dalam perut ikan paus. Doa yang menjadi andalannya. Doa yang diyakini adalah doa mustajabah. Berdoa demi kebahagiaan rumah tangga barunya.
'La ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minadh dhoolimin.'
Dalam sujud di atas sajadah, ia berdoa dan menangis. Memohon kebaikan dunia akhiratnya. Keridhoan-Nya.
Adara menengadahkan kedua tangannya ke atas.
"Harapan hamba di atas sajadah ini, berdoa pada-Mu Dzat Yang Maha Kuasa. Berikan kebaikan dan petunjuk pada kami, Aamiin ...."
Adara menyudahi sholat dan doanya dan meraih mushaf Al-Qur'an. Ia memulai muroja'ah (hafalan)-nya lagi.
-^-^-^-
Seseorang menepuk pundak Pras. Pras menoleh. Matanya memerah karena mabuk. Aroma beer menyeruak dari nafasnya.
"Wee ... pengantin baru bukannya menikmati malam pertama malah clubbing," seru Rian, salah seorang teman Pras.
"Diem lo!"
"Sabar, Man!"
"Lo kenapa nggak nikmatin aja sih malem pertama sama istri lo?" tanya Tino, temannya yang lain.
Pras tak menjawab, pengaruh alkohol membuatnya berada di alam bawah sadarnya.
"Dia mabuk, Bro."
Tino mengangguk. "Gue heran sama ini anak, kenapa nggak nikmatin aja malam pertamanya. Daripada dia beli, ya nggak?"
"Emangnya lo, gonta ganti cewek perek cuma buat nikmatin tubuh mereka?"
Tino melepaskan tawanya. "Lo ngomong kek lo suci aja."
"Tapi gue jamin, temen kita yang satu ini masih perjaka ting-ting."
Keduanya tertawa terbahak-bahak. Namun suara mereka hilang ditelan suara musik dari racikan DJ di bar itu.
Pras bisa mengendalikan kesadaran walau tubuhnya sudah kelimpungan.
"Diem mulut lo semua!"
"Istri lo bercadar, pasti dia bisa nuntun lo ke jalan yang benar," goda Rian.
"Gue nggak suka cewek bercadar!"
"Tapi dia sekarang istri lo!"
"Gue nggak peduli. Sekarang dia tahu gue nggak suka sama dia. Gue ninggalin dia!" pekiknya emosi.
"Kasian banget istri lo."
"Jangan sebut dia istri gue! Nggak sudi gue ngaku dia istri. Gue yakin dia cuma mau nikah sama gue karena harta. Hhh ... cewek kampungan model dia cuma tampilannya aja yang sok suci."
"Kenapa lo nggak cari cewek lain aja buat dijadiin istri? Lo kan jadi punya alasan buat nggak dijodohin?"
Pras diam. "Lo masih ngarep cewek yang namanya Dara itu? Ayolah, Man! Dia itu cuma ilusi lo," ujar Rian.
Pras berdiri sembari membusungkan dada walau raganya masih mabuk.
"Gue yakin Dara pasti bisa gue temuin. Gue yakin banget, Bro."
Tino dan Rian saling pandang. Mereka menggeleng pelan. Tino mengangkat bahu sembari menatap Tino.
"Kadang gue kasian liat lo ngarepin tu cewek halusinasi. Bisa aja dia udah nikah dan punya banyak anak," ujar Tino. Mereka berdua kembali tertawa.
"Ato nggak si Dara udah out dari dunia ini?"
"Gue sumpel mulut kalian pake sepatu! Asal kalian tau aja, semua suruhan gue udah gue perintahin buat cari Dara. Beberapa dari mereka pernah liat Dara, tapi habis itu dia ngilang lagi waktu mereka kejar. Itu tandanya Dara masih hidup. Mereka juga udah gue suruh ke catatan sipil nikah, tapi semua hasilnya nihil. Gue sekarang cuma bingung dia di mana." Pras menunduk. Ia sangat ingin bertemu si Dara, gadis impiannya itu.
Tino memukul pundak Pras. "Kadang kita nggak bisa beli semua hal di dunia ini pake uang kita, Bro."
"Ato jangan-jangan pengawal lo cuma makan gaji buta? Mereka gak nyari tu cewek!" sahut Rian.
Tino mengangguk mengamini ucapan Rian. Ia mendekati Pras dan merangkul bahunya.
"Bisa jadi apa yang diucapin Rian bener, Pras. Jadi mulai sekarang lo harus bisa lupain tu cewek. Saran gue mending lo mulai buka hati buat istri lo," ucapnya bijak.
Pras menoleh dan tersenyum sarkastis. "Enak aja lo ngomong gitu, karena di mata lo cewek tu sekedar temen tidur," ejeknya.
"Gue juga punya hati, Pras. Gue pernah suka sama satu cewek, tapi tu cewek malah nolak gue. Sejak itu gue frustasi dan milih jalan menikmati hidup tanpa kata cinta. Gue emang brengs*k, tapi sekarang gue sadar, gue salah, dan gue nggak punya kesempatan buat ngerubah diri. Sementara lo! Takdir masih bersahabat ngasi lo istri baik-baik dan mungkin bisa nuntun lo," terang Tino.
Pras yang masih setengah mabuk hanya tersenyum menyeriangi. "Itu masalah lo sama hidup lo! Dan gue nggak punya masalah sama orang, lo pahami itu!" tunjuknya ke dada Tino.
Pras melangkahkan kakinya keluar bar. Ia masuk ke dalam mobilnya. Dengan kecepatan tinggi Pras mengarahkan mobilnya ke sisi jembatan lagi.
Ia mengingat kejadian delapan tahun lalu saat Dara bersamanya di atas jembatan itu. Ia mengungkapkan perasaannya di sana pada Dara. Tapi Dara malah menolaknya mentah-mentah dan mengatakan Pras adalah pria yang tidak pantas baginya.
Walaupun ditolak Pras tetap menunggu jawaban iya dari sang gadis. Menunggu Dara bukanlah berarti kebosanan, tapi menunggu Dara adalah harapan masa depannya bersama gadis itu.
"Daraa!! I LOVE YOU!!!" teriaknya mengarah ke bawah jembatan. Gema suaranya hanyut bersama aliran sungai di bawahnya.
Pras mengacak rambutnya frustasi. "Ke mana gue harus cari lo lagi, Ra? Lo di mana? Kasi tau gue," lirihnya.
Dengan langkah bergelayutan karena pengaruh alkohol yang masih merasuki, ia menuju mobil dan melajukannya menuju apartemen.
Ia masuk ke dalam kamar apartemennya dengan langkah sempoyongan. Penglihatannya mulai meremang.
Brakkk ....
Tubuhnya gontai. Setelahnya, ia tidak ingat apa-apa lagi. Pras tak sadarkan diri karena kelelahan dan pengaruh alkohol dalam tubuhnya.
Bersambung.
Situbondo, 6 Maret 2017.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top