happy mariage
Heaven Official's Blessing by Mo Xiang Tong Xiu
Happy mariage by bellasteils
Cover art by sasha
Special for @hexuning.
Warnings: bxb, boys love, modern au, crossdresser, mention for oc, he ling as he xuan's sister, slight peishui.
Selamat membaca.
***
He Xuan dilema.
Semakin dipikirkan semakin membuat He Xuan ragu akan keputusan yang sudah dipilih. Padahal persiapan sudah berjalan tujuh puluh lima persen. Maju enggan, mundur segan. Masalah kedua adalah He Xuan terlanjur sayang dengan uang muka yang sudah dibayar.
Helaan napas kesekian kali, namun Qing Xuan di sampingnya tak berhenti menanyakan tuksedo apa yang cocok untuknya.
"He Xuan, mana yang cocok untuk pernikahan kita nanti?" Qing Xuan menyodorkan majalah pernikahan. "Mending aku pakai tuksedo atau gaun saja?"
Isi kepala He Xuan sedang ruwet, malas menanggapi fetish kekasih-calon suaminya-yang suka crossdress. Walau sejujurnya He Xuan tidak menolak juga karena Qing Xuan nampak cocok menjadi dirinya sebagai pria atau ketika memakai dress lolita berenda.
"Yang mana saja cocok."
"Tapi gege pasti bakal marah kalo aku pakai gaun, deh." Qing Xuan memanyunkan bibir seperti bebek. Melupakan salah satu faktor yang pernah membuatnya kabur beberapa bulan ke apartemen He Xuan karena pertengkaran hebat dengan Shi Wudu karena masalah crossdress. Pada akhirnya Shi Wudu yang menyerah.
Anak bungsu memang selalu bebal. Mengingatkan He Xuan dengan He Ling, adiknya yang juga keras kepala.
'Tentu saja Shi Wudu bakal ngamuk.' He Xuan membatin, tak berani berucap. Paling aman dengan merespon, "Kalau begitu pakai tuksedo saja."
"Tapi aku masih ingin pakai gaun saja, He-xiong!" Qing Xuan tetap keras kepala.
Kepala he Xuan rasanya ingin meledak. Pikiran negatif yang membayangi ditambah Qing Xuan yang terus berisik mengeluhkan hal sepele soal gaun atau tuksedo. He Xuan tak peduli dengan tuksedo atau gaun, dalam pernikahan ada hal yang lebih penting dari itu.
"Qing Xuan bisakah kau tidak meributkan tuksedo atau gaun! Ada hal yang lebih penting daripada itu!"
Entah karena wadah emosi He Xuan sudah tak bisa menampung lagi, akhirnya pria itu meledak dengan meninggikan nada suara. Qing Xuan tanpa tahu apapun tentu terkejut. Apalagi He Xuan bukan tipikal orang yang gampang tersulut emosi.
Ledakan emosinya pernah sekali meluap, ketika Qing Xuan tidak sengaja membuang ikan cupang kesayangannya ke saluran pembuangan saat membersihkan akuarium. Setelah itu Qing Xuan dilarang menyentuh koleksi ikan cupang kesayangan He Xuan.
He Xuan tersentak seperti tersadar dari kesurupan. Memandang Qing Xuan yang masih terkejut dengan rasa bersalah. "Qing Xuan... maaf aku bukan bermaksud... aku hanya..."
Kepala He Xuan memang sudah ruwet sejak awal, jadi mulutnya tidak bisa berkoordinasi dengan baik ketika mencoba menjelaskan. Pada akhirnya He Xuan hanya bisa menghela napas panjang dan mengatakan, "maaf aku mau menenangkan diri dulu."
He Xuan menutup pintu kamar. Sejak perayaan pacaran ke satu tahun, Qing Xuan telah memutuskan untuk tinggal bersama dengan He Xuan. Tentu atas ijin Shi Wudu dengan dalih menghemat biaya.
Padahal keuangan Shi Wudu sanggup menyewakan apartemen lebih mewah untuk adiknya. Atas dasar sayang dan lagi-lagi Shi Qing Xuan yang keras kepala, Shi Wudu menyetujui.
Dua hal yang bisa menenangkan He Xuan ketika perasaannya kalut; makan atau tidur. Secara mengejutkan, saat ini perutnya sedang tidak ingin mendapat asupan makanan apapun, jadi pilihan kedua jatuh pada tidur.
Tidak tahu sudah berapa lama He Xuan terlelap. Begitu membuka mata ruangan sudah gelap dengan posisi gorden masih terbuka. Jam digital di atas meja menunjukkan waktu 18:05. Musim dingin membuat waktu malam datang lebih cepat.
Sekarang perutnya keroncongan usai ditinggal tidur selama dua jam. Niat hati ingin keluar tapi perasaan canggung masih terasa. He Xuan belum siap bertatap muka dengan Qing Xuan.
Tidak bisa begitu!
Mau tidak mau He Xuan harus menghadapi semua ini. Masalah ini seharusnya tidak sebesar meminta restu kepada Shi Wudu yang over protektif kepada adik satu-satunya.
Beranjak dari kasur samar-samar tercium aroma lezat babi panggang. He Xuan menuju dapur dan aroma semakin kuat menggelitik syarat penciuman. Qing Xuan membelakangi berdiri di depan wastafel dengan bunyi air mengalir deras dari keran.
Meja makan telah tersaji beberapa hidangan yang menurut He Xuan berlebihan. Semuanya menu daging tanpa kecuali.
'Apa Qing Xuan mencoba menyogoknya supaya baikan?' batin He Xuan.
"Oh, He-xiong sudah bangun?" tanya Qing Xuan dengan riang seolah kejadian tadi siang tidak pernah terjadi. "Ayo makan dulu." Qing Xuan mendorong tubuh He Xuan untuk duduk.
Tidak ingin berdusta, perut He Xuan sudah meraung minta makan. Tidur pun membutuhkan banyak energi untuk dikeluarkan. Ditambah sajian yang meningkatkan produksi air liur.
Masalah tadi siang memang perlu diselesaikan, tapi tidak dengan perut kosong.
Makan malam berlangsung seperti biasa. Bedanya Qing Xuan nampak diam sambil menyuap satu per satu babi kecap dari piring ke mangkuk nasi. Biasanya terdengar celotehan Qing Xuan disela makan. Apa saja akan dia ceritakan kepada He Xuan, termasuk hal remeh. He Xuan tidak ada bedanya, menikmati suapan demi suapan.
Namun makan malam ini terasa lebih pahit padahal yang dia makan adalah babi asam manis. Suasana canggung masih menyelimuti meski Qing Xuan dan He Xuan berusaha menutupi.
Pertama kali He Xuan merasa makan malam bersama Qing Xuan tidak senikmat biasanya. Bukan pada makanannya, tapi suasananya.
Lima belas menit berlalu dengan sunyi. Terlalu sunyi sampai air keran enggan menetes. Hanya detik demi detik jarum jam yang berani mengacaukan suasana.
Di meja makan tersisa piring dan bekas saus dan tulang. Hal yang tidak berubah dari He Xuan apapun yang terjadi, makan tetap lahapーrakus kalau kata bosnya, Hua Cheng. He Xuan selalu membalas dengan, 'setidaknya bisa dimakan,' kemudian berakhir dengan lembur.
Qing Xuan baru menumpuk piring untuk dicuci, He Xuan segera menyela, "Qing Xuan, ayo bicara."
Qing Xuan mengangguk dan kembali duduk diam seperti anak penurut yang tahu akan dimarahi oleh ibunya.
Satu helaan napas panjang terdengar untuk menenangkan pikiran. "Maafkan aku untuk tadi siang."
"Ahahaha, tidak apa-apa kok..." Qing Xuan memotong.
"Tidak seharusnya aku melampiaskan kemarahan kepadamu."
Qing Xuan segera diam saat He Xuan ternyata masih melanjutkan kalimat. Sebuah kebiasaan jelek Qing Xuan yang selalu menjadi evaluasi tanpa solusi. Untungnya He Xuan tidak peduli dan Qing Xuan mengunci rapat bibirnya.
"Jujur saja aku merasa takut mendekati hari H. Bukan soal bagaimana dekorasinya atau pakaian apa yang pantas untuk menjadikan memori. Tapi soal bagaimana kedepannya nanti, aku takut banyak hal tidak sesuai ekspektasi dan aku tidak bisa memberikanmu kebahagiaan."
"Aku bukan Hua Cheng yang bisa memberikan privat jet atau pulau pribadi kepada Xie Lian. Aku takut tidak bisa memberikan kebahagiaan kepadamu."
Qing Xuan diam merenung kemudian bibirnya manyun seperti bebek. "He-xiong ini bodoh apa gimana?"
He Xuan menaikkan kepala menatap Qing Xuan yang cemberut dengan lucu.
"Tentu saja He-xiong bukan Hua Cheng. Jangan samakan dirimu dengan bos menyebalkan itu." Qing Xuan menyilangkan kedua tangan. Seolah marah kepada Hua Cheng yang selalu memberikan banyak lembur kepada He Xuan hingga menggagalkan jadwal kencan.
Melihat Qing Xuan nampak menggemaskan kesal dengan bayangan bosnya dan asap kekesalan keluar dari kepalanya sedikit melegakan He Xuan. Entah Qing Xuan atau sengaja atau tidak, dia memang pandai mencairkan suasana.
"He-xiong..." panggil Qing Xuan.
He Xuan mendongak memandang kekasihnya.
"Sebenarnya aku juga merasa takut." Qing Xuan mengakui, "aku takut tidak bisa menjadi pasangan sempurna untuk He-xiong."
He Xuan menautkan alis dan membatin, 'Qing Xuan, kamu bahkan terlalu sempurna untukku.'
Qing Xuan kembali melanjutkan, "Tapi Xie Lian mengatakan kalau ini biasa terjadi sebelum pernikahan, jadi kupikir selama bersama He-xiong semua akan baik-baik saja."
He Xuan merenung. Ada rasa bersalah karena telah membentak Qing Xuan padahal kekasihnya punya masalah yang sama dengannya. Tidak sepantasnya He Xuan menjadi si paling menderita.
"Qing Xuan maafkan aku." Ujar He Xuan. "Seharusnya pernikahan tidak hanya berbagi kebahagiaan, tapi juga keresahan yang sama. Karena pernikahan tidak hanya mengubah status tapi menyatukan kita."
"..."
"Qing Xuan kenapa kau memandangku seperti itu?"
Di depannya Qing Xuan memandang dengan ekspresi campur aduk. Ada tatapan terperangah tapi lebih condong ekspresi horor. "He-xiong tidak sedang kesurupan, 'kan?" Qing Xuan menyelidik.
"Ha?"
"Habisnya tidak biasanya He-xiong bicara hal romantis begini."
He Xuan langsung menyadari dan memalingkan wajah. Terselip rona merah di pipi yang membuat Qing Xuan terkekeh geli.
"Intinya apapun yang terjadi kita harus saling menopang satu sama lain."
Qing Xuan mengangguk tanda setuju.
He Xuan harus mengakui ternyata cukup memalukan mengatakan hal romantis di depan kekasihnya. Apakah He Xuan harus belajar kepada Pei Ming yang berhasil menggaet hati Shi Wudu, kakak Qing Xuan yang terkenal galak dan brocon?
Sepuluh detik berpikir, He Xuan memutuskan untuk mengurungkan niat.
"Ah~ He-xiong menggemaskan begini aku jadi ingin bermanja semalaman." ujar Qing Xuan sambil menurunkan tali celemek yang belum sempat dilepas dengan pose dan nada menggoda. Tak lupa tatapan genit yang membuat pertahanan nafsu He Xuan tiba-tiba runtuh.
He Xuan merasa terpancing tapi melihat tumpukan piring bekas makan malam. Tatapannya seolah mengatakan kepada tumpukan piring-piring di depannya, "Bisakah kau mencuci dirimu sendiri?"
"Kita cuci besok saja. Masa He-xiong mau melewatkan kesenangan malam ini?" Qing Xuan tiba-tiba saja sudah di pangkuan kekasihnya.
He Xuan yang diberi umpan langsung mengangkat tubuh Qing Xuan dan membawanya ke kamar.
***
Di hari pernikahan, He Xuan dan Qing Xuan akhirnya memutuskan untuk mengenakan kostum pernikahan tradisional china. Perpaduan hanfu merah dan wig panjang seolah berkelana dengan mesin waktu kembali ke jaman dinasti.
Qing Xuan nampak cantik ditambah dengan kipas lipat yang menutup sebagian wajah dengan malu-malu.
Fotografer Yin Yu mengarahkan pasangan suami-suami baru ini untuk saling mendekatkan wajah seperti hampir berciuman dengan latar bangunan kuno china.
Sungguh hari yang bahagia.
***
Pojok penulis:
Percobaan setelah lama ga nulis. Fanfik ini spesial untuk kak @hexuning.
Art beefleaf oleh teman saya, Sasha.
Terima kasih sudah membaca.
Salam,
Bella
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top