Yudhistira Adiwijaya [04/06/2019]

Kalau dipikir-pikir, rasanya sudah lama juga seorang Yudhistira Adiwijaya mengenal sosok Senja Pranata.

Tak dapat dipungkiri, bahkan Laras yang notabenenya adalah puteri dari Yudhistira pun juga dekat dengan gadis yang bekerja sebagai dokter anak di RS Rukmini itu.

Sebagai catatan saja, perbedaan umur antara Yudhistira dan Senja adalah 10 tahun. Meskipun begitu, Yudhistira tak bisa disebut pedophille karena umur Senja yang sudah cukup untuk dikatakan dewasa.

Jadi...

Kalau seperti ini, menurutmu hubungan mereka itu apa?

***

Yudhistira meregangkan otot-ototnya yang kaku dan pegal, bunyi kratak juga terdengar jelas kala dokter bedah itu melakukan peregangan.

Ini sudah cukup malam, Yudhistira sendiri sudah cukup mengantuk. Ia menoleh pada jam dinding, pukul 20:48.

Ah, pantas saja capek, pulangnya saja sudah semalam ini. Pikir Yudhistira yang akhirnya beranjak berdiri dan mengemasi barang-barangnya.

Pria itu melepaskan jaket dokternya, lantas menggantinya dengan memakai jaket hitam tanpa tudung. Harum mint bercampur aroma AC begitu khas menempel di jaket itu, Yudhistira menghirupnya sejenak---memejamkan mata dan lantas hal itu langsung mendebarkan hatinya.

'Buat Mas Yu, nih! Dipakai, ya! Jangan lupa dicuci tiap minggunya! Tapi, jangan dipinjamkan kecuali pada Laras, ya? Ini... Spesial.'

Sekelebat memori melintas dalam pikirannya, langsung saja membuat Yudhistira kembali tertarik pada kenyataan. Tunggu, apa yang sebenarnya ia pikirkan?

Yudhistira menghembuskan napas panjang, suara manis nan ringan khas seorang Senja Pranata membuatnya jadi merasa rindu. Ah, rindu?

Eh, sebentar, Senja?

Benar, Yudhistira baru ingat. Seharian ini ia tidak bertemu dengan gadis pemilik rambut jingga itu. Kemana, ya?

Kaki melangkah menyusuri lorong, beberapa orang sesekali lewat---sampai akhirnya seorang koass langsung menarik perhatian Yudhistira. Tangan pemuda itu menyentuh pundak Fikri---si koass muda.

Si empu langsung menoleh, di pikirannya seperti; oh, Mas Yudhistira, setelah melihat siapa pelaku yang menepuk pundaknya tersebut. "Ada apa?" Tanyanya kemudian.

"Kamu lihat Senja?" Yudhistira segera bertanya, si calon penjawab mengernyit sejenak---sebelum akhirnya menggeleng.

"Mbak Senja hari ini tidak berangkat, jadwalnya pun hari ini digantikan sesaat oleh Mbak Rara."

Jawaban itu sukses membuat kening Yudhistira mengerut, Senja tak masuk? Pikirannya jadi kemana-mana. Seingatnya, Senja adalah seorang yang cukup rajin.

"Kenapa ia tak masuk?"

Fikri terdiam sejenak, entah kenapa lidahnya jadi agak kelu. Teringat bahwa Senja menitipkan pesan agar Fikri jangan memberitahu perihal dirinya tak masuk karena apa.

"Fikri?"

"O-oh! Itu, Senja katanya lagi nyebar undangan!"

Bodoh!

Mata Yudhistira seketika melebar, undangan? "Apa?"

Fikri menelan salivanya susah payah. "Y-ya, begitu, deh."

Entah apa, hati Yudhistira seketika mencelos saat itu juga. Ada kekosongan yang seketika menganga dalam dada, membuat Yudhistira menjadi... hampa.

"M-Mas?"

"Hm? Ah, iya. Terima kasih infonya, Fikri."

***

Yudhistira memarkirkan mobil di depan rumahnya yang sederhana, pikirannya kalut oleh jawaban Fikri sebelum ini.

Nyebar undangan? Memangnya Senja akan menikah dengan siapa? Kenapa Yudhistira tak tahu?

Kepala itu menunduk bagai bunga layu, kakinya berjalan lambat menuju pintu rumah, tangan segera meraih gagang pintu untuk dibuka---

Cklek

"Happy birthdays!"

Confetti diledakkan, membuat warna-warninya kertas kecil menempel beberapa di wajah Yudhistira yang kaget dengan polosnya, tak lupa---seorang gadis jingga tersenyum lebar di hadapan---tangannya membawa sebuah kue berwarna pink yang Yudhistira tebak adalah rasa strawberry.

Yang berteriak di hadapannya ini hanya dua orang, tapi entah mengapa rasanya seperti mendengar warga se-RT yang mengadakan acara 17 agustusan berteriak semangat.

Senja...? Laras juga...?

"Kalian..."

Yudhistira tak pernah menyelesaikan kalimatnya saat itu, karena telah didahului dengan ucapan; Selamat ulangtahun dengan suffix 'Mas Yu' dan 'Ayah' pada masing-masing dialog bersamaan oleh dua orang berbeda di hadapan.

Pemuda berumur kepala tiga itu terhenyak untuk sesaat, ulangtahun? Ia sendiri bahkan melupakan hari itu.

Tapi, melihat Senja di hadapannya kini mengundang sedikit banyak rasa bersemayam dalam diri Yudhistira. Ia tak tahu mana yang paling mendominasi.

"Nah, sekarang ayo tiup lilin---"

"Kenapa kamu di sini?"

Dua insan di hadapan tersentak, Senja mengerjap bingung sedangkan Laras hanya memandang tak mengerti. Sementara Yudhistira sendiri---raut datar kentara terlihat di wajah pemuda itu.

Ada apa?

"Tidak boleh?" Senja justru balik bertanya.

"Fikri bilang, hari ini kamu sedang nyebar undangan. Jadi, kenapa kamu di sini?"

"Pfftt,"

Yudhistira mengernyit heran.

"Anak itu, pasti dia asal celetuk karena bingung." Alhasil, Senja berhasil menahan tawanya. "Aku menyuruhnya untuk tidak memberitahu kenapa aku tidak masuk karena ingin menyiapkan hadiah untuk Mas Yu. Ia, pasti berbohong karena bingung ingin menjawab apa."

Tapi bohongnya fatal sekali!

"Ayah, ayo tiup lilinnya!"

Dan dengan itu, Yudhistira dengan kikuk akhirnya meniup lima lilin di atas kue ulangtahunnya, setelahnya langsung dihadiahi tepuk tangan meriah dari Laras.

"Nah, ayo kita makan kuenya!"

***

"Laras sudah tidur."

Yudhistira menghembuskan napas lega ketika Senja berucap demikian. Ini sangat malam, tentu saja Laras seharusnya sudah tertidur daritadi---bahkan seharusnya sebelum Yudhistira pulang.

Senja menguncir rambutnya, menampakkan leher putih yang cantik. Kakinya pergi menuju wastafel, dimana piring-piring beroleskan krim putih dan pink berada di sana. Kran air dinyalakan, Senja segera mencuci beberapa buah piring tersebut.

Tak enak bukan, membuat kekacauan di rumah orang lain---lantas tidak membersihkannya? Pasti merepotkan.

"Senja," Yudhistira memanggil, beberapa detik setelahnya dibalas dengan kepala Senja yang menoleh pada Yudhistira sebelum akhirnya gadis itu kembali fokus mencuci piring.

"Ada apa?"

Yudhistira mengetuk-ngetukkan jarinya gelisah di atas meja, lantas menoleh pada jam dinding yang menunjukkan waktu pukul 1 dini hari.

"Setelah ini kamu akan pulang...?" Yudhistira bertanya ragu.

"Tentu saja." Suara piring bergesekan dengan tempat rak alat makan terdengar, Senja membersihkan tangannya terlebih dahulu sebelum akhirnya mendekat pada Yudhistira---menarik kursi dan duduk di sebelah pria itu.

"Pulang pakai apa?" Yudhistira kembali bertanya, kali ini dengan kedua alis yang bertaut.

"Hmm, gak tau, deh. Ojek online mungkin?" Kali ini Senja mengeluarkan ponselnya, lantas membelalakkan mata di detik berikut karena menyadari jam sudah terlampau larut malam.

"Memang ada?" Entah sudah berapa kali Yudhistira bertanya, terlihat samar raut khawatir di wajahnya.

"E-entahlah..."

Helaan napas terdengar, Yudhistira berpikir sejenak, ah, apa harus diantar?

"Mau saya antar?"

***

Biasanya, bila Senja berada di sekitar Yudhistira---maka gadis itu sebisa mungkin akan selalu berbicara untuk menghangatkan suasana. Tetapi kini, sepertinya gadis itu terlalu lelah dan mengantuk, membuat Yudhistira tersenyum sendiri melihatnya.

Mobil Yudhistira sudah sampai di depan gerbang kosan Senja sejak 15 menit yang lalu, namun tak ada niat secuil pun bagi Yudhistira untuk membangunkan Senja.

Tangan pria itu terulur, mengelus pucuk kepala Senja dengan hati-hati---takut membangunkan insan ukiran Tuhan ini. Manik cokelatnya mulai memperhatikan tiap detail wajah Senja...

Bulu matanya, pipi tembamnya, hidung mancungnya, dan... bibir mungilnya...

Yudhistira dapat merasakan jantungnya berdegup kencang sekarang, darah berdesir naik ke wajah---menyebabkan rona kemerahan mengisyaratkan wajah malu.

"Senja... bangun..." Yudhistira bergumam, tangannya masih setia mengelus kepala gadis itu.

Kepala Senja bergerak sedetik, setelahnya justru melenguh---tampak tak mau untuk bangun.

Lagi, kedua sudut bibir Yudhistira terangkat, tawanya ditahan di leher melihat kelakuan Senja.

Perlahan, ia mencondongkan tubuh, diam-diam bisa menghirup aroma parfum vanilla bercampur strawberry manis khas Senja, bibirnya menyentuh kening Senja---mengecup gadis itu sekilas dengan penuh sayang.

Sayang...?

"M-Mas Yu..."

Mampus

"Sudah bangun akhirnya."

"U-um..."

"Sudah malam, sebaiknya segera kembali ke kosan."

"I-iya..."

"Saya sayang kamu," kata itu, tak pernah terucapkan setelah Senja keluar dari mobil. Kalimat itu, hanya dapat mengendap di sudut hati Yudhistira---terlalu ragu untuk mengungkap, tak sanggup pula memendam terlalu lama. Harus bagaimana?

***

BONUS

"Lho?" Yudhistira mematikan mesin mobil ketika ia sudah sampai di rumahnya, lantas baru menyadari bahwa tas sampir Senja tertinggal di mobilnya.

Pria itu tersenyum simpul, memaklumi kecerobohan Senja. Tangannya mengambil tas itu, lantas iseng membuka isinya.

Ada buku catatan pasien, pulpen, tip-x, liptint, dan sebuah kotak merah kecil---

Yudhistira mengerutkan kening.

Diambilnya kotak mungil tersebut, dan saat dibuka---benar saja. Sepasang cincin berbentuk bulan dan bintang berdampingan dengan warna emas dan perak berada di sana, sangat cantik.

Yudhistira teringat, beberapa akhir pekan ini Senja selalu menolak ajakan jalan-jalannya dengan Laras karena satu alasan yang sama; 'aku sedang mendesain cincin idaman untuk aku pakai nanti.'

Jadi... ini cincin itu?

Ponsel Yudhistira bergetar, menampilkan sebuah display name dengan emotikon matahari. Yudhistira langsung saja mengangkat panggilan itu.

"Halo, Senja?"

"Mas Yu, aku tahu Mas Yu pasti sudah membuka tasku yang tertinggal, jadi begini..."

"..."

"Mas Yu... mau tidak jadi kekasih Senja?"

Sejenak, Yudhistira memandang kotak merah di tangannya, bibirnya meluncurkan sebuah kekehan kecil dan menyandarkan diri pada kursi mobil. "Seharusnya saya yang bilang begitu ke kamu, Senja."

Di seberang sana, Senja tersenyum.

"Saya sayang kamu, Senja."

"Iya, Mas Yu..."

END

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

HAPPY BIRTHDAYS MAS'EEEEEEE

Oiya, ini OCnya Rel_Rifda, terima kasih sudah mau minjemin ya xD

Gimana, greget gak Senjanya tuh lamar duluan xD ?

Di pikiran saya sebelum fict ini jadi;

"Hm, Mas Yu..."

"Terlalu baik doi mah."

"Gak bisa dianuin, hm."

"Sumpah terlalu baik."

"Ini settingnya gimana astg..."

Well, udah ya:"D semoga memuaskan:"D saia tida tau mau ngomong apa lagi:"

See ya at the next chapter!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top