Author [03/06/2019]
"Malik,"
"Hm?"
"Hari ini aku ulangtahun."
Hening melanda selama beberapa detik, lelaki dengan kacamata bingkai kotak yang dipanggil Malik itu masih fokus pada PSP di tangannya---mengabaikan telinga yang mendengar suara gadis di sampingnya.
"Maliiik!" Sang gadis kembali memanggil---kali ini memakai nada sebal.
"Apa?" Malik menyahut, tampak datar saja dan tak terlalu peduli gadis itu menggelayuti lengannya.
Diketahui, gadis itu bernama Lara. Lantas, ia menoleh ke arah lain, detik selanjutnya bergumam, "Malik begitu..."
Sejenak, aktivitas tangan Malik terhenti---memberikan harapan kecil di pikiran Lara kalau-kalau pemuda itu peka padanya tapi---
"Saya memang begini." Tangan itu kembali memainkan PSP, bahkan pemiliknya pun tak peduli dengan kode ngambek Lara.
Tentu saja, sang empu langsung merasa bad mood. Ia melepaskan pelukan dari lengan Malik, lantas beranjak berdiri dan mengambil langkah menjauh.
Suara kaki melangkah yang sunyi itu sedikit menarik perhatian Malik, kepalanya mendongak sekilas, matanya menatap gadis bersurai pendek sebahu yang hendak membuka pintu. Alisnya mengernyit, "kamu mau kemana?"
Lara menghentikan langkah, lantas menoleh menatap Malik dengan wajah kesal yang kentara terlihat. "Pulang." Jawabnya pendek.
"Oh,"
Nyebelin, 'kan?! Lara berteriak frustasi dalam hati.
Belum sempat Lara mengatakan betapa menyebalkannya Malik, pemuda itu langsung berkata, "Semoga diterima di sisiNya." Ucapnya, menyambung sahutan 'oh' sebelumnya.
Dan dengan itu, Lara sukses membanting pintu kamar Malik sekeras mungkin. Cukup keras sampai-sampai kucing di samping pintu kehilangan belangnya karena rontok akibat kemarahan Lara.
***
"Saya tidak salah."
"Tidak salah lagi."
Malik mengerutkan kening, menatap bingung pemuda bersurai hitam di hadapan yang tersenyum---aneh?
"Saya cuma lupa ulangtahunnya." Malik melirik ke arah lain, merasa tak nyaman.
'Cuma lupa doang, Lara saja yang terlalu melebih-lebihkan responnya.' Batin Malik, 'sih, begitu.
"Iya, cuma lupa ulangtahunnya, 'kok." Cangkir diraih, lantas segera mendekat pada bibir dan menyesap rasa pahitnya. "Cuma lupa satu hari paling berharga dalam setahun miliknya."
Entah iya atau apa, Malik sedikit merasa tersindir dengan ucapan Deeka. Sementara si pemuda kopi sendiri masih dengan santai menikmati minumannya.
"Perempuan begitu, ya?" Malik kembali berujar, membuat Deeka menurunkan cangkir dengan hati-hati.
"Begitu bagaimana?" Deeka tersenyum, (pura-pura) tak mengerti maksud Malik.
Ada rasa kesal menyadari Deeka memasang topeng---berpura-pura tak mengerti dirinya. Pemuda itu mendengus, "begitu, susah dimengerti, banyak maunya, gampang ngambek, cerewet lagi."
Percayalah, Deeka kini sedang berusaha keras tidak melepaskan tawanya kala mendengar ucapan Malik.
Dasar Malik, apa maksudnya semua perempuan begitu? Yang seperti penjelasannya? Atau mungkin hanya Lara saja yang begitu, karena hanya Lara-lah perempuan yang pernah dihadapi oleh Malik.
"Tidak baik, lho, membuat gadismu bad mood." Deeka berujar. "Apalagi di hari ulangtahunnya."
Malik pura-pura tak mendengar, "cuma ulangtahun, Deeka." Ucapnya, menekankan kata: cuma ulangtahun.
"Malik," Deeka beranjak berdiri. "3 Juni sebentar lagi usai, sebaiknya kamu memperbaiki semua ini."
'Tidak, pokoknya saya tidak salah. Saya tidak mau.' Malik masih kekeuh dengan pendiriannya.
"Penyesalan selalu datang di akhir, 'lho." Lagi, Deeka kembali memasang senyum. "Kalo di awal namanya pendaftaran."
***
Terima kasih pada Malik, hari ini sukses menjadi hari terburuk bagi Lara meskipun banyak ucapan selamat ulangtahun masuk ke kotak pesannya. Tapi tetap saja---
Lara, 'kan, cuma mau ucapan dari Malik!
"Bodo!"
Ponsel sukses terlempar dan mendarat di selimut kasur Lara yang hangat, si pemilik benar-benar masih kesal rupanya.
Tunggu, sekarang jam berapa?
Lara menoleh, mendapati jam waker dengan karakter Kise Ryouta versi chibi itu menunjukkan pukul 10 malam.
Gadis itu mendengus. Daritadi ia tak mendapat satupun pesan dari Malik, sekadar menyapa pun tidak!
Terlalu lama dipikirkan, tiba-tiba Lara mendengar suara deru mesin motor di luar rumah. Punya siapa? Bukankah Ayah dan Ibunya keluar kota pakai mobil kemarin?
Ting!
Panjang umur, baru saja dibicarakan---notifikasi pesan masuk langsung tertera pada layar ponsel Lara. Dan sebuah Display Name bertuliskan: Malekh Geble, juga terbaca jelas di sana.
You have 1 message!
Malekh Geble
Pakai jaket, turun dan buka pintu segera. Saya tunggu, tapi jangan kelamaan.
Kedua bola mata Lara melebar----wayt! Nani?! Ini beneran Malik?!
Tak penting. Lara segera menyambar jaket putihnya dan segera turun dari kamar untuk berlari menuju pintu. Dan benar saja, sesaat setelah ia memakai flat shoes dan membuka pintu----Malik ada di sana.
Hanya dengan berpakaian kaus oblong dengan celana pendek di atas lutut. Mengundang tanda tanya besar di benak Lara karena---
"NGAPAIN KAMU KE SINI PAKE BAJU GEMBEL KAYAK GITU?!"
Sumpah, perasaan arti nama Malik itu adalah Raja, kenapa jadi mirip gembel dadu di fandom sebelah?
Malik hanya memasang poker face, meringis dalam hati kala telinganya harus mendapatkan teriakan megaphone dari mulut Lara. Lelaki itu menghela napas, "ikut saya."
Tubuh itu berbalik, menampilkan punggung lebar yang tegap perlahan menjauh mendekati sebuah motor yang terparkir. Lara tertegun, baru sadar sepertinya Malik lebih oke kalau dilihat dari belakang.
Mesin dinyalakan, asap menyembul tak kasat mata dari knalpot motor. Lara mendekat, lantas segera duduk di belakang Malik yang sudah siap berkendara.
Tapi sepertinya, Malik menyadari satu hal yang kurang. "Saya tidak bawa helm." Ucap Malik.
Dan itu, membuat Lara mengernyit. "Lalu?"
"Kalau kamu jatuh, kamu tidak selamat."
Kini Lara benar-benar bingung, "jadi...?"
"Ck." Malik mendecak gusar. "Berpegangan saja pada pinggang saya."
Eh?
Lara menahan sebuah senyum geli di bibir, kedua lengan itu segera memeluk pinggang Malik. Dan sang empu---hanya bisa berdehem samar, sepertinya meredakan rasa tersipu. Entahlah, hanya ia dan Tuhan yang tahu.
Dan setelah itu, Malik langsung tancap gas untuk---
"MALIK GEBLEK! JANGAN NGEBUT, OI! MALIK!!!"
---Mari kita lanjutkan ke scene berikutnya.
***
Setelah sampai di tempat tujuan, tepatnya semacam bukit kecil dimana pagar-pagar terdapat pada tepian jalan pada lokasi itu.
Malik membiarkan Lara turun terlebih dahulu, kaki mungil gadis itu melangkah mendekati pagar, tangannya menyentuh permukaan besi yang dingin, matanya dimanjakan oleh pemandangan cahaya kota pada malam hari.
Malik memarkirkan motornya, kemudian melangkah perlahan mendekati Lara---lebih tepatnya, sejenak menikmati pemandangan.
Cantik, pikir keduanya---memandang pemandangan yang berbeda dengan satu kesimpulan yang sama.
Lucu
"Saya ingat, kamu suka bintang dan cahaya lampu kota malam hari." Itu suara Malik, membuka pembicaraan.
Kepala Lara menoleh, lantas Malik segera mengalihkan pandang dan menatap kota di depan sana. "Kamu suka?"
Malik begitu, sulit untuk ditebak dan penuh kejutan tak terpikirkan. Pagi tadi sukses membuatnya kesal, malam ini pemuda itu sukses membuatnya menjadi gadis paling spesial di dunia.
"Suka." Lara masih memandang Malik, entah apa 'suka'nya itu adalah pada pemandangan ini atau Maliknya.
Malik menyentuh tengkuknya, entah merasa dingin atau gugup. "Saya tidak tahu bagaimana mengucap atau memberi sesuatu yang benar jadi..."
"Jadi~?" Lara menyelipkan nada jahil, mengulangi kata terakhir dari dialog Malik.
"Selamat ulangtahun."
Kalau ini adalah sebuah film, maka layar akan berubah menjadi pemandangan angin yang berhembus dingin---menerbangkan rasa tak sampai yang begitu anonim.
1 detik, 2 detik, 3 detik...
Malik mulai benar-benar gugup---
"Terima kasih."
Tersentak, Malik segera menoleh pada Lara. Sang gadis---telah memasang senyum manis sampai kedua matanya menyipit lucu, membuat sesuatu dalam hati Malik merasa berdebar entah kenapa?
Kenapa?
"Serius, makasih, 'lho." Lara kembali berujar. "Malam ini indah sekali."
Malik hanya mengangguk sekenanya, ada sesuatu yang menggelitik hidung pemuda itu, udara pun semakin dingin jadi---
"Hatchi!"
Lara mengerjap
"S-saya kedinginan..."
Sukses membuat Lara hampir meledakkan tawanya.
"Pulang, yuk?"
"Hu'um,"
"Eh, Malik, bentar."
"Apa?"
Gyuu~
"L-Lara---"
"Sebentar saja, aku mau peluk kamu malam ini..."
"... Tapi---"
"Anggap saja ini hadiah ulangtahunku."
"... La---"
"Plis."
Helaan napas terdengar, dan lagi-lagi---kalau ini adalah sebuah film, maka layar akan seketika menghitam, lantas sebuah suara menyahut, "iya."
END
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Author note :
Asyique, 1208 kata xD
Happy happy~ happy happy~ happy happy~ birthday to me~
Iya, anggap saja Lara itu authornya, sedangkan Malik itu adalah pacar imajinasi nyebelin yang sampe sekarang gak pernah terealisasikan😂 jadi, gapapa lah ya kalau dibikin eksis di sini😂
3 June is my day:" Gemini~
Dan besok, saya harus selesaiin fict Yudhistira Adiwijaya x Senja Pranata, dan saya bener-bener mandeg nulisnya, gak punya ide:"D yang mau bantu, tolong komen ide kalian di baris ini. Ohiya, tokoh Yudhistira itu punya Rel_Rifda~ Rpnya lagi open lho~
/promosi
Oke, menurut kalyan gimana fict ini? Terlalu panjang? Maliknya nyebelin? Laranya heboh banget? Atau Deekanya kurang adegan😂? Komen di baris ini ya xD komentar-komentar kocak dari kalian berpengaruh banget sama mood receh saya xD
Okay, see you at the next chapter!
Eh, bentar, sebagai bonus, mari saya tebar sebuah foto sejuta kerecehan:)
MARI, SAIA TIDAK MAU NGAKAK SENDIRI DAN JADI ORANG GILA DI SINI:"D
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top