BAB III : TRIK

🎶Playlist🎶

GAC - Bahagia
.
.
.
.
Ada lebih dari satu macam trik, tapi mencari mana yang lebih tepat adalah poin terpentingnya.
.
.
.
Vote x Komen
JANGAN LUPA!
.
.
THANKS
🙏🙏🙏
.
.
.
.
Happy Reading
📖📖📖
.
.
.

Masih terlalu pagi untuk pergi kesekolah, bahkan matahari masih nampak tak utuh, kemerahan diatas sana. Shasha duduk di kursi rotan depan rumahnya, penampilannya sudah sangat rapi dengan jilbab hitam yang membuat auranya semakin keluar. Kedua tangannya melipat di dada dan bahunya bersandar pada rotan. Seperti biasa, ia akan memikirkan segala hal dan memang pada dasarnya manusia tidak akan bisa berhenti untuk berpikir bukan?

Tinn

Shasha mendongak saat mendengarkan klakson mobil dan benar saja sebuah mobil tipe SUV dengan desain tak biasa melintas di pekarangan rumahnya. Mobil itu sangat gagah, sepertinya cukup bagus untuk petualangan yang menantang. Rhino GX, itu merek mobil yang saat ini Daniel kendarai membuat Shasha enggan untuk menaikinya. Shasha yakin, saat mobil itu masuk di gang kompleknya saja sudah cukup membuat heboh tetangganya. Maklum, Shasha tinggal diperkampungan dengan mayoritas penghuninya mengah kebawah.

Daniel turun dengan segala atribut kerapiannya, nampak seperti eksekutif muda bukan seorang kepala sekolah. Padahal Daniel tak menggunakan jas, hanya kemeja biru polos tapi memang dasarnya auranya kuat—aura yang menunjukkan seberapa kaya dan hebatnya orang ini.

"Kenapa ekspresinya kek gitu? Aku nggak mau kamu nunggu lama, jadi aku masuk kesini saja," kata Daniel yang terlihat sekali beralasan. Shasha memang mengatakan jika Daniel tak perlu masuk. Ia tak ingin tetangganya menjadi heboh, dikiranya ia memiliki hubungan aneh-aneh dan juga ia sekadang tinggal sendirian disini, ia tak ingin memiliki gosip-gosip yang tidak enak tentang dirinya.

"Ya uda lah. Ayo pergi, ada yang pengen aku bahas," katanya yang tak mau memperpanjang semuanya. Ada hal yang lebih penting untuk diperdebatkan dari pada hal sesepele ini.

"Ayok!" Daniel pun membukakan pintu untuk Shasha membuat wanita ini menjadi kikuk saja. Tapi ia juga tak banyak protes, memilih untuk memasukinya saja.

Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, hiruk pikuk kota mulai terlihat. Beberapa anak bersepeda, kendaraan umum mondar-mandir, tapi tak terlalu ramai karena ini masih jam 6. "Jadi?" Daniel mencoba untuk memulai pembicaraan karena semenjak tadi Shasha tak kunjung mengatakan sesuatu.

"Aku uda bilang kalau mau diriin klub kan?" kata Shasha dan Daniel mengangguk. "dan aku juga uda milih membernya," lanjut Shasha.

"Siapa?" tanya Daniel dengan antusias membuat Shasha geli sendiri. Hanya saat mereka bersama seperti ini, Daniel bisa menunjukkan segala tingkah lucunya. Terkadang, Shasha bingung kenapa dan bagaimana caranya mereka berdua bisa berteman.

"Daril itu keponakanmu kan?" Shasha masih mau memastikan ini dan Daniel pun mengangguk.

"Jangan-jangan kamu mau masukin Daril?" tanya Daniel dengan ekspresi tak menyangkanya dan Shasha mengangguk tanpa ragu.

"Serius?" Daniel masih tak meyakini ini dan lagi-lagi Shasha mengangguk dengan serius dan Daniel masih tak habis pikir bagaimana Shasha bisa berpikir dapat merekrut keponakannya itu.

"Sha, kamu belum tau gimana Daril kan?" tanya Daniel dan Shasha pun mengangguk.

"Tepat sekali, karena itu sekarang aku bertanya sama kamu. Sebelum membahas hal yang lain." Shasha terlihat sudah siap mendengarkan ucapan Daniel tentang keponakannya itu.

Terlihat Daniel menghela napas, kurang setuju dengan ide Shasha untuk yang satu ini. Namun, ia juga tak punya pilihan lain. "Daril itu hanya peduli dengan nilai sempurna dan olimpiade kimia, fisika. Kamu kan uda ketemu sama Diandra, dia itu perpaduan kak Diandra yang perfectionis sama papanya yang jenius. Anak itu sangat tidak pedulian dan peka, kami saja jarang bicara," terang Daniel yang sepertinya berusaha untuk membuat Shasha menyerah terhadap keponakannya itu. Daniel ingin Shasha menyelesaikan permasalah bukan malah menambahnya dengan memasukkan Daniel juga kedalamnya. Daniel yakin jika Daril sangat tidak bisa diajak kerja sama.

Shasha menggeleng. "Apa kamu lupa? Kita harus mencari akar masalah dan menyelesaikannya. Aku nggak bisa kerja sendirian, aku perlu mereka pribadi yang memiliki pengaruh besar disini. Tenang aja, aku masih punya Thalita, Gerral sama Gebby yang setingkat sama Daril, jadi dia nggak perlu minder," kata Shasha yang tak memperhatikan ekspresi shock Daniel yang terganggu dengan pandangannya pada jalanan.

"Aku nggak tau, kamu ini mau bikin kelompok bagaimana? Kenapa harus ditambah Thalita? Gerral itu bukan anak yang mudah, dia temannya Thalita," terang Daniel dan Shasha tersenyum, ia punya info baru tentang Gerral.

"Bagus donk, itu berarti ini akan tambah seru. Tenang aja pokoknya," Shasha menepuk pundak Daniel yang masih saja berkonsentrasi mengemudi. "Aku masih punya Kemilau, Azkara dan Faizal. Kita lihat, siapa yang akan memiliki pengaruh. Ini gebrakan baru dan aku mempertaruhkan karirku sebagai seorang pembimbing konseling untuk ini. Jadi ..." Shasha tak melanjutkan ucapannya, ia menunggu Daniel bereaksi, menoleh setidaknya.

Benar, Daniel menoleh dan menunggu Shasha melanjutkan perkataannya. "Jadi apa? Apa yang kamu rencanain?" tanya Daniel dengan sangat terpaksa, ia cukup tau seorang Shasha saat memaksakan kehendaknya kepada dirinya dan Shasha pun tersenyum, merasa menang sekarang.

"Buat anak-anak itu, mau ku rekrut!" pintanya dan lagi-lagi Daniel menghela napas. Ia bisa menyelesaikan masalah runit tapi untuk urusan dengan anak-anak itu, ah dia tidak sanggup.

"Tidak ada penolakan atau semuanya gagal sebelum dimulai, kamu harus membantuku untuk ini karena hanya kamu yang bisa melakukannya, bukan orang lain," tegas Shasha dan kali ini Daniel mengangguk.

"Tidak ada penolakan atau semuanya gagal sebelum dimulai, kamu harus membantuku untuk ini karena hanya kamu yang bisa melakukannya, bukan orang lain," tegas Shasha dan kali ini Daniel mengangguk.

"Aku akan pikirkan sebuah cara dan kamu persiapkan semuanya yang diperlukan," ucap Daniel dengan serius.

Mereka pun sampai dihalaman sekolah dan turun bersama-sama. Membuat beberapa siswa heboh sendiri dengan kedatangan mereka, seketika gosip nampak menyebar.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang? Aku tidak ingin di gosipin sama kamu," omel Shasha yang cukup memahami situasi yang terjadi dan Daniel hanya tertawa.

"Tenang aja, ini bisa menguntungkan kita. Okay, kita berpisah disini. Aku akan ke ruanganku, kamu bisa ke ruang guru," ucap Daniel dan Shasha pun mengangguk.

Mereka pergi berlawanan arah. Daniel berjalan ke rungan. Shasha juga ke ruang guru. Shasha masih sibuk dengan trik yang akan di pakai untuk mengajak anak-anak itu bergabung di klubnya.

Netra Shasha tidak sengaja melihat pertunjukan permainan bola basket serta cheerleaders yang sedang memberi semangat. Gerral tanpa membius kaum hawa sepantarannya membuat seulas senyum di wajah Shasha.

"Gerral!"

"Gerral pasti bisa!" suara teriakan siswi yang menyerukan nama Gerral membuat senyum Shasha terbit.

"Ini akan berhasil," gumam Shasha melihat penampilan mereka pagi ini.

Shasha melanjutkan langkah ke ruangan guru. Seperti biasa dia akan menyapa guru yang sudah hadir serta tak lupa senyum khas yang membuat orang melihatnya juga ikut tersenyum.

Di meja kerja kepala sekolah Daniel masih memikirkan trik apa yang bisa membuat mereka mau ikut klub yang didirikan Shasha. Daniel memijat pangkal hidungnya tanda berpikir keras.

"Apa ya?" Daniel sambil melihat propil mereka secara rinci.Seketika mata Daniel berbinar, menemukan cara ini bisa membuat mereka bisa di rekrut oleh Shasha menurutnya.

Dengan lincah jari tangan Daniel mengetik pesan ke Shasha.

Ting

Suara pesan masuk, segera Shasha membuka. Ternyata Daniel pikir Shasha tanpa menunggu Shasha segera membuka.

Setelah membaca pesa, Shasha langsung membuat apa yang di minta Daniel.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top