Dalam Kenangan

Seorang pemuda dengan balutan baju pasien rumah sakit menatap langit-langit kamar inapnya dengan pandangan kosong, tetapi pikirannya entah kemana. Sebelah tangannya tertancap oleh infus.

Senyuman itu tercetak di sudut bibirnya terlihat sendu dan setitik air mata kembali lolos dari mata bermanik rubi tersebut.

KRIET--

Suara pintu terbuka menyadarkan si pemuda dari lamunan panjang dan masuklah seorang yang berwajah serupa dengannya, hanya saja yang membedakannya ialah dia memiliki mata bermanik emas. BoBoiBoy Gempa--adik kembarnya yang kedua--menatap kakak kembarnya dengan nanar.

"Ayolah, Hali ... ini bukan salahmu. Ini hanya kecelakaan. Lagipula ... kalau kamu seperti ini terus, aku dapat menjamin 'mereka' akan merasa sedih." Gempa menatap kakaknya sendu.

"Tapi kamu tahu 'kan, kalau saja aku tidak terlambat pasti 'mereka' akan selamat." Halilintar-- si pemuda; menanggapi saudaranya.

"Hhh.. Sudahlah yang terpenting kita bisa selamat dan bisa berkumpul, meski memang tidak utuh ...," lirih Gempa.

"Menurutmu ... 'mereka' bahagia tidak ya di sana?"

"Tentu saja. Tapi .. kalau Kak Hali terus begini, mungkin 'mereka' tidak akan tenang," sahut Gempa menyemangati kakaknya, lupa jika ia juga terluka.

"Bagaimana keadaan Taufan?" Halilintar mengalihkan topik segera saat melihat Gempa kembali murung.

"Alhamdulillah, Taufan sudah siuman. Tadi saat aku lihat, dia ada di taman belakang rumah sakit." Gempa bersyukur masih diberi kesempatan berkumpul dengan saudaranya, meskipun ada yang hilang di antara mereka.

BoBoiBoy Fanfiction Indonesia

Happy Birthday Our Hero
Cerita milik Cuzhae

BoBoiBoy milik Monsta

Video on mulmed credit to
Aku Kembali - Sammy Simorangkir

Rate: T || Family, Hurt/Comfort || AU!Band life(?) || Re-written from 13 March 2017

.
.
.

Dalam Kenangan - Elemental Siblings

Menyanyi sudah dibaratkan seperti separuh dari hidup BoBoiBoy bersaudara atau sering akrab disebut Elemental band, karena nama-nama mereka yang sama dengan nama elemen. Dan karena itulah juga mereka membuat grup band. Yang terdiri atas Halilintar, Taufan, Gempa, Blaze, dan Ice.

Hari ini mereka mendapatkan job yang terbilang besar upahnya. Tanpa keraguan mereka langsung menerimanya. Lumayan 'kan buat tambah-tambah dana untuk keseharian, begitu pikir mereka.

Entah kenapa Taufan merasakan firasat buruk. Seperti ada yang akan terjadi, sesuatu yang menakutkan. Namun ia tepis firasat itu jauh-jauh.

Elemental band menampilkan apa yang mereka bisa semaksimal mungkin. Namun di tengah penampilan digelar tiba-tiba saja panggung terasa bergetar hebat yang cukup membuat mereka sulit untuk sekadar berdiri saja.

"Cepat turun dari panggung! Panggung ini akan roboh sebentar lagi!" Seseorang berteriak keras mengabari yang berada di atas dan berharap semoga tidak ada yang terluka.

Semua ricuh-riuh menyelamatkan diri masing-masing. Bargerak cepat agar tak tertimpa reruntuhan.

Di antara mereka, BoBoiBoy bersaudara hanya termangu melihat keadaan sekarang. Halilintar segera mencari adik-adiknya yang sudah berpencar mencoba menyelamatkan diri.

Dalam pandangannya yang mulai kabur, Halilintar melihat bayangan adiknya.

"BLAZE!! ICE!! AWAS MINGGIR!" Halilintar berlari dan berusaha mendorong kedua adiknya agar tidak tertimpa reruntuhan. Namun, semua sudah terlambat. Besi yang beratnya entah berapa itu menimpa keduanya.

"TIDAK!!" jeritan pilu menyertai kehancuran Blaze dan Ice.

Dunia serasa hancur melihat adiknya tak sadarkan diri bersimbah darah di sekujur tubuhnya.

Namun tanpa Halilintar sadari, sesuatu akan jatuh menimpanya juga. Ia terjatuh dan melihat Taufan yang tak jauh keadaannya seperti dirinya. Setelah itu pandangannya menggelap, secara samar sekelebat bayangan berlari ke arahnya. Kemudian semuanya sudah jadi rata.

.
.

Blaze dan Ice meninggal di tempat kejadian. Mungkin bisa dikata bahwa Gempa-lah yang paling beruntung dari kejadian naas tersebut. Ia hanya mendapatkan luka memar saja. Beda halnya kedua kakaknya yang cukup terluka parah. Taufan yang dinyatakan koma dan Halilintar yang menerima 'beberapa' jaitan di seluruh tubuhnya.

Menurut kru yang ada, panggung roboh dikarenakan tiang penyangganya kurang kokoh ditambah deru angin yang kencang.

Peristiwa ini akan selalu membekas dalam ingatan mereka bertiga. Yang torehkan luka mendalam serta kepergian Blaze dan Ice membuat mereka sangat terpuruk, terutama Halilintar yang menganggap dirinya bukanlah kakak yang baik.

.
.
.

Taufan merengek pulang ke rumah karena tak kuat jika terus-terusan di rumah sakit. Taufan juha ikut berubah. Senyumannya mulai pudar. Tak ada sapaan ceria darinya. Tak ada kejahilannya terhadap Halilintar yang ia lakukan dengan Blaze. Semuanya hilang. Ia sangat merindukan saat harus membangunkan Ice si tukang tidur ketika akan manggung.

Gempa selama menungu kesadaran Halilintar dan Taufan hanya meringkuk di dalam kamarnya. Menangis sepanjang hari. Meskipun di hadapan orang lain seakan tak ada yang terjadi.

Halilintar menginginkan dirinya ditelan Bumi sekarang juga, ia merasa tidak pantas lagi berpijak di atasnya. Kakak macam apa yang tidak bisa melindungi adiknya sendiri.

#####
Ini aku, aku berdiri, untuk hadapi segala pahit di hati

Ku coba untuk menangkan hati dan akhiri pedih, lepaskan beban ini

Meskipun kini aku sendiri namun aku kembali
#####

Sesampainya di rumah mereka kemudian dikejutkan oleh surprise party. Sudah ada teman-teman juga kedua orang tua tersayangnya. Sebenarnya ada apa? Orang tua mereka memandangnya dengan tatapan teduh.

"SELAMAT ULANG TAHUN!!!" teriak mereka bersamaan. Bahkan mereka sendiri lupa bahwa hari ini merupakan tanggal ulang tahun mereka. Disebabkan duka yang masih ada itulah biangnya.

Coba saja di sini ada Blaze maka ia dan Taufan akan langsung menyambar kado yang diberikan untuknya. Ice pula tak akan segan menginginkan kue ulang tahunnya untuk segera dipotong. Berakhir dengan Halilintar yang terus mengomeli mereka berdua sedangkan Gempa hanya akan menggelengkan kepalanya melihat tingkah mereka.

Mengingat itu rasanya ingin menangis sekeras-kerasnya. Namun, mereka tahu bahwa nanti Blaze dan Ice akan ikut bersedih.

"Sudahlah sayang, 'mereka' tak akan senang jika melihat kalian bertiga terus begini." Sang ibu membuyarkan lamunan mereka.

"Benar sekali apa yang dikatakan ibu kalian. Kalian harus bangkit dan tersenyum, demi Blaze dan Ice." Yaya yang ikut menyemangati ketiga temannya.

"Kami akan berusaha bangkit. Meskipun mereka tak ada di sini, tetapi mereka akan selalu dalam pikiran dan hati kami. Betul 'kan Kakak?" Perkataan Gempa membuat Taufan sekaligus kakak yang satunya lagi sedikit kaget. Pasalnya sudah sangat lama Gempa tak menyebut Halilintar dan Taufan dengan sebutan 'kakak'.

"Tentu saja adikku sayang! Kakakmu yang satu ini akan selalu tersenyum dalam keadaan apapun. Ini semua sudah takdir-Nya bukan?" Taufan memasang senyuman terbaiknya.

"Selalu tersenyum apanya. Waktu itu kamu nangis uring-uringan nggak jelas!" Halilintar memukul kepala Taufan dengan pelan.

"Aww.. Ish! Kak Hali, jangan buka aib akulah."

Mau tak mau semua yang ada di sini terkekeh dengan perlakuan sayang Halilintar kepada sang adik.

"Tunggu apalagi, potonglah kue nya! Aku sudah lapar nih~" Suara Gopal membuyarkan tawa mereka.

Gopal yang merasa diperhatikan semua orang hanya mengangkat alis. "Apa? Aku memang laparlah."

"GOPAL!!!"

#####
L

elah rasanya hati, lelah untuk disakiti, namun telah kujalani

Ingin kuberlalu mengejar cintaku

Dan mencoba untuk bertahan bersama mimpiku

Tak pernah terbayangkan kuharus lupakan semua cerita ini
#####

Sudah cukup. Cukup dengan semua ini. Karena jujur Gempa sudah terlalu lelah berpura-pura bahagia di hadapan orang-orang. Karena kenangan menyakitkan itu terus membayanginya. Mereka berlima masih punya mimpi. Di mana mimpi itu tidak dipunyai oleh semua orang. Nyatanya terpaksa ia harus melupakan mimpi tak terwujud itu.

'Aku hanya mempunyai satu permintaan di hari ulang tahunku. Aku ingin bertemu kalian sekali lagi meskipun hanya dalam mimpi.'

.

.

.

"Ini di mana?" Taufan mengerjapkan matanya berkali-kali. Sebuah ruangan putih yang begitu damai. Dari kejauhan Taufan melihat ada yang berlari menghampirinya.

"Hai, Kak Taufan!! Akhirnya aku bisa bertemu denganmu~" Sosok itu memeluknya dengan erat.

"Blaze? Blaze inikah kau?!" Taufan hanya membalas pelukan adiknya.

"Kakak tahu tidak? Aku benar-benar rindu kalian hiks.. Aku dan Ice di sini hanya memandang kalian sedih dengan sikap kalian berubah hiks.. "

"Oh iya, Ice mana?"

"Itu disana dengan Kak Hali sama Kak Gempa. Kesana yuk! Kita mau ngomongin sesuatu sama kalian." Blaze menarik tangan Taufan agar mengikutinya katempat si bungsu.

"Semuanya sudah berkumpul. Baiklah mulai dari kau dulu Ice."

"Umm... Aku cuma mau bilang-- Maafkan aku .. Aku selama ini hanya bisa menyusahkan kalian hiks.. Jaga Ibu dan Ayah, ya? hiks... Kalian harus tetap bahagia tanpa kami hiks.. Aku ingin kalian tetap tersenyum walau tanpa ada kami berdua."

"Apa yang dikatakan Ice benar. Kalian harus selalu tersenyum dan tertawa. Kami selalu ada bersama kalian. Mungkin raga kami tak ada dan mendampingi kalian. Tapi kami selalu akan ada di hati dan ingatan kalian," tambah Blaze.

"Ma-maafkan aku .. Aku tidak bisa melindungi kalian dari bahaya itu. Seharusnya aku saja yang mati! Seharusnya aku tidak menerima tawaran itu! Seharusnya .. seharusnya .. AARRGHH! AKU TELAH GAGAL MENJADI SEORANG KAKAK!!!" Bibir Halilintar bergetar begitupun tubuhnya yang bergetar hebat. Ia memeluk keempat adiknya. Seakan tak ingin ada yang hilang di antara mereka.

"Ini bukan salah Kak Hali, ini sudah menjadi suratan takdir.."

'Tetap tersenyum ya, kakakku yang ganteng~ Anggap saja ini permintaan di hari ulang tahun~'

'Berat bibir ini terucap
Perih mata ini menatap
Menjelang hadirnya perpisahan

Perpisahan bagiku derita
Memenjarakan kenangan
Menaburkan luka
Tapi perpisahan punya janji
Pasti akan bertemu lagi
Selama bukan perpisahan abadi'

.

.

.

G

empa terbangun dari tidurnya. Peluh keringat berkucur di dahi. Barusan apa? Mimpi? Tak perlu pikir panjang, ia segera menghampiri kedua kakaknya. Dan benar apa yang dipikirkannya, Halilintar dan Taufan juga bermimpi yang sama.

'Tetap tersenyum ya~'

Setelah mendapatkan mimpi tersebut, sebagai kode dari Blaze dan Ice. Maka mereka berjanji akan saling melindungi satu sama lain, terus berkarya dengan bernyanyi dan yang penting mereka harus merelakannya pergi serta selalu tersenyum meskipun tak ada sosoknya.

[EXTRA]

Semuanya telah kembali seperti sedia kala. Mereka telah sembuh total dari luka fisik maupun psikisnya. Hari ini tepat setahun kejadian memilukan hati itu berlalu. Kali ini Boboiboy bersaudara berziarah ke makam sosok yang selalu ada di hati dan pikirannya.

Dua kuburan yang saling berdampingan. Dengan nama 'BoBoiBoy Blaze' dan 'BoBoiBoy Ice' yang tertulis di batu nisan.

"Hey, kalian pasti bahagia 'kan di sana? Kami harap begitu. Kalian tahu? Kami selalu merindukan kalian. Tapi tenang saja ... kami tidak menangis lagi loh~  Oh iya! Selamat ulang tahun, Blaze, Ice .."

Sosok yang mereka pikirkan dari kejauhan tersenyum lalu melambaikan tangan dan mengucapkan ...

'Selamat ulang tahun juga, Kakak ... Sampai jumpa~'

FIN

A/N:
*Lihat layar HP* ff macam apa ini?! //suruh siapa buat//

AHHHH.. Maaf hasilnya abal-abal kayak gini. Apalagi boringnya minta ampun. So sad ...

Aku tahu ini pasti mengecewakan hasilnya//banget!//

Tapi..
Makasih udah mau baca ^.^

#HBDOurHero
Mind to vote n comment?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top