4🌺

.
.
.
.
.

Mikey tidak menyukai ataupun tertarik pada apapun.

Setidaknya itulah yang dirasakannya, sebelum Mikey tertarik pada seseorang.

Seseorang yang pertama kali ditemuinya, dan untuk pertama kalinya. Dadanya berdesir aneh, seakan diselimuti kehangatan.

Mikey mengusap rambutnya, menatap wajah datarnya di depan kaca. Dirinya banyak sekali disukai oleh yang lainnya, dalam istilah adalah populer.

Namun, Mikey sama sekali tidak peduli. Bahkan, malah memilih untuk menjadi berandalan sejak kematian dari kakaknya.

Menghindari semuanya, dan menjadi hal yang sebaliknya. Anak nakal, Anak malas, Anak yang lepas dari segala aturan.

Hal itu tidaklah mengurangi kesepian dalam hatinya, dan perlahan-lahan matanya kembali menjadi hampa tanpa warna. Hidupnya putih.

Tanpa Cahaya.

Matanya yang hampa, tanpa adanya cinta dan pengharapan.

Mikey sudah membuangnya, jauh sebelum Mikey tidak lagi bisa merasakan apapun.

Mikey memilih membersihkan dirinya, mengusap rambut basahnya dengan handuk. Matanya kembali menatap datar ke arah handuk, membayangkan sebuah boneka kelinci kecil menggemaskan yang dipegangi dengan erat oleh Takemichi.

Terlihat aneh, Menarik.

Tanpa sadar, Mikey tersenyum. Padahal dia hanyalah takemichi, tanpa kelebihan yang khusus.

Mungkin lama-kelamaan, perasaan ini akan menghilang seperti buih air.

Seperti Kebosanan. Dan hal lain sebelumnya yang perlahan akan ditinggalkannya, Begitupun dengan Takemichi. Suatu saat, Mikey akan melupakan dirinya.

.
.
.
.
.

Mikey sedikit akrab dengan Baji, meksipun dia masih sangatlah menyebalkan. Atau mungkin, menjadi semakin menyebalkan. Setidaknya hubungan diantara kami berangsur membaik, dan apalagi kami adalah Keluarga.

Dia dan Baji memiliki kesamaan. Yah, meksipun menjengkelkan saat tau kalau kami bersaudara. Mikey mulai menerimanya.

"Jadi bagaimana dengan Takemichi?" Tanya Baji lagi. Menyuapkan hasil masakannya kedalam mulutnya.

Mikey tidak suka melakukan sesuatu, makanya Baji-lah yang harus mengurusinya. Makanya, sebenci apapun Mikey dengan Baji. Dia membutuhkannya, dan lagi Keluarganya hanya Baji.

"Mungkin aku akan sedikit bermain-main dengannya." Seru Mikey, dengan nada malasnya.

"Itulah dirimu Mikey." Kekeh baji, dan melanjutkan sarapan.

Mikey menatap malas ke arah makanannya, Memangnya apa spesialnya Takemichi?

Entahlah, Mungkin Mikey akan sedikit bermain-main dengan Takemichi, sampai akhirnya Mikey akan bosan sendiri dan akhirnya meninggalkannya.

.
.
.
.
.

Mikey berjalan malas ke kelasnya di lantai paling atas, Takemichi tampak asyik berbincang dengan Chifuyu di lantai bawah, depan kelasnya.

"..." Tanpa banyak bicara, Mikey berlalu mengabaikannya.

Entahlah, setiap kali Mikey melangkah. Seakan hatinya diremas. Sesuatu miliknya diambil darinya, Mikey berusaha mengabaikan perasaannya.

Lagipula, Bukankah Mikey sudah terbiasa tidak punya sedikitpun ketertarikan? Kali ini juga.

Mikey menaikkan kakinya ke atas meja, merasakan dahinya berdenyut kesal tanpa alasan.

Apaan sih? Lupakan saja, Kau hanya merepotkan dirimu saja.

Mikey tidak bisa melupakan dan malah perasaan ini semakin membelenggunya, membuatnya semakin merasa tidak nyaman.

"Ck sial." Ketus Mikey, dan beranjak dari sana. Turun dari lantai atas, dari kelas tiganya.

Mengabaikan perhatian semua orang yang kini menatapnya, dia memang sangatlah Populer.

"Wah, ada Mikey-senpai." Sahut seorang siswi dengan kagum.

"Mikey-Senpai sangat tampan." Bisik yang lainnya, tersipu saat melihat Mikey secara langsung.

Mikey jarang terlihat.

Mikey langsung menoleh pada Siswi-siswi yang berbicara bagaikan Lalat penganggu, dan membuat emosinya meledak.

Wajahnya semakin datar, dan gelap. Seakan membuat siapapun seketika terdiam karena tekanan kuatnya.

"Diam." Perintah Mikey, dan berjalan bak raja ke kelas orang yang membuatnya kepikiran.

Takemichi.

Dia asyik berbicara dengan Chifuyu seakan sama sekali tidak mempedulikan keberadaannya.

Membuatnya kesal.

Brak!

"Michi." Seru Mikey dengan nada rendah. Menendang tembok di antara mereka, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dan membiarkan jaket hitam, berkibar laksana kehormatan.

Mata hitamnya menatap datar ke arah Takemichi dan Chifuyu yang kini gantian melihatnya.

"Ah! Ka-kau..." Bisik Takemichi memasang wajah ketakutan, Yah semuanya akan bereaksi sama jika berhadapan dengannya. Ini akan sangat membosankan.

Srek!

"Bi-bisa bicara sebentar?" Seru Takemichi dengan bibir gemetar. Mikey akan menaklukkannya.

Dengan mudah.

Srek!

Mikey berbalik membiarkan jaket hitamnya berkibar dengan penuh pesona mematikan. Karisma tidak tertahankan dari Sang Raja, Mikey Manjirou.

Takemichi berjalan di belakang Mikey, meninggalkan Chifuyu yang hanya menatapnya datar. Seolah sudah terbiasa.

Mikey bersandar di dinding, memandang dengan rendah. Saat Takemichi, menautkan kedua jemarinya didepan dada. Takemichi tampak gugup.

"Bi-bisa kau rahasia kan?" Seru Takemichi tanpa bisa ditebak.

"Hah?" Giliran Mikey yang tidak mengerti yang dikatakannya.

"Itu loh! Mimi-chan! Rahasiakan ya, Kumohon!" Seru Takemichi menyatukan kedua tangannya.

Mikey mengerjapkan matanya sejenak, sebelum tertawa terbahak-bahak. Dia malah berakhir dipermainkan, bahkan oleh sosok dihadapannya.

"Mimi-Chan ya, menarik. Bagaimana jika kita membuat perjanjian, Takemichi?" Seru Mikey menarik kerah Takemichi, membuatnya sedikit menunduk karena posisi yang berbeda.

"Pe-perjanjian." Ulang Takemichi dengan wajah polosnya.

Mikey menyeringai, sepertinya ini akan lebih menarik dari yang kuduga. Mikey meraih dagunya, dan menciumnya seketika.

Cup!

Mikey melepasnya, mengusap wajah Takemichi yang masih kaget. Tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Dia menarik.

Sangatlah menarik.

"Kau akan kubuat jatuh cinta, atau aku akan jatuh cinta padamu. Apa kau siap?" Seru Mikey tersenyum tipis.

Tanpa mendengar jawaban, Mikey berbalik meninggalkan Takemichi yang seketika memerah mengetahui bahwa ciuman pertamanya diambil.

Oleh Berandalan!

.
.
.
.
.

"Bagaimana ini, Chifuyu?!" Seru Takemichi depresi. Dia sudah beberapa jam memegangi kedua sisi kepalanya sangatlah frustasi, di atas tempat duduknya.

Chifuyu, hanya mendengarkan dengan wajah datarnya yang diletakkan menyamping di atas kursinya. Menghadap ke arah Takemichi yang duduk di depan. Mereka saling berhadapan.

"Hadapi saja. Toh nasibmu." Seru Chifuyu dengan nada cueknya. Sedikit memilin rambut pirang pendek berantakan Takemichi.

Takemichi langsung merengut dan memeluk Chifuyu seraya memohon bantuannya. Disaat seperti inilah,barulah dia manja. Kalau sedang ada masalah.

"Lepaskan Takemichi." Seru Chifuyu mendorong malas sosok Takemichi yang mendadak  menempel padanya. Takemichi mengeleng, menolaknya kuat.

Srek!

Wajah takemichi memucat saat seseorang meletakkan kepalanya dan mengusap wajahnya seraya memeluk tubuh kecil Takemichi.

"Michi. Aku juga mau manja." Gumam Mikey, dengan wajah datarnya. Dia tampak cemburu, dan terlihat menggemaskan.

Blush!

Wajah takemichi langsung memerah, Mikey memegangi kedua pipinya dan mencium bibir Takemichi secara tiba-tiba, membuat Takemichi memucat. Malu dan juga ketakutan.

"Be-berhenti Mikey." Seru Takemichi berusaha untuk lepas dari pelukan manjanya.

"Kenapa?" Seru Mikey dengan wajah sok polosnya, membuat Takemichi hanya bisa memerah dan hanya membiarkannya.

Chifuyu hanya diam disana, Tanpa berniat menghentikan. Tenggelam dalam pikirannya sendiri, akan Perasaannya yang semakin lama semakin ruwet, dan menghancurkan hatinya.

.
.
.
.
.

Mikey menjilati bibirnya, Takemichi benar-benar gemas. Ekspresinya menggemaskan.

Tunggu. Langkah Mikey terhenti, Bukankah dia hanya bermain?

"Mungkin sudah saatnya." Gumam Mikey pelan, Tatapan matanya kembali hampa.

Dadanya berdenyut seakan kehilangan sesuatu. Padahal Mikey tidak pernah seperti ini, perasaan hangat didadanya.

Ketika bersama Takemichi. Ada Takemichi setiap kali Mikey mengingatnya, Berbagai ekspresi dan perkataan manis darinya.

Memasuki Hatinya perlahan.

Mikey mengusap wajah kecil takemichi yang menatapnya dengan kedua mata polosnya.

Wajah biasa yang bahkan tidak dipedulikannya, perlahan mulai berubah menjadi sangat manis.

Rambut pirangnya perlahan dimainkan, saat Takemichi malah berakhir marah padanya. Dan mengenggam tangan Mikey, dengan ekspresi imutnya.

Mikey malah tersenyum, merasa bahagia dengan semuanya.

Kenapa... Dengannya?

.
.
.
.
.

Sejak awal dia hanya bermain, tidak pernah benar-benar serius. Dia tidak jatuh cinta, kan?

Ada apa dengannya?

Apa Takemichi memang sudah masuk dalam hatinya?

Langkah Mikey terhenti. Saat melihat sosok Takemichi yang tertawa disana. Sosoknya begitu sederhana dan sangat manis.

"!" Saat melihatnya, wajahnya berubah menjadi merah. Dan segera mengalihkan wajahnya.

"Haha." Kekeh Mikey, dia terdiam mengusap bibirnya yang baru saja tertawa. Apa dia baru saja berekspresi?

Dirinya?

Sejak kapan dia pernah merasakan perasaan ini?

Sejak...kapan ada yang akhirnya dicintainya?

Mikey merasakan luka di hatinya mulai terobati perlahan-lahan. Luka ketika Mikey ditinggalkan oleh orangtuanya, Luka ketika kakaknya mengalami kecelakaan hingga kematian berkali-kali.

Membuat Mikey mati rasa.

.
.
.
.
.

"Michi." Seru Mikey duduk di sebelahnya, Takemichi menoleh, dengan wajah polosnya.

Dia memang Polos.

Mikey berbisik pelan di samping telinga Takemichi.

"Kau memerah." Bisiknya jahil, dan seketika wajahnya memerah dengan menggemaskan.

"Mi-mikey!" Teriak Takemichi, dengan kedua pipi gembulnya. Dan beralih mengalihkan wajah manisnya daripada Mikey.

Setiap eskpresi Takemichi disukainya. Entah sejak kapan, Mikey mulai sedikit berubah.

"Michi." Seru Mikey pelan, Takemichi perlahan menatap ke arah Mikey dengan gugup.

"Apa?"

"Tidak ada apa-apa." Seru Mikey kembali tersenyum polos.

Sebenarnya bohong, Hanya saja biarkan ini menjadi rahasianya.

Takemichi mengerutkan dahinya merasa heran dengan Mikey.

Tanpa takemichi sadari. Bahwa segalanya darinya, adalah obat dari semua luka dihatinya.

Luka yang membekas begitu lama meninggalkan diri Mikey sebagai pribadi yang mati rasa.

Mikey memegangi dadanya, berdegup begitu kencang. Mikey tersenyum tipis dengan tulus.

Dia sudah mencintai Takemichi.

Cinta Pertamanya. Dia kalah. Namun kekalahan ini berakhir dengan keajaiban untuknya.

Keajaiban Mencintai.

.
.
.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top