*
Hula-halooooo~
Udah nggak heran dong Bangse selalu update pagi-pagi gini. Ho-oh, karena ini memang jam favorit Bangse menulis. Baru bangun, mata masih belekan, belum mikir apa-apa. Nulisnya tulus aja gitu. Hasekkk!
Well, enough curhat ye. Enjoy!
--
Dan benar saja, take kesepuluh adalah akhir penderitaan mereka. Nggak lama setelah teriakan 'cut!', Michelle langsung buang muka dan mengumumkan kalau dia langsung kembali ke kamar hotel.
"Gue juga deh," kata Soren pada sutradaranya. Cowok itu berjalan meninggalkan taman, diikuti oleh Daya, production assistant-nya yang mengikuti dengan langkah tergopoh-gopoh. Cowok berkacamata itu menawarinya air mineral dingin dan handuk, tapi Soren menolaknya dengan gelengan kepala. Sambil mengenakan kembali masker, dia terus berjalan hingga akhirnya sampai di parkiran.
Demi menghindari virus Corona beberapa SOP diubah demi kesehatan pemain dan seluruh kru. Semua yang terlibat dalam produksi Beautiful Stranger wajib menjalani swab test dan suntik flu di rumah sakit yang ditunjuk. Kecuali para pemain saat syuting berlangsung, semua wajib mengenakan masker dan face shield untuk perlindungan ekstra. Tapi yang paling memberatkan adalah larangan kembali ke rumah masing-masing hingga syuting selesai. PH mem-booking dua lantai hotel terdekat dengan lokasi syuting untuk para kru dan pemain.
Hanya butuh lima menit berjalan kaki, Soren akhirnya tiba di lobi hotel. Dengan setengah wajah ditutup masker, tak ada yang menyadari dia adalah pemenang aktor terbaik selama dua tahun berturut-turut. Soren langsung naik ke lantai sembilan, tempat kamarnya berada. Begitu masuk, AC hidup secara otomatis, meniupnya dengan kesejukan yang teramat dia rindukan. Thank God!
Soren menyalakan televisi. Episode Romeo dan Cinderella sedang tayang ulang dan sepertinya rencana syuting lagi diundur sampai awal Januari tahun depan. Tiga main cast sinetron itu, termasuk Lavinta Bertauli yang berperan sebagai Cinderella, sama-sama masuk rumah sakit karena positif Corona. Bisa dibilang berkah terselubung juga, karena pihak televisi dan PH pun dengan mudahnya mengizinkan Soren untuk mengambil job ini. Sesuatu yang hampir mustahil terjadi sebelum pandemi, apalagi karena bulan Desember nanti dia akan mulai syuting Mahadaya.
Things are going great for him in this trying time. Rezeki lancar, malah lebih besar ketimbang pendapatannya tahun lalu. Tapi yang membuatnya sangat bersemangat adalah side project dengan sahabatnya. Sesuatu yang dikiranya nggak akan pernah bisa diwujudkan di usia yang sudah menginjak 25 tahun ini.
I, Soren, soon will be a gym owner!
Dan, panjang umur, orang yang ditunggu-tunggunya sedari tadi akhirnya menelepon juga. Dengan mata tertuju excited ke layar, Soren membawa handphone-nya duduk santai di sofa empuk dekat jendela.
"Yo, Bro! Ada kabar baikkah?"
Kali pertama Soren mengenal Samuel Pattirajawane—seringnya dipanggil Sammy—di lokasi syuting juga. Sammy sudah cukup lama di dunia entertainment, sementara dia baru sebatas mengisi peran-peran extra yang kadang nggak kebagian line dialog. Tapi mereka seperti menemukan chemistry di lokasi, yang berlanjut jadi pertemanan baik bahkan setelah syuting selesai.
Ketika Soren diusir dari tempat kos karena menunggak tiga bulan, Sammy menawari tempat tinggalnya dan pekerjaan sebagai asisten pribadi. Cowok itu juga membayari sekolah aktingnya tanpa pikir panjang. "Pemilik sekolahnya masih temen deket gue, jadi dapet potongan khusus. Selain itu, gue nyekolahin lo karena gue percaya sama kemampuan lo. Lo punya kemampuan akting yang mumpuni, bahkan lebih dari para extra yang gue temuin di lokasi selama ini. So I decide to invest on you."
Soren sempat khawatir, mengira cowok itu punya maksud lain padanya. Tapi Sammy benar-benar melakukannya karena dia care. Dan belakangan, mengingatkannya pada dirinya waktu awal karier dulu. "Gue juga dulu nggak didukung siapa-siapa kayak lo. Orangtua gue bener-bener lepas tanggung jawab waktu gue bilang mau jadi aktor ketimbang kuliah. You're on your own, kira-kira gitulah bilangnya waktu itu."
Ada kali delapan bulan Soren tinggal gratis di rumah Sammy. Soren mendapat peran pendukung di sebuah sinetron kejar tayang. Mereka tetap berhubungan baik, sering nongkrong juga. Bahkan setelah cowok itu berhenti dan ganti haluan jadi pengusaha, berjualan alat-alat olahraga dan suplemen kesehatan, yang Soren end up jadi langganan setianya juga.
Ketika Soren bercerita tentang keinginannya punya gym sendiri, Sammy menanggapi dengan penuh semangat. Bisnisnya sendiri sudah cukup besar dan dia pun punya sejumlah karyawan yang mumpuni, jadi nggak harus selalu diawasi sepanjang waktu. Dia juga kepengen punya bisnis lain yang bisa diintegrasikan dengan usahanya sekarang—jadi gym adalah ide yang tepat.
Setelah sepakat akan berbisnis bareng, mereka pun gerak cepat. Membuat business plan, mengatur budget untuk alat-alat dan tempat, dan yang pasti mengurus tetek-bengek legalnya juga. Pengacara yang mereka ajak konsultasi bilang, syarat utama mendirikan perusahaan adalah bisnisnya harus sudah punya tempat dulu.
"Okay, let's do that," kata Soren, bulan Maret lalu. Sebelum mereka sempat mencari, PSBB happened. Pada bulan September, gubernur mengumumkan PSBB untuk kedua kalinya, yang lagi-lagi membuat rencana mereka tertunda terus. Mereka baru benar-benar bisa gerak sekitar pertengahan Oktober, itu pun nggak lama karena syuting Beautiful Stranger pun dimulai.
Karena masih stuck di sini, Sammy-lah yang lebih banyak berkeliling menemukan lokasi untuk gym slash kost eksklusif mereka kelak. Syarat dari Soren masih sama: strategis dan harga sewanya sesuai budget.
"Bisa iya, bisa nggak," kata cowok itu. "Tergantung pendapat lo."
Sammy bilang, dia menemukan lokasi potensial di sebelah kompleks perkantoran di Jakarta Selatan, sebuah commercial building empat lantai yang lantai satunya saat ini masih disewakan untuk kafe. Dia sudah menghubungi pemiliknya via WhatsApp, termasuk menanyakan biaya sewa per tahunnya. Alih-alih menjawab, dia malah bilang ingin menjualnya.
"Kenapa dijual?"
"Orangnya ngerasa nggak sanggup mengelola sendiri. Dia kepengen tinggal bareng anak dan cucu-cucunya saja di Hongkong. It's a great place, Ren. Cuman ya gitu, way overbudget kalo kitanya beli."
"Tawaran pertamanya berapa emang?"
Sammy menyebutkan angkanya. Soren manggut-manggut. "Untuk ukuran harga properti di sana, bisa dibilang harga miring sih itu."
"Gue juga mikirnya gitu. Tapi kalo harus patungan, gue ngerasa berat."
"I'll pay for it. Tinggal atur-atur persentase partnership kita aja sebelum ngurus legalitasnya nanti. Plus, gue malah jadi kepikiran ide lain. Gimana kalo ngombinasiin gym dan tempat tinggal—semacam kos-kosan eksklusif gitu?"
Suara di seberang sana terdengar nggak percaya. "Seriusan, Ren?"
"Iya. Tapi sebelum sepakat sama pemiliknya, gue harus ke sana dulu kayaknya. Supaya lebih yakin."
"Pastilah. Nanti gue kirimin alamat lengkapnya. Lo liat-liat aja dulu—cek lokasi dan tetangga di sekitarnya juga. Pastiin memang sesuai dengan harapan."
"Lo nggak ikut nemenin liat? Mumpung gue udah kelar syuting nih!"
"I want to, tapi istri gue minta ditemenin jenguk ayahnya yang lagi sakit di Surabaya. Ini aja gue lagi di taksi nelepon lo, otewe ke bandara."
"Rencananya sampe berapa lama stay di Surabaya?"
Sammy nggak langsung menjawab, dia harus bertanya dulu pada istrinya. "Rencana awalnya, Rabu minggu depan."
"Oke, oke. Berarti belinya nanti aja, kalo lo udah balik."
"Siplah," balas Sammy. "Etapi, kalo lo berencana buat datang ke sana, pastiin dia nggak ngenalin lo. Jangan sampe dia lalu naikin harga pas tahu aktor terkenal kayak lo yang bakalan beli propertinya."
"Nggak cukup ya pake masker aja?"
"Hahahahahaha—NO."
Soren pun ikut tergelak. "Iya, iya. Noted. Gue coba nanya ke bagian make-up deh, apa bisa nyamarin muka gue yang ganteng ini."
Soren bisa mendengar suara dengusan di seberang sana, yang membuat tawanya semakin keras.
--
So... errr. Another confession.
Ide awal novel ini gegara pas PSBB kemaren nonton ulang Hannah Montana dan tetiba mikir, GIMANA KALO GUE BIKIN VERSI COWOKNYA?
Sounds stupid sih ya waktu itu, Bangse aja ngakak sendiri waktu kepikiran. Tapi kemudian Nanowrimo happened. Bangse kepepet harus mulai nulis tanggal satunya. Yasuwd, Hannah-Montana-versi-lakik it is. Dikombinasikan dengan cerita cintanya Zac Efron makin mantapslah.
Oke. Back to my muse, Mikkel. Here is his sexy gif. Wkwkwkwk! Gerak-gerak sekarang dia~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top