[five]

"Kumpulkan semua yang bertugas, aku akan menemui mereka sesaat lagi di ruang tamu." Kata Jonas kepada Dimas.

Jonas masuk lagi ke dalam kamar dan memandangi Milea sedang memeriksa jasad Reza.

"Debora sedang dalam perjalanan." Jelasnya tanpa menunggu Jonas bertanya.

"Maaf menggangumu sepagi ini." Kata Jonas.

"Ini kewajiban kita kan?" Sahut Milea.

Jonas langsung memeriksa kamar Reza. Mencari kejanggalan dari kamar yang sangat rapi ini. Jonas mengenakan sarung tangannya, mencari sesuatu yang bisa dijadikan bukti sebelum ia membuka rekaman dari kamera.

Jonas menuju meja kerja Reza, ada beberapa buku di sana. Jonas membuka cepat buku itu, lalu ada secarik kertas jatuh.

'Happee Birthdaee, jerk!'

Tertulis dengan tinta merah, tulisan yang sama dengan surat peninggalan Anton dan ucapan untuk Danny. Sial! Siapa yang meletakkan ini??

Jonas memasukkan tulisan itu ke dalam plastik barang bukti, lalu memasukan cutter ke dalam plastik baru. Setelah itu ia keluar, menuju ruang tamu untuk menemui para agent.

"Siapa yang menemukan mayatnya?" Tanya Jonas begitu sampai.

Para agent yang duduk langsung berdiri.

"Aku, Joe!" Jawab Haris.

"Jelaskan!" Pinta Jonas.

"Awalnya Reza dan Angga duduk di ruang tengah sambil menonton tv, pukul sebelas malam Reza pamit untuk tidur. Lalu kami sepakat untuk mengeceknya setiap 30 menit, aku sedang berjaga di ruang tengah ketika Dimas berteriak menyuruhku mengecek Reza, padahal aku baru mengeceknya 20 menit lalu, ia sedang tertidur. Namun saat aku membukanya, ternyata sudah banyak darah di lantai, aku mengguncang tubuhnya, memberi pertolongan pertama namun Reza sudah tak bernyawa." Jelas Haris.

"Dimas, kenapa kau berteriak?" Tanya Jonas.

"Aku merasakan hal aneh di dapur, air yang berada di galon tiba-tiba seperti menguap ke atas sesaat dan jatuh lagi, lalu tiba-tiba ada angin lewat, angin teraneh selama hidupku. Karena angin itu aku berteriak." Jelas Dimas.

Angin? Mungkinkah ini yang sama dengan yang diceritakan Salam tempo hari? Pikir Jonas.

"Detektif Joe!" Sapa Debora ketika ia datang.

"Langsung bawa mayatnya Debora, kita periksa di kantor." Kata Jonas.

Debora mengangguk dan berjalan menuju kamar Reza, beberapa agent mengikutinya untuk membantu mengangkut jasad Reza.

"Dimas, aku ingin bicara sebentar denganmu!" Seru Jonas, ia mengajak Dimas bicara di dapur.

"Yeah, kenapa Joe?" Tanya Dimas saat mereka sampai di dapur.

"Seperti apa angin yang kau rasakan?" Tanya Jonas.

"Kenapa kau tertarik dengan angin?"

"Hanya itu hal yang membuatku penasaran."

"Entahlah Joe, sulit menjelaskannya. Seperti ada sesuatu yang bergerak sangat cepat dan menembus pintu dapur, karena setelah angin itu lewat, pintu dapur sedikit bergoyang. Aku sendiri membuka pintu dapur, tapi aku tak melihat apapun." Jelas Dimas.

"Menurutmu itu apa?" Tanya Jonas.

"Mungkinkah itu hantu? Kalau yang membunuh bocah-bocah ini adalah hantu, kita seperti menangkap asap Joe. Kau tak bisa menangkap asap!"

Jonas diam, ia tak pernah percaya soal hantu. Hantu hanyalah ilusi-ilusi yang diciptakan manusia, menurutnya. Jonas percaya pada sesuatu yang nyata, yang bisa ia lihat, bisa ia sentuh dan bisa ia rasakan. Jonas seorang atheis, jangankan hantu, Tuhan saja ia tak percaya.

"Kita berhadapan dengan orang yang sangat pintar menurutku, jadi kita harus meningkatkan permainan kita untuk dapat menangkap pembunuh satu ini." Kata Jonas, enggan berkomentar hal-hal lain, apalagi mengenai hantu.

Dimas hanya mengangguk.

"Minta tolong anak lain bersihkan kekacauan di kamar Reza, sterilkan tempat ini dalam 24 jam ke depan. Aku punya sesuatu yang mungkin menjadi bukti yang sangat kuat." Kata Jonas.

Dimas mengangguk, meninggalkan Jonas sendiri di dapur. Tangan Jonas masuk ke saku jaketnya, memegang kamera kecil yang akan menguak fakta.

Jonas tersenyum, membayangkan sebentar lagi ia akan menangkap pelakunya. Ini yang membuatnya senang bekerja sendiri, tanpa bantuan detektif lain, hanya agent-agent yang percaya padanya dan tak banyak bertanya.

Jonas membalikan badan, ia keluar melintasi garis polisi, menemui Pa Anwar dan Bu Farida.

"Jangan bilang siapapun, aku tak mau ini bocor. Tapi aku meletakan kamera di kamar Reza, siapapun yang membunuhnya akan terekam oleh kamera. Jika terjadi sesuatu padaku, ikuti petunjuk ini, jangan dibuka sekarang, kalau kau dengar kabar aku mati atau apapun, buka ini. Oke?" Bisik Jonas pada kedua orang tua itu, ia memberikan memory stick pada Pa Anwar.

"Berjanjilah kau tidak akan membukanya sampai saat yang tepat?" Pinta Jonas.

"Aku berjanji." Sahut Pa Anwar.

"Aku turut berduka atas kehilanganmu, tapi percayalah, akupun tak ingin Reza meninggal, ia anak yang menyenangkan." Kata Jonas.

"Terimakasih, detektif Jonas!" Seru Pa Anwar.

Jonas melangkahkan kakinya menuju mobil, sudah pukul setengah tiga dan ia masih sangat mengantuk. Tapi Jonas sudah tidak peduli, ia langsung menuju kantornya untuk memproses semua bukti. Ia ingin secepatnya kasus ini selesai.

Pukul tiga pagi lebih sekian, Jonas sampai di kantornya, ia langsung masuk ke divisi pembunuhan, kantornya masih sepi dan lagi-lagi ia tak peduli. Jonas langsung ke mejanya, menyalakan komputernya, dengan tak sabar Jonas mengetuk-ngetuk jarinya ke meja, menunggu komputernya siap digunakan.

Semenit berlalu dan komputernya menyala, Jonas langsung menghubungkan kameranya dengan komputernya, dengan rasa penasaran tingkat tinggi, ia membuka video terakhir yang direkam kamera ini.

Pukul 18.12 Terlihat wajah Jonas di layar sedang membetulkan letak kamera agar bisa mengambil keseluruhan kamar dari angle tertentu.

Pukul 19.35 Reza masuk ke kamarnya mengambil ponsel lalu keluar.

Pukul 21.21 Reza masuk kamar, diikuti oleh Angga untuk mengambil dua bantal lalu keluar.

Pukul 23.05 Reza masuk kamar dan tertidur.

Pukul 23.35 Terlihat pintu kamar terbuka dan Haris mengecek keadaan Reza.

Pukul 00.00 Pintu terbuka lagi dan Haris mengecek lagi. Reza masih tertidur.

Pukul 00.03 Reza mendadak terbangun, langsung duduk di kasurnya. Matanya terbuka seperti kaget akan sesuatu.

Pukul 00.04 Reza mencekik lehernya sendiri, ia terlihat seperti orang yang kejang-kejang di kasurnya, tapi tak ada suara sama sekali.

Pukul 00.06 Reza bangkit dari kasurnya menuju lemari, mengambil sesuatu dan sebuah kaus.

Pukul 00.07 Reza menyumpal mulutnya sendiri, dan tertidur di kasur.

Pukul 00.09 Reza mengiris nadi kanannya dengan cutter yang berada di tangan kirinya.

Pukul 00.10 - 00.17 Reza kejang-kejang

Pukul 00.18 Reza diam tak bergerak.

Pukul 00.20 Pintu terbuka oleh Haris, lalu terdengar suara Haris berteriak memanggil Agent lain sambil memberikan pertolongan pada Reza.

Jonas menghentikan rekaman itu, memutar ulang dari pukul 23.50 hingga saat Haris membuka pintu dan berteriak.

Jonas memutar setiap detiknya, tak terlihat apapun. Tak ada yang aneh, dimata seorang detektif sepertinya saja tidak ada yang aneh. Apalagi di mata orang awam? Yang terlihat di sini adalah Reza benar-benar membunuh dirinya sendiri.

Tapi Jonas tak percaya.

Reza tidak bunuh diri, entah bagai mana ada seseorang yang mengendalikan pikirannya, dan hal yang paling mencolok adalah irisan nadinya. Reza bukan seorang kidal, tak mungkin ia tiba-tiba menggunakan tangan kirinya hanya untuk bunuh diri.

Jonas menghela nafas panjang, pikiranya buyar karena tak menemukan apapun. Ia mengulangi lagi, memutar kembali video tadi kali ini dari pukul 23.40 meneliti setiap detiknya untuk mencari keganjilan dari hal yang di lakukan oleh Reza. Namun ia tak melihat apapun yang aneh.

Ia memundurkan rekaman tersebut ke pukul 23.30, pelan-pelan secara hati-hati ia memutar dan meneliti rekaman itu. Kemudian tangan Jonas reflek mempause video itu pada 23.31 detik ke 9.

Ia meneliti layar komputernya, menggosok-gosok layar takut apa yang di lihatnya salah. Layar komputernya bersih, jadi memang ada sesuatu di video itu, ada bayangan hitam di pintu kamar Reza padahal sebelumnya tidak ada.

Merasa menemukan sesuatu, Jonas bersemangat. Ia memutar lagi video tersebut, bayangan hitam itu sempat terekam selama 5 detik, dalam satu detik Jonas mempunyai 15 frame, jadi kurang lebih Jonas memiliki 75 frame berisi bayangan hitam yang makin lama makin bergeser ke arah kasur Reza.

Jonas meneliti lagi, ia menemukan keganjilan lagi, pukul 00.18 di detik ke bayangan itu muncul lagi, dekat pintu. Kali ini lumayan lama, hampir 15 detik bayangan itu terekam.

Jonas menutup video itu, mengkopi file videonya ke berbagai media yang ia punya, ponsel, flashdisk, memory stick, hardisk, bahkan cd milik kepolisian sebanyak 10 buah.

Setelah itu ia turun ke kamar mayat, menemukan Milea dan Debora sedang mengautopsi Reza.

Jonas sedikit miris melihat itu, hampir 12 jam yang lalu, ia melihat anak itu hidup, sehat walafiat. Sekarang ia melihat Reza sedang di bedah layaknya kelinci percobaan.

"Waktu kematian?" Tanya Jonas meskipun ia sudah tahu jawabannya.

"Menurutku pukul 00.00 karena sejak aku memeriksanya sepertinya paru-parunya sudah tak menampung udara kurang lebih satu jam." Jawab Milea.

"Butuh waktu berapa lama untuk mati kalau kau menyayat nadimu?" Tanya Jonas.

"Lebih dari 10 menit kalau kau masih bernafas sampai akhirnya kau mati karena kehabisan darah, tapi darahmu anak terus mengalir selama masih ada oksigen. Dan untuk kasus ini sepertinya dalam waktu 7 menit saja ia sudah mati." Jawab Milea.

"Why?"

"Seperti yang kubilang tadi, paru-parunya sudah tak menerima oksigen, oksigen sudah tak mengalir ke darah maupun otak, irisan di tangan kirinya tidak banyak mengambil alih untuk kematian ini. Mangkanya darah yang membajiri lantai kamarnya tidak terlalu banyak."

"Jadi?"

"Dia meninggal karena kukurangan nafas, mungkin Reza memutuskan untuk berhenti bernafas selama sekian menit lalu menyayat nadinya." Jelas Milea.

"Bisakah seperti itu?"

"Harusnya tidak Joe, memutuskan tak bernafas selama 3 menit lebih menimbulkan kerusakan pada otakmu, harusnya otak sudah tidak bisa memerintah otot untuk bekerja lagi karena  otot akan mengalami kelumpuhan sementara sampai darah dan otak mendapat asupan oksigen lagi, tapi itu tidak langsung normal, ada kemungkinan seseorang yang menahan nafas seperti itu akan mengalami stroke ringan, seperti pusing atau kram." Jelas Debora.

"Aku ingin mengajak kalian melihat video bagaimana Reza meninggal, karena penjelasn kalian sepertinya tak sejalan dengan video yang kulihat." Jelas Jonas.

"Baiklah, aku akan menyelesaikan jahitannya dulu!" Seru Milea.

Jonas masuk ke ruangan Debora duduk di sofa yang ada tersedia, memejamkan mata sesaat.

"So?" Mata Jonas terbuka, ia melihat Milea dan Debora sudah berada di ruangan yang sama.

"Ini, nyalakan komputermu." Kata Jonas sambil memberikan sebuah flashdisk.

Lalu Milea mengambil flashdisk tersebut dan menyalakan komputer sementara Jonas mencuri istirahat sebentar untuk melemaskan tubuhnya sebentar.

"Apa nama foldernya?" Tanya Milea.

Jonas bangkit dari sofa, menghampiri Milea dan Debora yang ada di depan komputer, lalu Jonas memilih folder yang ia sembunyikan, dan membuka file video tadi.

"Perhatikan antara pukul 23.30 sampai Haris masuk." Titah Jonas.

Dengan tingkat kepekaan yang tinggi, Debora dan Milea memeriksa rekaman ini.

"Lihat ini!" Seru Debora.

Jonas tampak bersemangat, ia akan senang kalau Debora dan Milea melihat bayangan hitam juga. Jonas melihat jam di stopnya video, 23.33 detik ke 8.

"Apa?" Tanya Jonas.

"Ada sesuatu berwarna merah di sini, di dekat kasur. Tadi itu tidak ada." Jelas Debora.

"Mundur dua menit!" Titah Jonas dan Milea segera memundurkan video tersebut.

"Ada bayangan hitam di dekat pintu, terekam selama lima detik. Menurutmu apa yang kita hadapi?" Tanya Jonas.

"Aku ingin menjawab hantu, tapi rasanya tak mungkin." Sahut Milea.

"Aku juga berasumsi kalau pembunuhnya ini hantu, Joe. Tapi aku tahu kalau kau tak percaya hantu. Jadi, kau namai apa untuk sesuatu seperti ini?" Tanya Debora.

****

TBC

Thanks for reading, dont forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxo I hope you enjoy this story

Ps: karena aku mau fokus nulis Aga, jadi yang ini dicepetin hehehehe, seneng ga??

Pss: jadi dalam rangka followersku yang udah 1k, aku mau bikin giveaway, untuk 3 orang pembaca setia, uhuy sok bgt yee gue? Hahaha biarin dah kan mau senengin kalian 😘😘 nah karena kita terpisah jarak dan tak bisa bersua, aku mau hadiahinnya gift sticker line aja, gimana??
Syarat? Njirrr lah gue kaga tau syaratnya apaan hahaha, akan ada 3 orang random yang gue chat personal nanti (tenang Masjek gaboleh ikutan kok, jadi kalian-kalian aja yg ikutan)

Okay? Siap-siap yaa kalo gue chat 😘😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top