Epilogue - explanation
Epilog ini spesial buat merong102 terimakasih buat semua supportnya dan menolak ketika gue kasih giveaway 😂😂 jadi hadiah buatmu ini saja. Epilog special for you xoxo
👻👻👻👻👻👻
Hari ini, Jonas akan menyelesaikan semuanya. Kemarin, ia sudah membuat tenang arwah penasaran gadis yang di bunuh secara sadis oleh sahabatnya. Hari ini, dia akan memberikan keadilan untuk sisanya.
Sedikit terlambat, Jonas agak berlari menuju ruang rapat. Sudah ada Pak Mulya dan Bu Fathia (orang tua Danny), Pak Anwar dan Bu Farida (orang tua Reza) dan terkahir Bu Maria (orang tua Anton) dan tentu saja, Kapten Mendes.
"Maaf aku terlambat!" Seru Jonas saat memasuki ruangan itu.
Semuanya mengangguk mengerti, ia hanya terlambat 10 menit, mereka tidak masalah karena Jonas akan membawa keadilan untuk mereka.
"Baik Jonas, apa yang akan kau ungkapkan sekarang?" Tanya Kapten Mendes.
Jonas tersenyum dan mengeluarkan memory stick (yang pernah ia berikan ke Pak Anwar) dari saku kemejanya. Ia membuka laptopnya dan memasukan memory stick tersebut.
"Aku mendapat ini dari ponsel Danny dan Ponsel Reza. Agak susah memang mendapatkan rekaman suara percakapan di ponsel. Tapi, aku bisa mendapatkannya." Jelas Jonas.
"Apa maksudmu?" Tanya Pak Mulya.
Jonas tersenyum lalu mem-play rekaman suara yang ia dapatkan.
"Ponsel Danny!" Seru Jonas.
"Ini siapa?" Tanya suara Danny
"I'm gonna kill you, buddy. Kau akan mati bersamaku."
"Luna?"
"Yeaa, gadis yang kau bunuh dua tahun lalu!"
"Aku tak membunuhmu! Kau tahu itu." Nada suara Danny terdengar panik.
"Kau membunuhku!" Bentak suara Luna.
"Bagaimana bisa kau menelfonku kalau aku membunuhmu? Aku tak membunuhmu, Luna. Kau tahu!" Suara Danny terdengar frustasi.
"Kau harus menuruti perkataanku, kalau tidak, aku akan membunuhmu dengan cara kejam!"
Rekaman berakhir, lalu Jonas mem-play rekaman panggilan dari ponsel Reza, kedua rekaman itu hampir sama.
"Apa maksudnya ini semua?" Tanya Bu Maria.
"Ini rekaman panggilan yang ku dapatkan dari ponsel Danny dan Reza, bisa kupastikan rekaman ini juga ada di ponsel Anton, tapi sayang ponsel Anton menghilang. Ini ancaman pembunuhan dari seseorang."
"Dari Luna, itu suara Luna." Potong Pak Mulya.
Namun Jonas menggeleng.
"Sebelumnya, aku tak percaya hantu. Karena masalah ini, aku menghubungi temanku yang aku yakini dia punya koneksi ke dimensi lain.
"Dia bilang padaku kalau arwah penasaran seperti Luna hanya bisa menunjukan diri di depan lawan jenis. Itupun membutuhkan energi yang sangat banyak, seperti yang dibilang Luna padaku.
"Nah, ada satu orang yang menjadi suruhan arwah Luna untuk melakukan ancaman-ancaman dan pembunuhan. Surat-surat dan notes yang ditinggalkan, itu dibuat oleh orang yang masih hidup, yang percaya dengan bisikan Luna.
"Aku sudah menemukan orangnya siapa." Jelas Jonas.
"Siapa?" Tanya Kapten Mendes, Pak Mulya dan Pak Anwar berbarengan.
Jonas tersenyum misterius, ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Haris, kau sudah membawa anaknya?"
"Yaa sesuai yang kau perintahkan!" Seru Haris di kejauhan sana.
"Bawa dia masuk sekarang, ke ruang rapat!"
Jonas menutup panggilannya. Menatap orang tua para korban dengan senyuman karena berhasil menguak fakta yang amat sangat tersembunyi, bahkan di sembunyikan oleh Luna.
Lima menit setelah Jonas melakukan panggilan, terdengar ketukan di pintu ruang rapat.
"Masuk!" Seru Jonas.
Lalu, pintu terbuka. Masuklah Haris dengan membawa seorang gadis kecil.
"Dia Adinda, gadis yang disembunyikan Keluarga Pak Aji di Rumah Sakit Jiwa, keluarga Pak Aji berasumsi anaknya yang memiliki bakat khusus ini gila, namun sebenarnya ia sangat pintar. Bukan begitu, Dinda?" Tanya Jonas.
Jonas tahu Adinda saat pertama kali mengunjungi rumah keluarga Aluna, dia sekilas melihat foto anak kecil yang sedikit mirip dengan Aluna, sejak saat itu ia mencari keberadaan anak ini, dan berhasil menemukannya.
Adinda pun tersenyum sinis pada Jonas dan yang lainnya.
"Adinda berumur 18 tahun, dari kecil ia dimasukan di RSJ. Ia terpukul saat tahu kakaknya menghilang, karena Luna lah yang paling sering mengunjunginya ke RSJ dan menganggapnya waras, sampai akhirnya Dinda mulai mendengar suara Luna di kepalanya dan memutuskan untuk mencari keadilan untuk Kakaknya.
"Dinda-lah yang meneror Anton hingga Anton meminum racun, meneror Danny, bahkan Dinda juga yang mengikatkan tali gantungan untuk Danny bunuh diri aku tahu itu karena meskipun sangat teliti, Dinda meninggalkan sedikit sidik jarinya di pintu rumah Danny, dan Dinda juga yang menuliskan pesan-pesan kematian dan surat untuk Anton." Jelas Jonas.
"Bagaimana dengan Reza?" Tanya Pak Anwar.
"Dinda hanya menerornya, sisanya arwah Luna lah yang merasuki Reza hingga Reza mengiris nadinya. Karena sejatinya, Luna hanya dendam pada Reza dan Gio, membunuh Anton dan Danny adalah untuk menyempurnakan misteri kematian dihari ulang tahun, dan lagi Adinda-lah yang bersemangat membunuh Anton dan Danny." Jawab Jonas.
"Akhirnya! Akhirnya kakakku bisa membalaskan dendam pada pembunuhnya, dan ia sudah tenang di alam sana!" Semua tercekat saat Adinda membuka suara, suaranya sangat mirip dengan suara Luna.
"Tapi kau akan di penjara karena itu, gadis kecil." Sahut Jonas.
"Aku tak peduli!" Seru Adinda.
"Haris, bawa dia kesini. Dia perlu menandatangani sesuatu." Kata Jonas.
Haris pun membawa Adinda untuk duduk di samping Jonas. Lalu Jonas menyerahkan berkas pengakuan pembunuhan atas 3 orang kepada Adinda. Haris segera membuka borgol yang mengekang tangan Adinda, dan setelah lepas dengan santai Adinda menandatangani surat pengakuan itu.
"Selesai, aku mengungkap semuanya, meskipun aku sangat menyesal karena terjadi kematian, tapi kukira aku inilah keadilan yang bisa kuberikan pada Antoni, Danny dan Reza." Jelas Jonas kepada para orangtua.
Lalu, Haris membawa Adinda untuk diproses, Kapten Mendes pun ikut dengan Haris.
"Terimakasih, detektif Joe. Kau benar-benar memenuhi janjimu." Bisik Bu Maria sambil terisak.
"Ini Bu, surat terakhir Anton. Meskipun bukan Anton yang menulisnya, kurasa kau ingin menyimpannya." Kata Jonas sambil mengembalikan surat itu.
"Terimakasih!" Bisik Bu Maria sambil menerima surat tersebut.
Jonas mengangguk.
"Terimakasih untuk kerja kerasmu, Detektif!" Seru Pa Mulya.
Jonas mengangguk lagi, lalu para orang tua pun berbalik badan dan pulang, menyisakan Jonas sendiri di ruang rapat. Jonas duduk di kursi, menyandarkan tubuhnya yang amat sangat lelah. Namun ia senang, ia berhasil menyatukan semua benang merah yang sebelumnya kusut dan tak terbaca. Ia senang karena sudah bisa menepati janjinya.
Jonas berdiri dari kursi, keluar ruang rapat dan menuju meja kerjanya, ia siap untuk kasus-kasus menantang selanjutnya.
***
SEKIAN
***
Ya, sekian penjelasan untuk cerita ini, anggep aja Epilog.
Maap yaa gabanyak-banyak, kan Epilog 😘😘😘😘😘😘
***
Abang Jonas ngopi dulu yaak, cape euy!
***
Bye-bye 😘
Terimakasih buat yang udah bacaa!
Sampai jumpa di judul lain yang sepertinya Journey, cerita tunggalnya
Bhagas Aldimas Setiawan 😘
***
Sincerely:
RDHashifah 😽😽
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top