Tolong Ya, Lo Jangan Ganggu Gue Lagi
Tolong Ya, Lo Jangan Ganggu Gue Lagi
Minggu pagi, seperti biasa aku sering melakukan aktifitas rutinku, bermain basket di lapangan komplek perumahan bumi Asri ini. Hanya sendirian, di temani angin sepoi-sepoi, jajaran pohon Akasia yang rindang, serta sinar Matahari yang sedikit mendung pagi ini. Hal ini, tidak ada kaitannya dengan aku yang jomblo TIDAK sama sekali, aku memang selalu sendirian bermain basket, tak apa, rasanya jajaran pohon akasia pun sudah cukup untuk menemaniku.
Aku memang menyukai olahraga Basket "Basket is my life" itu slogan hidupku, mungkin tidak aneh jika laki-laki identik dengan olahraga yang satu itu, seperti aku contohnya.
Saat ini, aku memutuskan untuk istirahat, capek rasanya setelah tadi bermain beberapa jam, duh tenaga ku terkuras habis. Aku sengaja memilih bangku taman yang terbuat dari beton untuk aku singgahi saat ini, memandang lapangan basket yang luas.
"Hai, Rio!" sebuah suara menyapa gendang telingaku, reflek aku menoleh kaget ke belakang.
CEWEK INI??. Cewek yang dua hari lalu ku lihat sedang mengintip rumahku. Dia si ceu kunti?! Ya tuhan kenapa Ce kunti ini kembali menghampiriku dan oh, sialan kenapa dia tahu namaku. Padahal waktu itu kami tak sempat berkenalan, walaupun dia sempat mengenalkan namanya padaku karena aku bertanya tetapi aku kan tidak mengenalkan namaku padanya, jadi darimana dia tahu namaku, dan apa tujuannya menyapaku lagi?
"ELO! Ngapain lo ke sini?" Tanyaku setengah kaget. Aku bukan lagi kaget tapi super duper kaget juga sekaligus takut dan juga khawatir, apa yang terjadi padaku, kenapa aku bisa melihat dan bahkan bisa berbicara dengan hantu?
"Lo, Sebenernya Siapa?" Tanyaku lagi sambil menatap nya curiga, sebenarnya aku juga sudah bisa menyimpulkan dari kenyataan pagi dimana pertama kali aku menangkap basah dirinya sedang mengintip rumah ku, kemudian menghilang dalam waktu beberapa detik saja, dia ceu kunti, iya, ceu kunti yang mungkin kurang kerjaan karena mengintip rumahku dulu.
"Lo pasti udah bisa menebak siapa gue." Katanya tersenyum. Dih, pake senyum so manis lagi, aku nggak tertarik sama senyum situ non, situ nyadar diri dong situ siapa, kayaknya nih hantu rese, centil udah gitu genit juga.
"Kenalin Rio, gue hantu paling cantik sejagat raya ini. Nama gue Ify meninggal satu tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan lebih tepatnya karena tertabrak bus. Dan lo pasti bertanya-tanya kenapa gue ada di sini? Gue mau jujur soalnya kata abah gue dulu kalau jadi orang itu harus jujur meskipun pahit, gue suka ngikutin elo selama beberapa bulan ini." Jawabnya panjang kali lebar kali tinggi.
APA? APA? TADI DIA BILANG? DIA SUDAH MENGIKUTIKU SELAMA BEBERAPA BULAN INI?
Aku kembali terkaget-kaget dengan kata yang keluar dari mulutnya, jadi selama ini dia mengintipku? Tapi kenapa aku tidak bisa melihatnya dulu, dan kenapa sekarang aku bisa melihatnya? Ada apa ini?
"Kenapa harus gue yang lo ikutin? Kenapa bukan orang lain?" Tanyaku tak habis pikir. Kenapa harus aku yang dia ikutin, kenapa?
"Karena lo ganteng." jawabnya lagi, membuatku melotot tak percaya. Apa hubungannya? Di luar sana banyak orang yang lebih ganteng daripada aku. Tapi, kenapa harus aku? Aku tahu kok aku itu ganteng, ganteng abis, tapi kenapa harus aku? Aku gak mau di ikutin makhluk halus, apalagi orang pasti akan menganggapku gila, tidak, ini tidak bisa di biarkan begitu saja, ini tidak baik.
Aku celingak celinguk, mataku menyapu seluruh sudut lapangan kompkes, siapa tahu ada orang di lapangan ini yang melihatku berbicara sendiri, seperti mamaku waktu itu.
Kosong! Tidak ada.
Untung tidak ada yang melihatku ngomong sendirian. Kalau ketahuan tetangga rumah bisa-bisa laporan sama mamaku dan mamaku akan menganggap aku gila lagi seperti waktu itu. Ogah banget!
"Gue mohon sama elo, jangan ikutin gue lagi. Kita berbeda. Dunia kita nggak sama, lo hantu gue manusia!" Kataku memelas. Aku harus berbicara padanya baik-baik, dengan menyuruhnya tidak mengikutiku, tentu saja, selain aku tidak ingin di ikuti hantu, apalagi jenis ceu kunti, aku juga takut di anggap gila oleh orang-orang yang melihatku berbicara sendiri. Aku waras, oke?!
"Nggak bisa Rio. Udah kebiasaan gue ngikutin elo, jadi gue bakalan gak punya kerjaan kalau gak ngikutin elo," Katanya ikut-ikutan memelas. Kasihan sekali tampangnya, tetapi, dia harusnya sadar dong, dia siapa dan aku siapa? Dia hanya akan membawa kesialan padaku karena orang akan menganggapku gila kalau mengetahui aku selalu berbicara sendiri seperti ini. Aneh memang, kenapa aku bisa melihatnya, sedangkan orang lain tidak bisa melihatnya sama sekali, sebenarnya apa yang terjadi padaku?!
"Gue kasih alamat temen gue si Cakka deh. Lo pindah ya jangan ngikutin gue, katanya Cakka bersedia di ikutin elo. Dia nyuruh gue buat ngasih alamatnya kalau sewaktu-waktu lo dateng lagi nyamperin gue," Kataku memberi pengertian. Aku ingat dulu Cakka menawarkan diri padaku agar memberi alamat rumahnya saja jika ceu kunti ini muncul lagi di hadapanku seperti saat ini.
"Nggak mau! Dia playboy cap ikan asin Rio, gue pasti bakal makan jantung kalau ngikutin dia." kata Ify lagi sambil menggelengkan kepalanya.
HAH?
Aku mengernyit, darimana dia tahu, kalau Cakka playboy cap ikan Teri? Sial, aku lupa, kalau dia sudah mengikutiku selama berbulan-bulan, jadi wajar saja dia tahu kalau sahabatku yang satu itu playboy cap ikan Teri. Tunggu sebentar, tunggu! Dia sering mengikutiku? Kemana saja? Jangan bilang! Dia juga sering melihat aku waktu ganti BAJU? TIDAK! bagaimana ini?!
"Mama gue pernah nyangka gue gak waras gara-gara ketahuan ngomong sama lo waktu itu, mamah gue ngiranya gue ngomong sama pohon mangga. Semuanya gara-gara elo. Jadi please lo pergi jauh-jauh dari hadapan gue, jangan gentayangan di depan gue, oke!" Kataku mulai jengkel setengah hidup, bagaimana tidak kesal, jengkel hantu di depanku ini keras kepala sekali, menyebalkan.
Kulihat dia menggeleng lagi.
"Nggak bisa. Pokoknya nggak bisa! Gue udah biasa ngikutin elo." katanya hampir mau nangis dia. Aku jadi sedikit kasihan, tapi TIDAK RIO TIDAK. Walaubagaimana pun aku harus membuat nya jauh-jauh dari hidupku, apapun caranya ini untuk menyelamatkan hidupku, iya, biar aku tidak di anggap orang gila, oleh mama dan yang lainnya.
"Lo harus bisa! Gue gak mau di ikutin hantu!" kataku tegas.
Dia menggeleng lagi dan lagi. Apa-apaan sih, nyebelin tahu nggak, kepala nya keras melebihi batu, apa untung nya coba mengikutiku terus?
"Nggak. Sekali nggak ya enggak Rio," katanya keras kepala,
Nyebelin banget sumpah, nyebelin untung jenis kelaminnya cewek, kalau cowok bisa-bisa tanganku melayang bebas ke arah mukanya. Ah oon, mana mungkin tembus, dia kan hantu.
"Gue gak mau tahu, pokoknya lo harus pergi dan jangan muncul lagi di hadapan gue. Jangan ngikutin gue lagi. Kalau lo nggak mau, gue bisa nyuruh orang pinter buat ngusir lo, ngerti!" Kataku kejam, aku harus mengancamnya, biasanya hantu takut sama orang pinter, itu sih menurut film yang suka aku tonton.
Setelah mengatakan ancamanku pada ceu kunti yang tak tahu diri itu, aku beranjak meninggalkannya sendirian di lapangan komplek luas ini, biar saja dia sendirian, aku tidak peduli.
Sambil menentang bola orange kebanggaanku, aku melangkahkan kakiku dengan lebar meninggalkannya.
"Panggil aja! Panggil aja presiden sekalian. Pokoknya gue bakalan tetep gentayangin lo, gue gak akan jauh-jauh dari lo." Teriknya tak jelas. Tapi aku tak memperdulikannya. Aku terus berjalan meninggalkannya yang masih berteriak tak jelas. Aku menggeleng-gelengkan kepala tak habis pikir, ada gitu hantu macam si Ify, dia kayak nya kurang waras, dasar tahun 2015 hantu aja kurang waras! Mulai sekarang seperti nya aku harus siap-siap hidup nya tidak akan tenang karena kehadiran ceu kunti bernama Ify.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top