Rio : Dia Siapa, Dan Sedang Apa disitu?

Rio P.O.V

WAKTUNYA buang sampah.

Pagi hari sebelum pergi kesekolah, seperti biasa aku membuang sampah dulu. Hal ini dikarenakan mama yang memang menyuruhku untuk membuang sampah, lah, terus apalagi memang, aku memang anak baik, rajin menabung, tampan, itu deskripsi menurut kakek dan juga nenekku, kalau menurut orang lain? Sepertinya mereka pun sama, karena sudah berates-ratus kali saat bercermin yang tampil adalah wajah mempesonaku.

Mama memang rutin menyuruhku membuang sampah setiap pagi, padahal kalau di pikir-pikir masih ada Bi Anis -pembantuku tentu saja, kata mama ini sebagai bentuk olahraga, pada dasarnya aku anak baik, juga takut bernasib sama seperti Malinkundang, jadi aku menurut saja, lagian sampahnya juga tidak terlalu bejibun jadi tidak terlalu berat.

Aku tenteng tong sampah di tangan kananku, melangkah keluar gerbang dengan langkah lebar-lebar karena ingin cepat sampai.

Tapi, siapa itu? Siapa orang yang mengintip di balik pohon Mangga tepat di sebrang jalan rumahku?

Kuamati dengan seksama seorang wanita yang sudah mirip seperti pencuri ayam, mengintip dengan waspada, mengamati rumahku dan... Aku.

Bukan, bukan aku kegeeran tapi sepertinya wanita itu tersenyum senang saat melihatku, siapa dan ada apa? Rasanya aku tidak pernah melihat dan mengenalnya juga, kenapa dia seperti keganjenan denganku.

Aku harus menyapanya.

Kuletakkan tong sampah di depan pagar rumahku, lalu ku langkahkan kakikku menyebrang jalan, aku harus menyapanya dan menanyakkan ada apa dan kenapa mengamati rumahku, apakah dia mau mencuri atau bagaimana? Rasanya menagih hutang tidak mungkin, ibuku tidak pernah kredit-kredit kepada sales entah itu kosmetik, alat-alat rumah tangga atau yang lainnya, daripada aku mati penasaran juga karena aku takut dia adalah salah satu teroris atau mata-mata yang mungkin sedang diutus seseorang untuk mengintip rumahku dan kemudian jika aku dan keluargaku lengah atau rumah dalam keadaan kosong, sang pengutus akan memulai aksinya merampok, untuk mencegah hal itu terjadi aku harus memastikkan siapa dia dan mau apa dia mengintip rumahku?

Tunggu! Wajahnya pucat, rambutnya berantakkan, bajunya juga putih, seperti.... Ceu kunti, ah tidak, tidak, tidak mungkin, mana mungkin ceu kunti ada di pagi-pagi buta begini? Ayam tetanggaku saja masih ngiler di kandangnya, masa ceu kunti sudah berkeliaran?

Mendekat, aku terus mendekat ke arahnya, ku lihat dia memandangku dengan wajah heran.

Satu langkah, dua langkah tak terasa beberapa langkah lagi aku berada di dekatnya.

Astagfirulloh!

Bajunya panjang menutupi kakinya. Apa dia tidak takut kesandung? Atau mungkin tidak takut nanti baju putih panjangnya menyapu kotoran Ayam, Domba, Sapi atau Kuda mungkin? Errr jijiknya membayangkan hal itu.

"Lo siapa?" tanyaku ketika aku tepat berhadapan dengannya.

Dia tampak kaget, matanya sukses melebar dan mulutnya menganga, seperti seseorang yang baru saja melihat alien jatuh dari planet. Hey, nona aku bukan alien aku Mario Adam, salah satu manusia yang dikategorikkan sebagai manusia ganteng, karena kalau cantik tentu saja tidak mungkin, aku bukan perempuan.

"Hey! lo siapa? Dan ngapain di sini? Sambil perhatiin rumah gue?" tanyaku lagi, aku sedikit tak sabar karena wanita di depanku saat ini masih menatapku tak percaya, kaget atau takut sih karena ketahuan olehku sedang mengintip?

"Ahhh.. Gue.. Eng.. Gue.. Gue.. Ify.. iya Ify.. gue lagi nyari tukang gorengan yang lewat," dia berkata gugup.

Aku mengamatinya dengan penuh ketelitian, wajah pucat seperti mayat, baju putih menutupi kaki, rambut berantakkan seperti tidak pernah sisiran selama seribu tahun, ciri-cirinya sudah mirip... Ceu kunti?

Tidak. Sekali lagi tidak mungkin, ceu kunti mana mungkin berkeliaran di pagi buta seperti ini, harusnya malam hari, ku tegaskan lagi sekali lagi dia bukan ceu kunti tapi dia tadi menyebut namanya Ify dan sedang mencari tukang gorengan yang lewat, tunggu, selama belasan tahun aku hidup di sini, di komplek ini, aku rasanya tidak pernah melihat tukang gorengan yang lewat, atau mungkin saat aku sedang pergi kesekolah si tukang gorengan baru menunjukkan batang hidungnya di komplek ini?

"Hah? Di sini nggak pernah ada tukang gorengan yang lewat kok," kataku mencoba mengingat-ngingat, ah benar-benar tidak pernah, saat libur sekolah tepatnya hari minggu aku tidak pernah mendengar atau melihat tukang gorengan, hari minggu kebanyakkan waktuku, aku habiskan di rumah, tapi tidak sekalipun aku melihat tukang gorengan?

Curiga. Aku yakin ada maksud tersembunyi dari wanita di hadapanku ini, pasti nih pasti wanita ini adalah mata-mata yang diutus seseorang untuk menyelidiki rumahku, tidak, ini tidak akan aku biarkan, aku harus menyelamatkan rumahku dari orang-orang kejam seperti wanita di hadapanku ini.

"Ah, iyaa gue lupa. Kalau gue sebenernya lagi nyari tukang sayur, iyaa tukang sayur mas Jono." Alasannya beda lagi, hemmzzz iya sih tukang sayur memang ada, sering malahan lewat karena ibuku memang langganan beli sayur, terus namanya juga mas Jono, dia benar lagi, apa memang benar ya dia hanya ingin mencari mas Jono? Tapi, kenapa mengamati rumahku? Mas Jono kan bukan papaku atau juga bukan tukang kebunku, tukang kebunku pak Ojo, masih mencurigakkan. Tadi tukang gorengan, sekarang tukang sayur lalu saat nanti aku bertanya lagi apakah dia akan membawa alasan kalau dia sedang mencari tukang Cireng? Benar-benar patut dicurigai.

Dia terlihat salah tingkah saat aku memperhatikkannya, dih kegeeran kali ya, dilihatin cowok ganteng seperti aku ini? Aduh nyadar diri dong, penampilan situ berantakkan banget, nggak mungkin banget aku naksir, maaf ya cewek-cewek di sekolahku juga mengantri, sepertinya aku tidak membuka lowongan untuk yang baru, yang dulu saja sudah penuh.

"Lo nggak....."

"RIOOOO..."

Teriakkan membahana mamaku di sebrang jalan memotong ucapanku pada gadis di depanku ini. Kutolehkan wajahku ke arah mamaku, hey! Dia berkacak pinggang sambil menatapku marah, why? Berbuat kesalahankah aku?

"Bentar Mah!" Aku berteriak menyahut sambil ku tolehkan wajahku kearah mamaku.

Namun, saat aku berbalik tiba-tiba gadis yang tadi di hadapanku..... menghilang.

Kemana dia?

Kenapa dia menghilang hanya dalam kurun waktu beberapa detik saja?

Dia siapa?

Kenapa menghilang?

Dan mengapa mengamati rumahku?

Apa jangan-jangan dia memang.... Ceu kunti?

Tapi, dia bilang dia mencari mas Jono? Sebentar lagi kan mas Jono nya datang, lalu kenapa dia menghilang?

Pakaiannya, penampilannya, menghilangnya hanya dalam kurun beberapa detik, itu merupakan tanda-tanda kalau dia memang... Ceu kunti? Iya, benar.

Tidak, tidak mungkin aku bertemu dan mengobrol langsung dengan makhluk halus seperti dia, ini benar-benar kejadian yang di luar nalar.

"RIOOOOOO..." teriakkan mamaku kembali bergema, membuat aku tersadar dari lamunan tentang mengapa tadi aku bisa melihat dan bahkan bisa mengobrol dengan ceu kunti.

Aku bergidik ngeri, sekalipun aku menyukai film horror, tak tersebesit dalam benakku akan bisa berinteraksi langsung dengan hantu seperti yang ku alami tadi, ini menakutkan. Hiyyyy..

Cepat-cepat aku menghampiri mamaku, sepertinya beliau marah, teriakkannya tadi menggelegar yang aku yakin bisa membangunkan ayam tetangga yang masih pada ngiler di kandangnya.

"Ada apa mah?" tanyaku tepat ketika aku sudah berada di depan mamaku, tadi aku setengah berlari dari tempat kejadian di mana aku melihat ceu kunti, Takut juga, aku sempat berpikr, mataku gak katarak kan? Gak rabunkan? Gak minus juga kan? Aku sering chek up ke dokter tapi dokter bilang mataku baik-baik saja. Kok bisa sih aku melihat, berbicara dan bahkan mendengar suara ceu kunti? Ada apa ini?

"Ada apa, ada apa! Rio kamu ngapain ngomong sama pohon Mangga?" HAH! TUH, KAN! Jadi tadi mamaku nggak lihat si ceu kunti itu, padahal aku melihat dengan jelas kalau ceu kunti itu ada dan berbicara padaku, kenapa mamaku nggak lihat? What happen with me? Kenapa aku bisa ngelihat, sedangkan orang lain nggak ngelihat?

"Rio! sadar nak, kamu nggak papa kan?" Tanya mamaku lagi, 90 % mamaku pasti mengira kalau aku sudah nggak waras karena ngomong sendirian sama pohon mangga, padahal nggak mah nggak, tadi aku bicara sama cewek, tadinya sih aku pikir dia manusia, tapi setelah menghilang aku berubah pikiran, dia bukan manusia dan dia adalah ceu kunti.

"Hah? Nggak kok mah, emang mama tadi nggak lihat aku ngomong sama cewek?"aku bertanya agak linglung, otakku dipenuhi segudang pertanyaan mengapa aku bisa melihat makhluk halus kayak gitu?

Mama terlihat menganga dengan pertanyaanku barusan, aku menatap mama dengan pandangan kosong.

"Rio mama tahu kamu belum laku, tapi mama mohon jangan kayak gini ya sayang, jangan berandai-andai pohon Mangga itu cewek, mama nggak mau otak kamu ke geser dari tempatnya. Kalau mau punya pacar mama bisa kenalin sama anak teman mama, dia juga cantik."

Aku menganga dengan jawaban mama, mamaaaaa I'oke right? Tadi aku emang bener-bener-bener melihat dengan mata kepalaku sendiri, kalau ada cewek dan emang aku juga berbicara langsung dengan si cewek itu. Dan satu hal lagi, tolong jangan bawa-bawa nggak laku, karena aku laku, Cuma emang belum mau pacaran aja, huh!

Bisa-bisanya mama menganggap aku nggak waras, walaupun sebenernya hal ini juga masuk akal karena mama kemungkinan tadi atau memang benar-benar tidak melihat ceu kunti itu, jadi salah siapa kalau sudah begini? Arrrgggghhhh aku pasti gila dibuatnya.

"Ya udah, ayo sarapan, kamu harus berangkat ke sekolah ntar telat," Mama melangkah terlebih dahulu, aku masih mematung di depan pagar, lalu kutolehkan kembali wajahku ke arah sebrang jalan tepatnya ke samping pohon Mangga di mana aku tadi melihat ceu kunti, tidak ada, dia benar-benar ceu kunti. Kenapa aku baru sadar setelah dia pergi, harusnya aku curiga dengan penampilannya yang aneh, bodoh.




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top