Kenapa Rio Bisa Melihat Ku?
PAGI ini, seperti biasa aku mengintip Rio di balik pohon Mangga tepat di sebrang rumah nya. Biasanya Rio akan membuang sampah setiap pagi, aku yakin sampah itu bekas kemarin sore dan juga malam. Rio, selain baik hati, tipe setia, tampan, berbakti kepada orang tua juga, duh! Gimana aku nggak fall in love sama cowok itu? Emang ya hati tuh nggak pernah salah, ia tahu kemana harus mencintai, dan hatiku jatuh pada orang yang tepat.. Rio. Hanya saja keadaan yang tidak tepat dan aku sadar itu.
Nah, itu dia! Dari arah pintu rumah nya aku melihat nya berjalan sambil mengayun-ngayunkan tong sampah di genggaman tangan nya. Mungkin kalau anak muda jaman sekarang pastinya ogah bawa-bawa tong sampah, tapi, sekali lagi, Rio itu beda, dia itu baik banget.
Melangkah,
Melangkah,
Tapi, kenapa matanya seperti menatapku! Mungkin dia menatap Mangga yang sudah menguning, jadi ngiler di lihatin, aku tidak boleh GR, ini kan kabarnya bukan Mangga punyanya, tapi punya Mbak Vera, tetangga sebelah nya, katanya dulu mbak Vera rajin banget buang biji Mangga di sini, lalu beberapa bulan kemudian nggak di sangka dan nggak terkonsep juga, malah tumbuh pohon kecil, ya udah deh di urus, jadilah wujudnya gede kayak gini, lumayan buah nya manis, buah Aromanis sih!
Aku tersenyum melihatnya, tapi dia mengernyitkan dahi seakan sedang penasaran dengan suatu hal, dengan Mangga kah? Bukankah, katanya mbak Vera juga suka membagi buah nya kalau panen, kenapa Rio penasaran?
Ow.. Ow.. Rio kok berjalan kearahku?
Setelah tadi meletakkan sembarang tong sampah nya di depan pagar, ku lihat dia berjalan kearahku sambil memperhatikkanku.
Walaupun heran, aku tetap tersenyum kearah nya, mungkin saja Rio sedang mengamati Mangga nya, karena tidak mungkin dia memperhatikkanku, dia kan manusia, tidak mungkin melihat aku, aku kan ceu kunti.
Beberapa langkah lagi.
Satu,
Dua,
"Lo siapa?"
HAH!
APA?
Aku menganga dengan pertanyaan Rio, mulutku terbuka lebar, mataku melotot menatapnya yang kini berada tepat di hadapnku, jarak kami sangat dekat.
Dag
Dig
Dug
Bukan suara bedug di pukul ya, ini suara jantungku yang berdetak sangat kencang. Alasan pertama karena aku tidak tahan dekat-dekat dengan pangeran hatiku, grogi-grogi gimana gitu, alasan kedua, aku terkejut KOK RIO BISA MELIHAT KU? DIA BERTANYA PADAKU LAGI, AKU SIAPA?
Aku yakin 100% kalau pertanyaan itu memang Rio dedekasikan untukku, secara di sini tidak ada manusia manapun, mana mungkin untuk pohon mangga kan? Ngaco sekali! Yang jadi pertanyaan dan jadi masalah besar aslias gawattt RIO MELIHATKU SEDANG MENGINTIP, bagaimana kalau dia mengira aku adalah perampok yang sedang diam-diam memperhatikkan rumahnya, NO alias BUKAN!
"Hey! lo siapa? Dan ngapain di sini? Sambil perhatiin rumah gue?" Tanya nya tak sabar.
Aku yang masih syok jadi bingung mau menjawab apa, aku siapa? Ngapain di sini? Aku juga bingung aku siapa? Oh, iya aku kan ceu kunti, terus yang aku lakukan di sini adalah aku sedang mengintip Rio! Masa sih aku harus jujur, kata abah dulu jujur itu sangat baik dan memang harus, jadi orang memang harus jujur biar di percaya, tapi kalau aku jujur aku adalah ceu kunti dan sedang mengintip Rio karena ini memang kegiatanku selama beberapa bulan ini, itu sama saja aku CARI MATI. Iya benar cari mati yang ada, Rio tidak akan percaya kalau aku ceu kunti, atau malah Rio akan takut padaku, TIDAK, INI TIDAK BOLEH TERJADI, berbohong demi kebaikkan apa boleh?
"Ahhh.. Gue.. Eng.. Gue.. Gue.. Ify.. iya Ify.. gue lagi nyari tukang gorengan yang lewat," jawabku gugup.
Heissshhhh Rio semakin mengamati ku dengan matanya yang bening itu, aduh please siapapun, tolong akuuuuu, aku gak kuaaatttttt di liatin pangeran kece kayak gini. Hatiku korbannya, jantungku juga, tidak bisa diam dari tadi, kaget, grogi campur aduk seperti es campur.
SEMUUUTT TOLONG AKU SEMUTTTT!! Aku berteriak dalam hati sambil meminta bantuan pada semut yang sedang berbaris di pohon Mangga, ini tidak seperti lagu ya, kalau lagu kan si semut berbaris nya di dinding, Karena dinding tidak ada, ya sudah di pohon saja.
Tapi, kurasa Semut tak mungkin mendengar ku, bagaimana ini, aku harus meminta tolong pada siapa?
"Hah? Di sini nggak pernah ada tukang gorengan yang lewat kok,"
BEGO, BEGO, BEGO, aku merutuk dalam hati, kenapa aku bego, kenapa alasan yang keluar dari mulutku malah tukang gorengan, yang sudah jelas-jelas tidak pernah ada tukang gorengan yang lewat di komplek ini, selama aku mengintip di aduh! Bagaimana ini? Alasan apalagi, duh, duh, aku panic luar biasa.
Kulihat dia menatapku dengan curiga, gimana nggak curiga sih si Rio, alasan ku nggak logis banget, terus ini aku harus GIMANA?
"Ah, iyaa gue lupa. Kalau gue sebenernya lagi nyari tukang sayur, iyaa tukang sayur mas Jono."
Fiuhh, akhirnya aku bisa mencari alasan yang lain yang lebih logis, aku nggak peduli Rio menyangka aku sudah ibu-ibu atau tante-tante atau apalah itu, yang jelas, aku harus mendapat alasan untuk menyangkal dari situasi kepergok ini, maaf ya mas Jono aku menjadikan mu kambing hitam, tapi ini pasti nggak akan berpengaruh kok, aku hanya memakai alasan, akyu yakin kali ini Rio nggak akan curiga, wong mas Jono memang tukang sayur langganan mamanya yang setiap hari kalau saja Rio lewat, selalu menyapa Rio dengan ramah.
Rio semakin memperhatikkanku, membuat aku salah tingkah, pipiku terasa panas, jantungku berdetak tak karuan, OH MY, PLEASE, SIAPA SIH YANG NGGAK SALAH TINGKAH WAKTU DI LIHATIN DOI (cowok yang selama ini kita taksir, belum ke tahap pacar ya, sekiranya doi versi Ify). Tapi, aku tersadar, posisiku sekarang tidak aman, bukan waktunya untuk salah tingkah, bukan, tapi sekarang aku harus mencari beragam cara untuk bisa KABUR dari hadapan Rio, kalau tidak akan ketahuan, jika sudah ketahuan, apa yang akan terjadi? Aku bingung aku tak tahu.
Mikir Ify, please mikir, otakku berpikir keras mencari cara agar bisa menghindari Rio. Tapi, NIHIL huhu otak-otak ayooo dong bekerja, kenapa di saat seperti ini, malah koslet kayak gini, bisanya juga suka encer, kenapa sekarang error kayak gini, apa karena ada Rio?.
"Lo nggak....."
"RIOOOO..."
Sebuah teriakkan membahana memotong ucapan Rio, membuat Rio menoleh untuk menyahut.
AHA KESEMPATAN EMAS.
Kesempatan untuk menghilang, terimakasih tuhan, terimakasih.
Dengan sekejap aku menhilang dari tempat itu, aku tidak peduli dengan selanjutnya yang akan terjadi entah itu Rio kaget, melongo, curiga, yang jelas aku BERHASIL KABUR DARI HADAPANNYA.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top