11. Dilema

Haru berdiri di koridor depan kelas dengan senyuman sinis. Tanpa sengaja dia mendengarkan pembicaraan teman-teman sekelasnya. Mereka mengobrol mengenai kasus kematian Budi dan menghubungkannya dengan arwah penasaran dari Bintang, siswa yang meninggal setahun yang lalu.

"Dasar, orang-orang bodoh!" ejek Haru.

Dengan langkah santai, dia memasuki kelas, dia hendak mengambil komik sebagai bahan bacaan karena suntuk.

Anak-anak kelas X IPA 5 yang ada di dalam kelas meliriknya. Mereka sebenarnya menyadari kehadiran Haru tapi pura-pura tidak menggubrisnya, terutama para cowok-cowok yang memang tidak begitu menyukainya. Shita tertegun. Haru memang invisible man, keberadaannya seolah tidak diketahui oleh orang-orang disekitarnya.

Shita jadi teringat kejadian tadi malam. Dia sudah usil melakukan miss call ke nomer ponsel Haru sampai tujuh belas kali. Pasti cowok itu kesal dan penasaran siapa penelepon misterius itu. Hihihi...

Haru mengabaikan tindakan teman-temannya yang tidak memedulikannya. Dia lewat begitu saja diantara teman-teman sekelasnya yang sibuk beragumen tentang lambang bintang misterius itu. Haru tidak sengaja menabrak lengan Shita dan tampak tertegun. Dia menoleh pada gadis itu kemudian tersenyum.

Haru lalu menuju bangkunya dan mengambil dua buah komik berjudul Fairy Tail karangan Hiro Mishima dari dalam tas. Dia kembali melewati perkumpulan detektif abal-abal itu lagi. Sengaja dia berhenti di samping meja Shita lalu menoleh pada gadis itu.

"Hei, cewek aneh!" sapa Haru.

Shita terpegun dan mengerjap-ngerjap, bingung. Haru yang hampir tidak pernah mengajak ngobrol siapa pun di kelas itu bicara padanya? Ada apa gerangan? Untuk memastikan dirinya tidak sedang GR, barang kali Haru mengajak bicara orang lain Shita menunjuk dirinya.

"Aku?" tanya Shita.

"Siapa lagi cewek yang paling aneh di sini?"

Shita mendengus kesal. Apa cowok itu menganggapnya aneh karena peristiwa di persewaan DVD kemarin itu?

"Ngapain miss call-miss call sampai tujuh belas kali semalem?" tegur Haru.

Shita melotot. Dari mana Haru tahu kalau yang me-miss call-nya kemarin itu dirinya? Shita bener-bener tengsin dan jadi panas dingin. Apalagi Haru membicarakan hal itu tepat di depan teman-temannya. Kesannya mereka jadi seperti kenal deket banget sampai tuker-tukeran nomer ponsel, kan?

Sudut bibir Haru terangkat, dia tampak menikmati kepanikan di wajah Shita. Haru meletakkan dua buah komik yang dipegangnya di atas meja Shita.

"Nitip kembaliin di tempat biasa ya," ucap Haru santai. Dia kemudian berjalan keluar dari kelas.

Mata Shita makin membelalak. Apa maksud Haru dengan "Tempat Biasa?" Kesannya mereka jadi seperti lebih deket lagi karena sering pergi bersama ke suatu tempat gitu, kan? Haru benar-benar berhasil memojokan dirinya! Begitu Haru menghilang, para cewek-cewek langsung menyerbunya dengan seribu pertanyaan.

"Gila, Shita! Gerak cepet banget!"

"Kok nggak pernah cerita sih kamu sudah sedeket itu sama Haru!"

"Ya! Sampai tukeran nomer ponsel dan jalan-jalan ke suatu tempat berdua gitu!"

"Kamu jahat deh! Kok nggak cerita-cerita sih sama kita!!!"

Arina dan Citra heboh sendiri. Wulan pun sebenarnya ingin ikut menegur, tapi karena suaranya tidak keluar dia hanya bisa memandangi Shita penuh tanya. Shita diam membisu, tanpa bisa menjawab satu pun pertanyaan dari teman-temannya itu.

Igo mengerutkan kening, tidak senang. Dia bangkit dari kursi dan mencekal tangan Shita.

"Ikut aku sebentar!" geram Igo. Tanpa menunggu persetujuan dari Shita, Igo menarik teman sejak kecilnya itu keluar kelas dengan kasar. Tidak peduli Shita meronta kesakitan karena cengkraman tangannya yang kuat.

"Igo apaan sih! Lepasin! Sakit tahu!"

Shita akhirnya berhasil melepaskan diri dari cekalan Igo saat keduanya sudah berdiri di lorong sekolah yang sepi. Igo menatapnya dengan nanar.

"Sejak kapan kamu jadi sedekat itu sama si bocah tengik itu?" tanya Igo. Dia selalu memanggil Haru teman sebangkunya dengan panggilan "Bocah Tengik." Sejak awal pertemuan mereka, banyak terjadi insiden yang membuat Igo dan Haru saling membenci.

Shita bergeming, tak tahu harus menjawab apa, karena pada dasarnya dia sama sekali tidak dekat dengan Haru. Hanya saja ada suatu kesalahpahaman akibat ucapan Haru tadi yang membuat mereka terlihat dekat.

"Nggak deket kok, Cuman salah paham aja," putus Shita akhirnya.

"Salah paham gimana? Buktinya sudah jelas kalian dekat, sampai tukeran nomer ponsel dan sering pergi ke suatu tempat bareng, kan?" cibir Igo. Shita mendengus kesal, dia merasa seperti dihakimi oleh Igo.

"Nggak usah marah-marah gitu! Terserah aku donh mau deket sama siapa? Ini nggak ada hubungannya denganmu, kan?" Shita ikut-ikutan menghardik karena emosi.

"ADA!" balas Igo dengan suara keras.

Shita tercengung. Igo sendiri juga tampak terkesiap dengan ucapannya sendiri yang spontan itu. Untuk beberapa saat kedua remaja yang sudah berteman sejak kecil itu terdiam.

"Apa ... hubungannya?" tegur Shita setelah beberapa menit terdiam.

Igo mengerjap-ngerjapkan mata tampak bingung harus menjawab apa selama beberapa saat namun kemudian kembali bersuara dengan membentak.

"Pokoknya ada! Awas ya kalau kamu sampai dekat-dekat dia lagi!"

Setelah berkata begitu, Igo segerangacir, meninggalkan Shita yang masih menatapnya bingung.

***

Yuhu bikin adegan romantis lagi ya. Hehehe bayangin Dedek Jungkook marah-marah cemburu gini bikin hatiku deg-degan. 😍😍😍

Votes dan komen ya guys...





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top