Neun

Batas emosi setiap orang berbeda, kau tak bisa menyelaraskan bahwa semua orang memiliki tingkat emosi yang sama. Kadang kau harus memahami orang lain jika ingin orang lain juga memahami dirimu, jangan menjadi keras kepala yang mana akan menghancurkan pertemanan itu.

Artikel itu terbaca lengkap di mata Nishinoya, beberapa dari kata disana ada yang sangat ia setuju. Sesekali kepalanya mengangguk paham dengan kalimat yang ada di layar ponselnya.

"Nishinoya-kun, sedang apa?" (Name) mendekat ke arah Nishinoya seraya membawa keranjang belanja yang sudah hampir penuh.

Nishinoya melirik, "Mandi (name)"

"Eh? Tapi Nishinoya-kun kayak lagi main hp" balas (name) dengan wajah yang sengaja di buat memasang ekspresi polos yang mana sangat ingin Nishinoya tampar saat itu juga.

Dia sudah cukup kesal dengan perilaku gadis itu, jika saja waktu bisa di putar dia mungkin tak akan keluar atau mungkin akan mencegah yang lain untuk tak berlibur di villa.

"Lantas jika kau sudah liat kenapa masih nanya? Mata lu buta sementara tadi?" Sindir Semi yang baru saja selesai mengambil beberapa bahan makanan.

Terlihat jelas jika barang di keranjang miliknya lebih sedikit daripada keranjang milik (name). Tapi itu lebih baik karena keranjang Semi yang hanya memuat makanan pokok seperti daging, kentang, wortel dan beberapa bumbu dapur lain. Sedangkan milik (name) sendiri hanya berisi setumpuk makanan ringan seperti Chiki dan ramen instan.

"Semi-kun, mataku masih berfungsi" tutur (name) dengan nada tak suka, dia memandang tajam ke arah Semi yang malah memutar bola matanya.

"Dah yok balek" Nishinoya berjalan terlebih dahulu yang kemudian di ikuti oleh Semi baru (name) di belakang sendiri.

Semi dan Nishinoya pikir, (name) akan membayar belanjaannya sendiri karena ya.. dia yang paling banyak mengambil snack dan yang lain.

"Oh ya Semi-kun nanti sekalian milikku ya, dompetku tertinggal" Tiba-tiba saja (name) berkata saat mereka ada di antrian. Semi otomatis kaget, dia segera menoleh ke arah (name) yang malah menunjukkan sebuah senyum tanpa dosanya.

"Pa maksud? Lu yang ngambil napa nyuruh gue yang bayar. Sapa lu emang? Cicit Ratu Elizabeth?" Sindir Semi kembali, nampak dari rautnya yang memang sudah keruh sejak tadi semakin menjadi keruh karena perkataan (name) barusan.

(Name) terkekeh, "Semi-kun kalau ngomong suka bener deh"

Siapapun tolong selamatkan Semi sekarang. Dia benar-benar bisa mengalami stress jika terus-terusan berbincang dengan (name) atau mungkin kadar darahnya bisa menjadi naik secara tiba-tiba.

"Halunya ketinggian tiati ntar jatuh" peringat Nishinoya yang berada di depan Semi. Dia sejak tadi hanya diam untuk menguping sejenak, jika dirasakan kondisi semakin buruk dia otomatis turun tangan.

"Kalau jatuhnya di tangkep Nishinoya-kun sih aku ikhlas" Kekehan kembali keluar dari dirinya, dengan wajah memerah dia menunduk berusaha menutupi mukanya.

Sungguh, jika Semi mendengar kata lagi dari (name) mungkin dia akan merobek otaknya lalu membawanya ke pertigaan depan dan bermain lompat tali dengannya.

Tidak tidak penulis hanya bercanda, mungkin Semi akan tertekan dan memutuskan untuk pergi jauh sesegera mungkin dari manusia seperti (name).

Diberitahukan untuk Semi Eita dan Nishinoya Yuu, jika tak kuat harap lambaikan tangan ke kamera :)

Baiklah maafkan penulis yang mencoba melucu tapi jatuhnya cringe karena penulis disini menjaga image.

Tidak terima protes 😡 ‼️‼️

Sial, kenapa saya malah meniru grup sebelah-

****

Mereka baru sampai di villa saat matahari sudah terbenam, baru saja mereka membuka pintu depan. Hal yang menyambut mereka adalah Sakusa dan Futakuchi yang menahan Hanamaki yang nampaknya akan menuju mereka.

Ketiganya masuk, dengan Semi dan Nishinoya yang melihat ke arah Lev yang duduk bersama Yamaguchi di sofa.

"Kiki kenapa? Dia nggak kesurupan kan?" Nishinoya bertanya sambil menunjuk Hanamaki yang masih meronta-ronta.

Bahkan dua orang itu hampir kesusahan menahan Hanamaki yang sepertinya hampir kehilangan kewarasan.

"Tanya aja tuh sama penyebabnya" cibir Lev sambil melirik ke arah (name) yang kini duduk di hadapan Yamaguchi seraya memainkan ponselnya dengan wajah tak bersalah.

"Gue capek njir mana hampir tewas lagi" Keluh Semi lalu merebahkan dirinya begitu saja di atas karpet. Terlihat sekali jika dia benar-benar lelah dengan semua yang terjadi.

Yamaguchi dan Lev melotot horror, takut jika pendengaran mereka salah atau mungkin Semi salah bicara.

"Tewas gimana??" Lev bertanya was-was, takutnya nanti bisa nyata kan tak lucu.

"Sapa yang tewas anjir" Hanamaki menyahuti, nampaknya dia baru sadar jika obyek yang akan dia hajar berpindah.

"Mi sapa yang tewas?" Sakusa kembali mengulang pertanyaan, antara kaget dan juga heran.

"Gue tadi" jawab Semi tak sebegitu niat, seolah jawaban tadi adalah jawaban dari 1 + 1.

"Lah kok bisa?!" Hampir semua yang disana bertanya serentak, Semi yang sudah terlihat tak berdaya berbicara malah menunjuk ke arah Nishinoya yang sedari tadi diam sambil memakan Oreo yang sengaja dia ambil dari kantong belanja Semi.

"Bud, ceritain gimana Semi kok hampir tewas" Yamaguchi memerintah, dirinya benar-benar penasaran dan juga heran. Pikirannya sudah menuduh (name) terlebih dahulu sejak Semi bilang tadi. Tapi dia tak mau menuduh lebih lanjut tanpa bukti, jika nanti pelakunya bukan (name) bagaimana?

Nishinoya mulai menjelaskan secara rinci, dia bahkan tak melewatkan satupun kejadian yang tadi mereka alami. Bahkan sangking rincinya Futakuchi hampir tertidur karena mendengarnya.

Setelah selesai mendengar penjelasan Nishinoya, semua lantas mengangguk paham. Agak sebal memang dengan perilaku (name) yang menurut mereka meresahkan ah tidak maksudnya amat sangat meresahkan.

Untung saja saat itu Nishinoya meraih tangan Semi dengan cekatan, kalau semisal telat satu detik atau dua detik bagaimana? Mungkin saat ini mereka ada di rumah sakit sambil menangis mendoakan kesembuhan Semi.

"Udah udah, kita masak makan malem dulu" Yamaguchi beranjak mendekati kantong kresek yang diletakkan Semi tadi di sebelah sofa.

Mengajak Hanamaki, Nishinoya dan Sakusa untuk membantu di dapur sekaligus mencegah tak ada keributan di malam hari.

"Duh enaknya jadi cewek ya. Punya pasal sendiri" Futakuchi berujar sambil duduk di sebelah Lev.

Pemuda dengan surai perak itu menoleh, "Maksudnya?"

"Ya gitu, pasal satu wanita selalu benar pasal kedua jika wanita salah ingat pasal pertama" setelah mengatakannya tawanya keluar begitu saja. Seolah itu lelucon ejekan terbagus yang pernah dia buat.

"Kasian jangan di bully" Futakuchi menghentikan tawanya, lantas memandang Lev bingung.

"Ken-"

"Tapi kalau (name) halal di bully"

****

Makan malam baru saja selesai, kegiatan mereka selanjutnya mungkin hanya akan di isi dengan menonton televisi sampai larut baru kemudian naik ke kamar mereka masing-masing.

Tapi oh, sepertinya sang Tuan Putri memiliki rencananya sendiri.

"Eh manteman"

Semua melihat ke arah dirinya, cukup malas dan juga bosan sebenarnya tapi jika tidak di beri atensi Hime-sama itu pasti akan merengek. Dan jelas itu lebih menjengkelkan daripada apapun.

"A-aku menyukai seseorang" Dia berkata dengan nada terbata serta wajah yang memerah. Sesekali iris miliknya akan melirik ke arah Nishinoya yang duduk di sebelah Sakusa.

Nishinoya yang merasa di lirik, mengerutkan dahi. Merasa tak suka atau mungkin jijik? Ingatkan dia bahwa dia tak suka dengan orang yang sksd dengannya.

"

Woah siapa?" Lev bertanya dengan nada yang seolah-olah dirinya terkejut, padahal dia merasa biasa saja atau bahkan tak peduli.

"A-aku akan menyatakan perasaanku sekarang" (Name) kembali tersipu malu dan jujur hal itu semakin membuat beberapa yang disana geram.

"Mangat moga gk diterima" canda Nishinoya yang mana malah mengundang gelak tawa dari yang lain.

"A-ah tak jadi, mu-mungkin besok saja. A-aku kekamar dahulu ma-malam semua!" Dengan langkah cepat (name) menuju tangga. Nampak jelas jika gadis itu tengah menahan malu atas lontaran Nishinoya tadi.

"Btw besok kita dah pulang terus dia gimana? Nggak mungkin bawa ke Wisma juga kan? Bakal adu mulut nanti dia ama Yaku" Tanya Sakusa kemudian.

"Nggak tau, tapi moga aja dia nggak bakal ngikut" Harap Semi yang kembali berbaring di atas karpet.

Dan setelah itu, semuanya kembali sibuk dengan aktivitas mereka. Entah itu menonton televisi ataupun memainkan ponsel mereka.























Yosh besok chapter terakhir dan semoga saja itu seperti yang kalian harapkan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top