#9


Sebulan sudah Bintang meninggalkan Putri, jika ada waktu senggang Bintang selalu menelpon atau video call pada Putri,  awalnya Putri memang selalu menangis,  Bintang  menghibur dengn gurauan dan candaan yang kadang menjurus ke hal yang membuat Putri menjadi malu. Bintang senang sekali menggoda istri mungilnya dengan wajah yang memerah jika malu.

Sedang di kampus Putri selalu dihibur oleh Lia dan Danil sahabatnya, teman satu jurusan,  sekelas pula. Hanya dengan Danil, Putri agak menjaga jarak karena akhir-akhir ini,  ia sering melihat Danil memandangnya dari jauh tanpa kata-kata. Sebagai perempuan normal Putri tahu arti tatapan Danil. Sampai suatu saat ada yang menarik tangannya ke kantin kampus.

"Eh dan ngapain,  mana Lia,  tadi pamit ingin bertemu Prof. Suhartono," tanya Putri
"Nggak tau Put,  duduk sini saja,  nunggu Lia,  ato kamu kirim pesan saja, Bilang klo kita nunggu di kantin," ujar Danil menjelaskan pada Lia.
"Put ada yg mau aku omongin sama kamu," Danil terlihar resah,  kantin terlihat agak sepi sore itu.

"Apaan,  kok kamu kayak gitu wajahnya," sahut Putri bingung.
"Gini Put,  aku tau ini salah, atau apalah terserah kamu,  akuuu aku suka kamu Put,  sejak awal kita di kampus ini, aku tidak mengira kamu sudah punya tunangan,  aku terlalu berharap waktu itu dan yah kamu menikah...rasanya ada yang hilang dalam hati dan perasaan aku..sudahlah Put nggak usah dipikir, aku sudah lega,  paling tidak aku tidak memendamnya dalam dada," ujar Danil sambil menunduk mempermainkan jarinya dan sesekali melihat Putri.Putri menghela napas.
"Aku tahu kamu orang baik, aku juga tahu kalo kamu suka sama aku, tapi akuuu ya sudah nikah Danil, dan aku sangat mencintai suamiku yang saat ini sedang jauh," mata putri mulai menghangat.

"Iya aku ngerti,  kita tetap berteman ya Put,  jangan menjauhi aku, akhir-akhir ini aku lihat kamu mulai menghindari aku," kata Danil pelan.
"Itu aku lakukan agar kamu tidak semakim berharap sama aku, salah kalo kita berduaan kayak gini, paling tidak ada Lia," ujar Putri berusaha menjelaskan.
"Aku mengerti Put,  tapi kadang ada saat aku tidak bisa menahan rinduku," ujar Danil sambil memegang jemari Putri,  Putri menariknya perlahan.

"Tidak boleh Danil,  aku sudah bersuami,  itu yang harus kamu pahami," sahut Putri memberi penekanan. Danil mengangguk dengan sedih. Tiba-tiba terdengar teriakan Lia dari jauh
"Wooooiiiiii cie cieeeee," teriakannya memekakkan telinga. Napas Lia memburu saat sampai ditempat Danil dan Putri duduk. Lia sudah tau sejak lama jika Danil sangat mencintai Putri, meski Lia cerewet, dia tidak pernah bercerita semua curhat dDnil pada Putri,  baginya sabahat haruslah dapat menyimpan rahasia terdalam.

"Udahan nih ceritanya,  kok wajah kalian kayak comberan gitu,  sama-sama butek, gak pada laper apa ya, terserah kalian deh aku mau pesen bakso komplit plus lontong," ujar Lia sambil mengelap keringatnya dan berteriak-teriak pada penjual bakso di kantin kampus. Lia makan dengan lahap ditemani es teh yang dia minum sampai belepotan.

"Pelan-pelan napa Liaaa gak ada yang minta juga,  laper sampek segitunya, kamu nggak makan juga Dan?" tanya Putri mengalihkan kekakuan diantara keduanya. Danil menggeleng pelan.
"Nggak laper Put,  liat Lia makan kayak gitu dah kenyang," ujar Danil tersenyum tipis. Selesai makan mereka bertiga melangkah meninggalkan kantin, Putri segera menuju mobilnya dan meninggalkan Lia serta Danil sambil melambaikan tangan.

"Eh kamu sdh ngomong sama Putri," tanya Lia. Danil menghela napas.
"Iya, tadi," sahut Danil dengan sedih.
"Kamu juga sih songong nekat suka sama istri orang," ujar Lia sambil tertawa.
"Aku suka Putri sejak awal kegiatan maba Liaaaa, ya mana tau kalo tu anak sudah tunangan,  kan seusia sama kita, trus udah gitu nikah lagi,  mana suaminya keren gitu, aku nggak ada apa-apDnya," danil menunduk melihat ujung sepatunya.

"Alah siapa bilang kamu nggak keren,  kamu keren, bener,  liat aja tuh si Rere ngejar kamu sejak dulu,  kamunya saja yang bego, dikejar-kejar cewek kece kok malah milih istri orang hahahah," Lia ketawa keras sampai tukang parkir motor menoleh pada mereka berdua.
"Emang gak waras kamu Lia, yok dah pulang," rutuk Danil kesal. Keduanya pun menaiki motor masing-masing.

***

Liburan semester saat yang paling ditunggu oleh Putri karena akan menemui Bintang di Amerika, diantar oleh papa dan mamanya. Kebetulan mama punya sepupu yang suaminya bekerja di KBRI Amerika,  jadi segala sesuatunya menjadi lebih gampang termasuk penginapan dan lain-lain.

Menempuh perjalanan berjam-jam tak terasa melelahkan bagi Putri karena ternyata melamunkan orang yang dicintai menghabiskan banyak waktu. Sesampainya  di bandara mereka di jemput oleh sepupu mama,  tante Rini. Wajah mama dan papa Putri terlihat lelah,  tante Rini mengantar mereka ke apartemen yang mereka sewa selama seminggu, Putri dan mama yang akan di Amerika selama seminggu,  sementara papa Putri hanya 2 hari dan harus segera kembali ke Indonesia karena urusan perusahaan yang tidak bisa ditinggalkan terlalu lama.

Putri tidak bisa langsung bertemu Bintang karena jadwal yang pada, dua hari setelah di Amerika barulah Bintang bisa menemuinya,  itupun waktunya hanya sekitar 5 jam,  tak apalah pikir Putri. Putri sedang tiduran,  dia bosan juga, kemarin sempat berjalan-jalan dengan mama dan tante Rini di sekitar apartemen. saat Putri tiduran di dalam kamar, tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Putri berteriak..

"Sayaaang kok gak dengar kamu datang," teriak Putri, Bintang lalu duduk di kasur dan memeluk Putri dengaP erat,  lama mereka tidak bersuara,  putri menenggelamkan badannya yang kecil pada badan Bintang yang besar. Sejurus kemudian Bintang menciumi kepala Putri. Tangan Bintang perlahan membuka baju Putri. Mengelus dada Putri perlahan dan menarik ujung dadanya.
"Sayaaang, ada mama di luar,"pekik Putri tertahan.
"Mama sudah pamit tadi waktu aku baru datang,  mau jalan-jalan sama tante Rini,  kita tidak punya waktu banyak, 4,5 jam lagi aku harus sampai di Westpoint," bisik Bintang di telinga Putri sambil perlahan menciumi leher Putri,  putri mendorong badan Bintang hingga rebah di kasur, Bintang kaget dan melihat istri mungilnya membuka gesper celananya dan kepalanya menghilang di pangkal paha Bintang, Bintang memejamkan matanya dan mengelus kepala Putri.

***

"Aku tinggal 5 bulan kok nakal ya sayang,"kata Binntang sambil memeluk Putri yang memejamkan matanya mengatur napas.
"Iyaaa, gak papa,  kan kangen," ujar Putri lirih.
"Kamu kok gak hamil ya sayang padahal pas di Indonesia,  aku gempur kamu bolak balik," tanya Bintang penasaran.
"Gempur kayak perang aja, nggak tau juga ya,  paling Tuhan sayang sama aku,  kalo aku hamil ngak ada kamu kan jadi sedih terus, nggak ada yg ngelusngelus sama ciumin aku," kata Putri tetap memejamkan matanya.
"Sekali lagi ya sayang, aku harus segera berangkat setelah ini," pinta Bintang pada Putri. Putri hanya mengangguk lemah sambil tersenyum. Dan Bintang sudah berada di atas badan Putri, menciumi perut Putri dan mengangkat kaki Putri ke bahunya, Bintang menghentak dengan kasar sambil menatap wajah Putri yang bergerak seirama dengan hentakannya, keduanya saling menatap dan memejamkan matanya saat gelombang itu datang, Putri hanya bisa meremas sprei.

***

"Aku berangkat ya sayang, sebelum kamu balik ke indonesia,  aku pasti ke sini lagi," ujar Bintang sambil mencium kepala dan kening Putri, ia terlihat segar setelah mandi dan berseragam lengkap. Putri mengangguk dan tersenyum, mengantar sampai pintu apartemen. Tak lama mama dan tante Rini datang membawa macam-macam makanan dan souvenir untuk teman-teman mama di Indonesia.
"Bintang sudah balik sayang?" tanya mama.
"Iya baruuuu saja, ma," kata Putri sambil menyisir rambutnya yang masih basah. Terlihat tante rini senyum-senyum.
"Kami ini orangtua yang pengertian loh Put, makanya begitu bintang datang,  kami cepat berangkat, biar kalian bebas kangen-kangenan, 5 bulan bagi laki-laki nahan gituan hebat banget, makanya kamu diem saja, turuti kemauan Bintang selagi kamu bisa, bener kan mbak Pop?" kata tante Rini.
"Iya bener, Bintang itu suami yang baik,  sabar menghadapi kamu yang aneh-aneh waktu di Indonesia,  sekarang waktunya kamu nurutin,  capek dikit gak papa," kata mama,  Putri jadi malu melihat mama dan tante Rini yg senyam senyum nggak jelas.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top