#4


Papa dan mama Bintang akhirnya pamit pada papa dan mama Putri, setelah tiga hari di kota tempat Bintang menjalankan tugasnya sebagai perwira angkatan darat. Mereka terlihat sangat akrab bercerita apa saja yang menjadi bahan pembicaraan dan diakhir cerita mereka malah menggoda anak-anak mereka, terlebih orangtua Bintang terlihat sangat bersemangat.

"Lah iya mbak Din wong mereka cocok loh sebenarnya cuma Putrinya saja yang malu-malu tapi mau," mama Putri terlihat senyum melihat Putrinya yg cemberut.
"Nah betulkan Bintang mama bilang apa, tuh kata tante Poppy sebenarnya Putri itu mau, dia hanya kurang yakin dengan perasaannya, ayolah kalian coba saling mengenal, kami akan sangat bahagia seandainya kalian berjodoh," kata mama Bintang dengan mama berbinar.

"Nggak ah tante, kayaknya Putri lebih nyaman jadi adik kak Bintang, kalo jadi pacarnya, yang ada cuma sakit hati, semuaaa pada kagum, bahkan teman-teman Putri minta kenalanlah, minta nomor telpon, minta foto kak Bintang hmmm sakit hati terus kan Putri nanti kalo jadi pacarnya," Putri berkata sambil menggeleng dengan keras. Bintang tak berkata sepatah pun, dia hanya menatap Putri dengan tatapan sedih.

"Halah Putri, coba dulu, mama bantu menenangkan dan menghilangkan kebingunganmu," kata mama Putri sambil tersenyum. Akhirnya mama dan papa Pintang pamit. Diantar oleh mama dan papa putri ke bandara. Sedang Putri dan Bintang mereka sengaja tinggalkan berdua, agar mereka bicara dari hati ke hati.

***

Putri membereskan gelas dan piring bekas mereka makan tadi, Bintang membantu sebisanya. Mereka mengerjakan itu semua tanpa bersuara, sesekali pandangan mereka bertemu,  tapi keduanya cepat mengalihkam ke tempat lain. Putri jadi kesal karena mereka jadi canggung,  akhirnya ia beres-beres dengan wajah kesal, Bintang jadi semakin resah.

Saat Putri membawa piring bekas kue ke tempat cuci piring tak sengaja ia menubruk Bintang yang membawa gelas bekas minum air putih setelah makan,  tersiramlah air ke dada Putri karena posisi tangan Bintang yang jelas lebih tinggi dari Putri. Cepat bintang letakkan gelas di tempat cuci piring dan mengusap dada Putri yang terkena air. Putri kaget setengah mati saat tangan Bintang yang besar menyentuh dadanya yang basah.

"Ah kak,  kakak kok megang dada Putri sih," Putri hampir menangis dan berlari ke kamarnya. Bintang bingung,  apa dia salah?
Dia ketok kamar Putri,  lama tidak ada sahutan,  Bintang jadi kawatir dia ketok lagi,  dan dibuka pegangan pintu yang ternyata tidak dikunci. Terlihat Putri meringkuk di kasurnya dengan membelakangi Bintang sambil memeluk guling,  sepertinya Putri sudah ganti baju.

Bintang berusaha mendekat. Ia usap kepala Putri,"Maafkan kakak,  kakak tidak tahu harus berbuat apa saat air tumpah ke dada Putri,  kakak merasa bersalah,  makanya kakak usap pake tangan kakak."
"Tapi kakak sudah megang punya Putri,  meski gak sengaja kan kayak ada yang hilang deh dari Putri," kata Putri masih terisak.

"Maaf put,  maaf,  kakak kan gak sengaja, masak sudah minta maaf masih ngambek,  ayo bangun,  bersih-bersinya kan belum selesai, yok kakak tarik ya," Bintang mulai tersenyum sambil menarik tangan Putri,  eh yang ada malah Putri jadi sangat dekat dengan dada Bintang,  sesaat keduanya diam, Bintang meraih kepala Putri ke dadanya.

Putri merasakan kerasnya dada bintang, dan degup jantung Bintang yg sangat keras, "Kayaknya aku, aku suka kamu deh Put, jangan jawab dulu,  dengarkan saja,  aku tahu kamu tidak suka kalo kita seperti ini,  tapi hatiku tidak bisa berbohong,  kita coba dulu ya Put,  klo ternyata kamu tetap tidak suka aku,  ya sudah aku lepaskan kamu," Bintang berbicara pelan dan Putri mengangguk. Bintang mencium ujung kepala Putri dengan penuh perasaan dan Putri merasa bulu kuduknya meremang.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top