#2
Bintang:
Enam bulan sudah aku menjalani hari-hariku di mess Rampal, suka duka kulalui bersama dengan rekan-rekanku, ada yang menyemangati menjalani hari-hariku selama dinas di angkatan darat.
Putri, gadis kecil imut yang selalu membuat hari cepat berlalu, tingkah konyolnya yang kadang membuat aku rindu, tawanya, manjanya, dan aroma bayi dari tubuhnya, kadang aku senyum-senyum sendiri mengingat bagaimana dia marah karena aku tidak menepati janji mengantarnya ke toko buku, dan selama dua hari tidak bisa dihubungi.
Saat aku ke rumahnya pun dia tidak mau ke luar, untunglah tante Poppy menyarankan aku ke kamarnya, ku intip dia sedang duduk menghadap jendela dengan wajah cemberut, lalu pelan-pelan aku masuk sambil berjinjit, ku kagetkan dia dengan menepuk pundaknya mendadak, ah tanpa kuduga dia berteriak dan langsung memelukku erat, aku terhuyung dan jatuh ke karpet berikut Putri yang memelukku erat.
Ia berada pas di atas tubuhku, kepalanya berada di dadaku, entah mengapa kami lama berpelukan, ku cium aroma bayi dari tubuhnya, ku hirup pelan, aku juga baru sadar jika putri bukan anak kecil lagi saat dadanya yg menimpa dadaku terasa lain, sampai putri sadar dan ia cepat-cepat bangun dengan wajah merona, aku juga bingung kok aku tiba-tiba gugup.
Ku acak rambutnya untuk menghilangkan kekakuan diantara kami, ku tarik tangannya untuk bangun dan keluar dari kamarnya, aku sudah merasa sesak jika harus terus berada di dalam kamar Putri. Aaaaah kacau betul.
***
Putri:
Aku betul-betul marah saat kak Bintang ingkar janji, aku menunggunya sejak sore untk mengantarku ke toko buku, sampai malam lewat dia tidak juga muncul, bahkan tanpa memberi kabar apapun.
Aku sebenarnya kawatir, sakit ato ada apalah, aku jadi marah seharian, mama sebenarnya mau mengantarku tapi aku sudah terlanjur marah, jadi aku malas ke luar rumah dua hari kak Bintang berusaha menghubungi aku, ku biarkan saja, marahku belum hilang.
Sampai suatu hari dia tiba-tiba muncul dan mengangetkanku di dalam kamar, reflek karena kaget aku berteriak dan kupeluk dia eh malah dianya jatuh ke karpet di kamarku, jadilah kami jatuh bersama, kurasakan harum woody yang menenangkan dan dadanya yang keras kurasakan saat aku memeluknya.
Eeeeeh apa-apaan ini, cepat aku bangun dan wajahku memanas, ih malu bener deh rasanya, tiba-tiba rambutku di acak-acak oleh kak Bintang, lalu aku di tariknya ke luar kamar.
Saat kami menuju ruang tamu mama ternyata duduk sambil minum teh,"Eh akhirnya mau ke luar kamar setelah ada Bintang, dia ngamuk Bin, gih sana ajak ke mana si putri, biar gak manyun aja tuh bibir, diajak tante nggak mau, diajak sahabatnya si Lala eh masih nggak mau," ujar mama berisik.
Bintang hanya tersenyum lebar," Terserah Putrinya saja tante, kebetulan hr ini saya lepas dinas, besok pagi tapi sudah dinas lagi, jalan-jalan yok Put, terserah kamu deh mau ke mana adek kecil."
Akhirnya Putri mengangguk saja tapi wajahnya masih menyimpan marah. Akhirnya mereka berdua naik mobil orangtua Putri. Mereka yang jelas tanpa tujuan, dan Bintang mengajak putri hanya agar putri tidak marah lagi ah maklum masih anak-anak meski sudah SMA kls XII.
Akhirnya Bintang menuju taman kota, dia parkir lalu mengajak putri jalan-jalan. Putri menurut saja. Digenggamnya jemari Putri selama menyusuri taman kota, ada beberapa orang yg melihat mereka, berbisik lalu senyum-senyum aneh. Putri terlihat sangat kesal.
"Kak, pulang saja yok, bikin kesel juga dari tadi itu orang-orang masak ngeliat kita berdua gimana gitu, gak dengar apa tadi ada yg bisik-bisik kak, ih cowoknya ganteng banget kok mau ya sama bangsa liliput, aaaah kita gak usah jalan bareng deh kak," Putri berlari cepat menuju parkir mobil.
Bintang mengejar sambil geleng-geleng kepala dan senyum-senyum. Setelah di dalam mobil Bintang bertanya,"Kamu ini kenapa sih Putrii sayang, manis, adikku, cintaku." Putri melanjutkan ocehannya,"Kak sebenarnya bareng kakak itu menyenangkan karena kakak kan ganteng, tapi masak kakak nggak dengar sih sejak awal kita jalan-jalan orang-orang pada ngeliatin kita, kalo liat kakak mereka pada kagum eh giliran liat aku ya ampun deh tatapan orang-orang, apa salah jadi orang pendek kayak Putri ya kak?" Bintang hanya menghela napas.
"Putri sayang, kok kamu pedulikan tatapan dan omongan orang sih, biarin mereka ngomong apa saja." Putri jawab dengan sewot," Ya jelas aku mikir kak, kan aku hidup, punya perasaan juga, mereka tuh kalo liat kita kayak handsome and the beast."
Bintang tertawa dengan keras,"Ya ampun putriiii sampek segitunya pikiran kamu." Aku mau pulang kak, males deh jadinya, nggak mood dah yg mau jalan2,"Putri semakin merajuk.
"Ok ok tapi makan dulu ya sayang, kakak lapar,"kata Bintang. Putri tetap tidak mau, malah mulai memerah matanya tandanya akan mulai menangis.
Akhirnya Bintang mengalah mereka kembali ke rumah Putri, yang kebetulan kedua orang tuanya akan ke luar menghadiri resepsi pernikahan akhirnya setelah menitipkan Putri pada Bintang, mama dan papa Putri berangkat.
Jadilah Bintang dan Putri makan berdua di rumah Putri. Putri makan tanpa bersuara, Bintang senyum-senyum saja mengingat kata-kata Putri di dalam mobil tadi, mereka makan berdua di sofa depan tv di ruang keluarga.
Tiba-tiba " Eh Put marah ya marah tapi tuh nasi masukin dulu yang ketinggalan di bibir, "ujar Bintang. Putri meraba-raba bibirnya dengan bingung, akhirnya Bintang yang mengambilkan, sambil memegang dagu Putri, jarak mereka cukup dekat, waktu Bintang mengambil butiran nasi tiba-tiba ia mengecup bibir Putri, sekilas tapi membuat Putri tercekat dan segera mengalihkan pada piring yang masih menyisakan beberapa sendok lagi.
Bintang yang sudah makan, segera minum dan meletakkan piring di meja makan. Ia menyadari kelancangannya, sempat bernapas dengan berat dan pura-pura mengacak rambut Putri. Setelah sama-sama makan mereka pura-pura asyik nonton tv, padahal mereka sibuk menenangkan hati masing-masing.
Jam sudah menunjukkan angka 22.00 tapi kedua orang tua Putri belum juga pulang, tak terasa Putri tertidur di sofa. Bintang membetulkan kepala Putri agar nyaman, ia pandangi gadis kecil yang sudah tidak kecil lagi.
Bintang mengusap pipi Putri, bibirnya, lalu berhenti di sana. Ingin menciumnya lagi tapi takut Putri bangun. Diusapnya lehernya perlahan, ia bergerak sedikit ah Bintang menghentikan usapannya kawatir putri bangun, ia nikmati wajah teman kecilnya yang polos, ada apa dengan pikiran dan hatinya bintang masih bingung, ia belum pernah jatuh cinta, seumur hidupnya hanya memikirkan rasa bersalah pada adiknya yg telah meninggal karena kecelakaan.
Baru sekarang setelah bertemu lagi dengan putri perlahan dan pasti ia mulai merindu jika tidak bertemu, berdebar jika menatap, Bintang hanya menggeleng perlahan, tangannya turun ke dada Putri, tangan Bintang bergetar, seumur hidup baru saat ini ia memegang benda yg aneh ini tapi membuat seluruh badannya bergetar, terlihat terlalu berat benda itu di tubuh teman kecilnya yang mungil, cepat ia pindahkan tangannya, lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
Bintang menggeleng dengan keras, lalu duduk agak menjauh ia tidak ingin merusak teman kecil yang akhir-akhir ini sering ia rindukan. Ia pandangi lagi wajah putri yang tidur dengan napas teratur.
Tepat jam 23.00 orang tua putri datang, Bintang segera pamit, namun ia urungkan saat papa Putri ingin menggendong anak kesayangannya ke kamar tidurnya, Bintang segera menggedong Putri dan membawanya ke kamarnya. Sesampainya di kamar, ia tidurkan, lalu ia pandang sekilas, selamat tidur bisik bintang dalam hati lalu ia tutup kamar Putri. Dan ia pamit pulang.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top