Spoiler [39]
"Tapi pingsan?" Hari yang kini bicara. Sejak memasuki ruang rawat kakaknya, ia tercengang. Kamarnya luas, fasilitasnya lengkap, belum lagi ada kamar yang khusus disediakan untuk keluarga yang menunggu pasien. Bayangkan saja, artinya ada dua kamar di ruangan ini.
Ditambah lagi, seorang pria yang masih mengenakan kemeja terlihat begitu memperhatikan kakaknya. Ya ... siapa lagi selain bos sang kakak yang ia kenali bernama Tio. Hari sudah beranjak dewasa. Pergaulannya juga bukan hanya kampus semata. Ada kafe yang menjadi dunia barunya mencari penghasilan lebih. Sedikit banyak ia pahami, ada yang berbeda dari cara pria itu memandang kakaknya.
Begitu Hari datang bersama Haikal, Tio menyingkir. Memberi ruang untuk tiga bersaudara ini.
"Kakak kecapekan aja," sahut Leony dengan senyum lebar. "Dokter sudah cek kondisi Kakak dan enggak ada yang perlu dikhawtirkan. Sudah boleh pulang pada—"
"Dari mana boleh pulang?" sela Tio dengan sebalnya. Padahal jarak sofa di mana ia duduk bersandar nyaman dan akan menikmati cup kopinya, malah jadi enggak santai lagi. Ini semua karena ucapan Leony yang sembarangan sekali. Apa katanya? Boleh pulang? Dokter sendiri menyarankan istirahat untuk tiga hari ke depan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top