° Two °
"Nee-chan~!"
Arisugawa Daisu-yang merupakan adik (Name) memasuki dapur rumah kakaknya itu, dan laki-laki berambut biru itu menghampiri (Name) yang sibuk memasak sesuatu.
"Nee-chan lagi masak apa?" tanya Daisu sambil memandangi (Name) yang memotong beberapa sayuran dan merebus sesuatu. Ia tersenyum lebar, menunjukkan ekspresi bahagia yang terlukis jelas di wajahnya. "Whoaa! Kelihatannya sedap sekali!"
"Pasti nee-chan memasak makanan untukku, 'kan~? Nee?"
(Name) menganggukkan kepalanya. "Tentu saja. Memangnya untuk siapa lagi?"
Daisu memamerkan cengiran khasnya dan tertawa riang tanpa dosa, membuat sang kakak menghela napas panjang. (Name) memang memasak makanan untuk adik semata wayangnya itu, yang dari beberapa hari yang lalu bilang ingin berkunjung ke rumahnya hari ini.
Untuk menumpang makan, tentunya.
Ah, tetapi Daisu bilang ia mampir karena rindu pada (Name), sudah cukup lama ia tidak bertemu dengannya. Oleh karena itu, (Name) menyetujui kedatangan Daisu meski ia sesungguhnya tahu-Daisu hanya ingin makan.
Pasti adiknya itu kalah judi lagi.
Dan rumah (Name) adalah salah satu tempat terbaik untuk mengisi perut Daisu. Daisu mengetahui kalau kakaknya yang baik dan murah hati bagaikan malaikat itu pastinya akan bersedia menampungnya di rumah ini.
"Yatta! Nee-chan adalah kakak terbaik sedunia~!" Daisu memeluk kakaknya itu kegirangan-dan langsung ditepis oleh (Name). Daisu pun menaruh perhatiannya pada sayur-sayuran yang dipotong oleh (Name). "Potong sayurannya jangan terlalu tipis, nanti aku tidak kenyang! Oh, dagingnya diperbanyak lagi~ Adikmu butuh gizi supaya tetap sehat, nee-chan!"
"Oh ya, minumannya-boleh aku minta beberapa kaleng bir? Atau susu tiga kotak juga boleh," kata Daisu seenaknya-tidak tahu diri, memang.
'Adik laknat,' pikir (Name). Andai saja Daisu bukanlah adiknya tersayang, dengan senang hati (Name) akan melayangkan talenan yang ia gunakan untuk memotong sayur itu sekarang juga, tepat ke kepala Daisu.
"Kau boleh ambil apa saja yang ada di kulkas nanti. Sekarang, bantu aku dulu," kata (Name) sambil menyodorkan pisau yang ada di tangannya pada Daisu. "Ini, potonglah. Aku akan memasak yang lain. Setelah itu, kau boleh makan sepuasnya."
"Ha'i, nee-chan!"
***
"Itadakimasu!"
Daisu dan (Name) duduk di meja makan, keduanya duduk berhadap-hadapan sambil mulai memakan makanan yang disajikan di atas meja. Kedua netra Daisu berbinar-binar, melihat banyaknya makanan yang dimasak oleh (Name). Ia begitu senang, rasanya tidak sabar melahap semuanya.
"Oishii! Masakan buatan nee-chan memang paling enak sedunia~!"
"Huh, kau memuji supaya aku tidak segan memberikan makanan untukmu lagi, kan?" (Name) menghela napas singkat sebelum memasukkan nasi ke mulutnya.
"Yah-itu salah satu alasanku memuji sih, hehee. Tapi, aku tidak berbohong kok!" seru Daisu, kemudian ia terkekeh pelan. Ia mengambil sepotong daging dan memasukannya ke dalam mulut, dan tersenyum lebar. "Ahh, oishii! Kalau nee-chan memasak seenak ini, aku yakin Gentarou akan senang saat ulang tahunnya nanti!"
Detik itu juga, netra ungu tua milik (Name) terbelalak, mendengar kata 'ulang tahunnya' yang diucap oleh Daisu.
Apa?
Ulang tahun ... Gentarou?
"Loh, kenapa nee-chan terdiam begitu? Aku salah bicara, ya?" tanya Daisu sambil mengunyah lagi makanannya.
(Name) menatap adiknya itu dengan tatapan ragu-ragu. "Ulang tahun Gentarou? Memang sekarang tanggal berapa?"
"Humm, aku tidak ingat," jawab Daisu sambil melirik kalender yang tertempel di dinding rumah (Name). "Tetapi, yang jelas sebentar lagi sudah memasuki bulan April. Ulang tahun Gentarou itu tanggal 1 April, kan?"
Gadis bermarga Arisugawa itu meletakkan sumpitnya di atas meja, dan seketika ia merasa lemas kala mengetahui ia nyaris saja melupakan ulang tahun kekasihnya sendiri.
"Oh, gawat. Aku ... aku belum menyiapkan apapun untuk Gentarou ...!"
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top