° One °

Hanami, ya?

Kalau (Name) ingat-ingat, biasanya bunga sakura bermekaran sekitar awal bulan April-tetapi, entah kenapa untuk tahun ini, bunga itu tidak mekar sesuai jadwal tiap tahunnya.

Hari ini bahkan belum mencapai penghujung bulan Maret-akan tetapi bunga sakura pun mulai bermekaran di sepanjang jalan. Kelopak-kelopak sakura pun berterbangan tertiup angin.

"(Name) ... ."

Gadis yang dipanggil dengan nama (Name) itu tidak menanggapi suara yang memanggilnya, ia melamun dalam diam dan larut dalam pikirannya sendiri. Sepasang netra yang ia miliki memandangi kelopak sakura yang menari-nari itu.

"Halo? (Name)~?"

Alih-alih menanggapi panggilan kedua, (Name) tetap terdiam dalam lamunannya itu-tanpa menyadari bahwa sosok yang memanggilnya sudah berkali-kali mengulang perkataan yang sama. Sosok yang memanggilnya itu hanya bisa menghela napas singkat.

Tiba-tiba, terbesit niat untuk sedikit menjahili dalam pikiran laki-laki yang sedari tadi memanggil (Name). Sebuah senyuman terulas di wajahnya.

Laki-laki dengan rambut coklat itu kemudian beranjak dari tempatnya duduk-menggeser posisinya untuk lebih mendekati (Name). Ia mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu-

"... Psss, nona editor, apa yang ada di pikiranmu sampai-sampai kau mengabaikanku seperti ini?"

-dan membisikkan kalimat tersebut langsung ke telinga gadis yang sedari tadi melamun dalam pikirannya.

***

"... Astaga, (Name) ... padahal kau tidak perlu menamparku begitu."

Yumeno Gentarou-laki-laki tersebut memegangi pipi kanannya yang sedikit kemerahan, oleh sebab tamparan yang dengan spontan dilayangkan oleh (Name) sedetik setelah ia berbisik di telinga gadis itu.

Sementara itu, (Name) hanya bisa menggaruk pipinya dan tertawa dengan canggung. "Maafkan aku-itu refleks."

"Boo~ Padahal Daisu saja tidak pernah menamparku, lho." Gentarou tersenyum tipis sesaat sebelum ia menenggak segelas teh hijau yang ia letakkan di meja kerjanya. "(Name)-neechan kejam~ Daisu-niisan saja lebih baik darimu."

Gentarou tertawa pelan setelah ia membuat-buat suaranya menjadi kekanakan-walau sesungguhnya ia menertawakan ekspresi (Name) yang tidak bisa diartikan oleh sebab mendengar suaranya itu.

"Ugh ... jangan samakan aku dengan Daisu!" (Name) ikut menenggak teh hijau yang sudah dibuat oleh Gentarou, kemudian ia memalingkan wajahnya ke arah lain. "Maaf karena aku tidak sebaik adikku ... ."

Ya, Arisugawa (Name) adalah kakak perempuan dari Arisugawa Daisu. Entah suatu kebetulan atau takdir-(Name) yang bekerja sebagai editor novel itu menangani novel karya sang novelis muda Yumeno Gentarou, yang merupakan rekan satu tim adiknya.

(Name) hanya selisih 3 tahun dengan adiknya itu. Akan tetapi, di usianya yang terbilang masih muda ini, ia tetap dikenal sangat handal dalam mengerjakan segala pekerjaan yang diberikan padanya.

Antara Gentarou dan (Name), keduanya menjadi semakin dekat setelah kejadian hampir setahun yang lalu.

Dan kini, keduanya berstatus sebagai sepasang kekasih.

"Fufufuu, uso desu yo. Di mataku, kau adalah gadis yang paling baik, jauh lebih baik dari semua orang yang kukenal." Gentarou menyunggingkan senyum untuk kesekian kalinya sembari mengusap-usap pucuk kepala (Name). "Saa, (Name). Bisa beritahu aku kenapa kau sedari tadi melamun?"

"Apa kau sedang ada masalah?"

(Name) menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak ada masalah sama sekali, kok. Aku hanya berpikir, tahun ini bunga sakura mekar lebih cepat dari biasanya."

"Hoo, benar juga. Tahun lalu, bunga sakura mulai bermekaran di bulan April," balas Gentarou sembari menatap ke luar, melihat-lihat kelopak sakura yang tadi dipandang (Name). "Lihat, bahkan kita belum memasuki bulan April, tetapi bunga-bunga sudah bermekaran."

"Kau benar, Gentarou."

Gentarou mengalihkan netra hijaunya ke arah kekasihnya itu, ia kemudian merangkul bahu (Name) dan membuatnya semakin mendekat padanya. "Kalau diingat kembali, saat aku dan kau menjadi sepasang kekasih juga pada saat bunga sakura bermekaran seperti ini, bukan?"

"Ya, itu kejadian yang sudah cukup lama ... tetapi aku masih mengingatnya dengan jelas." (Name) terkekeh pelan mengingat kejadian tahun lalu, di mana ia dan Gentarou masih berstatus sebagai editor dan novelis saja.

Gentarou menganggukkan kepalanya. "Fufufuu, bahkan sampai sekarang pun aku masih menyimpan semua surat yang kau berikan padaku, lho."

"Oh, ya? Kupikir kau sudah membuangnya."

Kemudian, keduanya saling bergandengan tangan, dan (Name) menyandarkan kepalanya di bahu Gentarou. Keduanya pun berbicara dan mengenang kembali saat awal-awal mereka menjadi semakin dekat seperti sekarang ini.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top