° Four °

"Silakan duduk, (Name). Maaf ya ruanganku agak berantakan-sebab aku tidak sempat membereskannya, aku terlalu fokus pada novelku."

Gentarou mempersilakan kekasihnya itu untuk duduk di sampingnya. Ia mengambil tumpukan kertas penuh coretan yang berserakan di meja, dan segera membuangnya ke tempat sampah. Ia mengelap tinta-tinta hitam yang tumpah ke mejanya, dan membuat ruangannya sebersih dan serapi mungkin yang ia bisa.

"Tidak terlalu berantakan, kok. Tenang saja, Gentarou," kata (Name) sambil tersenyum manis. Ia meletakkan tasnya di atas meja, dan kemudian mengambil posisi duduk di samping Gentarou. "Permisi, ya. Maaf karena aku jadi merepotkanmu."

"Fufuu, dasar (Name) ini." Gentarou tertawa kecil dan menatap (Name) yang duduk manis di sampingnya, sambil mengelus lembut pipi gadis itu. "Bukankah aku sudah bilang kalau kau tidak merepotkan sama sekali? Justru aku yang mengajakmu ke sini, 'kan?"

Semburat merah tipis kembali muncul di wajah (Name), ia tak bisa menahan diri untuk tersenyum. Tangannya menyentuh tangan Gentarou yang mengelus pipinya, kemudian ia menatap kekasihnya itu malu-malu. "I-iya sih ... tapi kan-"

"Sshhh, jangan khawatir. Kau tidak merepotkan sama sekali. Justru aku sangat bahagia kalau (Name) sayangku ini berada di sini," potong Gentarou sebelum (Name) melanjutkan kalimatnya lagi. "Terima kasih sudah menyempatkan diri untuk datang ke mari."

"Gentarou ... mulutmu selalu saja mengeluarkan kata-kata manis," kata (Name) sambil menjauhkan tangan Gentarou yang sedari tadi masih mengelus pipinya. Kini ia beralih untuk menyandarkan kepalanya di bahu Gentarou, sambil menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang semakin merona. "Untungnya, aku menyayangimu Gentarou."

"Aku juga sayang padamu, (Name)," jawab Gentarou sambil terkekeh melihat tingkah kekasihnya itu.

Gentarou tahu betul seberapa manisnya (Name) saat sedang tersipu atau malu-malu, dan ia selalu menyukainya. Terkadang, ia tak segan-segan menggoda (Name) hanya untuk melihatnya merona. Sikap yang (Name) tunjukkan sungguh berkebalikan dengan sikap sehari-harinya yang lebih serius dan sedikit keras kepala.

"Kau harus tahu, di dunia ini aku hanya menyayangimu seorang saja, (Name)." Gentarou meraih tangan (Name) dan mencium punggung tangan gadis itu lembut. "Dan aku harap, kau juga hanya memiliki rasa sayang padaku saja."

Senyuman tulus terulas di wajah manis Gentarou. Saat (Name) melihatnya, jantungnya semakin berdebar-debar tak keruan. Ia pun kemudian menggeser tubuhnya, guna memberi jarak dengan Gentarou-sebab (Name) tak mau Gentarou mengetahui detak jantungnya yang sangat berdebar-debar, bisa-bisa ia akan semakin iseng menggodanya.

Dan tentunya godaan Gentarou akan membuatnya semakin 'meledak' karena malu. (Name) tidak ingin itu terjadi.

"A-ah, ngomong-ngomong, apa kau ada rencana di tanggal 1 April nanti?" tanya (Name) mendadak, berusaha mengalihkan topik pembicaraan mereka berdua. "Aku ingin mengajakmu hanami bersamaku."

"Eh, apa? Tanggal 1 April?"

(Name) mengangguk mantap dan menatap Gentarou dengan sangat antusias. Ia memberanikan diri untuk mengajak Gentarou untuk pergi hanami bersama di awal bulan April nanti.

Ya, tepat di tanggal 1 April, pada saat ulang tahun sang novelis muda itu. (Name) yakin kalau Gentarou yang memiliki insting tajam mengerti maksud dan tujuan (Name) yang sebenarnya-yaitu merayakan ulang tahun Gentarou bersama.

"Benar. Tanggal 1 April." jawab (Name) semangat. Kemudian ia mengambil ponsel dan menunjukkan artikel yang ia baca. "Lihat, hanami di sini bagus, 'kan?"

Gentarou tersenyum ragu-ragu, ia sangat senang karena (Name) mengajaknya pergi bersama. Tetapi-gelagatnya agak aneh, ia memandang (Name) dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. "Bagus, kok."

"Syukurlah! Aku juga merasa tempat ini bagus!" kata (Name) sambil tersenyum ceria. "Kalau begitu, tanggal 1 April nanti kita pergi ke sana ya, Gentarou. Sekalian merayakan ulang tahunmu, hehe."

"Anu, maaf (Name). Aku sangat berterima kasih padamu, tapi ... sebenarnya di tanggal 1 April itu-"

Gentarou kemudian menjelaskan alasannya kepada (Name), dan senyuman di wajah putri sulung Arisugawa langsung lenyap seketika.

"Eh?"

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top