Hari Pertama
Musim dingin telah sirna. Kebun dan ladang yang tertutup selimut putih pun kini telah mulai memunculkan warnanya.
Mentari menggelarkan sutra emasnya untuk membantu agar suasana lebih hangat. Para makhluk di negeri matahari terbit ini pun langsung memulai aktivitasnya seperti biasa.
Termasuk seorang gadis bersurai gothic amethys dengan manik merah yang tengah menyusuri jalan. Dengan tas di punggungnya, ia menyambut musim baru dengan bersekolah.
Sekolah yang ia tempati pun tidak terlalu jauh dari rumahnya. Hanya lima belas menit, ia sudah sampai disana.
"Selamat pagi, Neko-chan!"
Suara ceria itu selalu menyambut sang gadis di manapun ia berada. Dan, ya, nama gadis itu adalah Kurosaki Neko.
"Selamat pagi, Rin, Sachi," balasnya pada kedua sahabatnya, Rin dan Megumi Sachi.
"Hah, rasanya... musim dingin membuatmu sedikit kurus ya, Neko-chan," ucap Sachi sembari membuka lokernya.
"Eh? Kurus? Aku rasa tidak," balas Neko.
"Neko tidak seperti kau, Sachi. Kerjaanmu hanya makan lalu tidur," omel Rin yang langsung menutup lokernya.
"Siapa bilang kalau ...." Sachi langsung berhenti bicara saat menyadari adanya dua pria yang melewati mereka bertiga. Ya, satu pria bersurai hitam sedikit panjang dengan manik merah darah dan satunya lagi bersurai dark blue yang diikat ponytail dengan manik biru langit.
Sachi langsung mendekat dan mencengkeram bahu Neko dengan tatapan gemas. Rin yang melihat hal itupun langsung membuat jarak antara Neko dan Sachi.
"Rin, jangan begitulah," ucap Sachi sembari memanyunkan bibirnya.
"Kau bisa merusak seragam Neko, baka! Ya sudah, mari ke kelas," tukas Rin yang membuat Sachi semakin menekuk wajahnya.
Selama melewati lorong kelas, mereka bertiga hanya membicarakan hal-hal terkait pembelajaran nanti. Bahkan, mereka juga tidak sungkan-sungkan untuk berdebat dari hasil pembelajaran mereka semalam. Ditambah dengan posisi mereka yang saat ini sudah akan lulus, membuat suasana semakin mendukung untuk berdebat semaksimal mungkin.
"Oh, kalian terus berdebat sedari kelas dua."
Suara bariton membuat Sachi dan Rin yang terus-menerus berdebat, kini menjadi hening. Sachi mengambil seribu langkah untuk menghindari dua pria itu. Sementara Neko dan Rin, mereka hanya bersikap biasa saja.
"Selamat pagi, Kashuu, Yasusada," sapa Rin.
"Selamat pagi, Rin," balas kedua pria itu secara serempak. Lalu, pria bermanik merah darah itu mengalihkan tatapannya pada seorang gadis yang tepat berdiri disebelah Rin, "Kau yang absen lama itu ya?"
"Kurosaki Neko, salam kenal," ucap Neko sembari sedikit menunduk kepala.
"Aku Kashuu Kiyomitsu dan dia Yamatonokami Yasusada, salam kenal," ucap Kashuu dengan senyuman yang terukir di wajahnya.
"Salam kenal untukmu juga, Kurosaki," balas Yasusada.
Tidak lama setelah perkenalan itu, beberapa gadis mulai mengerubungi Kashuu dan Yasusada. Baik Neko dan Rin hanya mengedikkan bahu lalu kembali ke tempat duduk mereka.
*****
"Sekian yang dapat ibu sampaikan. Selamat beristirahat."
Wanita paruh baya itu langsung keluar dari ruangan yang membuat para siswa mulai ribut. Namun, Neko sama sekali tidak berminat mengobrol dengan siswa lainnya. Jikalau iya, ia hanya membahas hal-hal singkat lalu diam lagi.
Berbeda hal jika bersama dengan kedua sahabatnya. Ia menjadi sangat ribut dan usil disaat bersamaan.
Seperti apa yang terjadi sekarang. Ketiga gadis itu memilih menghabiskan bekal mereka di atap sekolah. Beratapkan langit dan ditemani semilirnya angin, mereka bercanda tawa dengan lepas.
"Akhirnya aku merasa lega," ucap Sachi yang masih mengunyah makanannya.
"Telan dulu, Sachi. Baru kau boleh bicara," tegur Neko.
"Primitif. Sepertinya tata krama belum ditemukan," ucap Rin dengan wajah tanpa dosa.
"Enak saja. Aku sudah belajar tata krama dari zaman baheula," ucap Sachi.
"Masa?" timpal Neko dengan wajah polos.
"Iya, benar. Tidak seperti kalian yang belajar tata kramanya telat," ucap Sachi.
"Walaupun telat, setidaknya kami sudah berbicara dengan Yasusada terlebih dahulu," ucap Rin yang membuat Sachi menggenggam sumpitnya lebih erat. Beruntungnya, hari ini Sachi menggunakan sumpit aluminium. Karena jika kayu, mungkin ia tidak bisa menghabiskan bekalnya.
"Mereka siswa baru?" sela Neko yang berhasil mengubah suasana menjadi lebih serius.
"Um, mereka pindah semenjak kau absen," sahut Rin.
"Dan saat yang lainnya tahu jika kita mendapatkan dua ikemen, terkadang kelas lain datang ke kelas kita hanya untuk bertemu mereka berdua," timpal Sachi.
"Lalu, mengapa tadi sepi?" tanya Neko.
"OSIS sudah membuat aturan agar kelas kita tetap seperti kelas biasa," jawab Rin singkat dan Neko hanya mengangguk sebagai responnya.
Setelahnya, mereka makan dalam keheningan. Hanya angin yang terus berhembus membuat suasana hening ini menjadi suatu ketenangan sendiri bagi mereka.
"Oh, ternyata kalian disini."
"Ada apa, Kashuu?" tanya Rin. Sementara kedua temannya hanya sibuk dengan bekal masing-masing.
"Neko, saat jam kedua ini, kau dipanggil ke ruang guru," ucap Kashuu yang membuat Neko menatap dan memberikan anggukan kecil padanya, "Terimakasih."
Kashuu hendak pergi. Tapi, Rin meminta Kashuu untuk berhenti sejenak.
"Kashuu, sampaikan salam Sachi untuk ...."
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Rin sudah dibungkam oleh Sachi dengan tangannya. Sachi pun memberikan senyuman kikuk. Sementara Neko, ia hanya sedikit tertawa melihat tingkah Sachi yang sudah lama tidak ia lihat.
"B-bukan apa-apa," ucap Sachi yang membuat Kashuu langsung pergi.
Setelah dirasa pria itu sudah tidak ada dari jangkauan, Sachi memukul bahu Rin.
"Itu tidak lucu, Rin," ucap Sachi.
"Kalau tidak lucu, mengapa Neko tertawa?" balas Rin.
"Karena kau yang membuatnya tertawa," ucap Sachi.
"Bukan, karena kau terlalu malu-malu pada Yasusada," balas Rin.
"Oh, aku mengerti. Jadi, Sachi diam-diam menyukai Yasusada," ucap Neko dengan tampang usil yang tampak seperti memberi kode pada Rin. Dan Rin pun mendapatkan sinyal itu dengan tersenyum jahil.
"Kalian!!!!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top