04

Kalau kata temannya si cameo yang tak pernah disebutkan namanya sih, kalau sudah berurusan sama yang namanya Bakugou katsuki lebih baik stay away soalnya nanti juga bakal disuruh go away, begitu.

Jadi [Name] amalkan nasehat asal-asalan teman masa kecilnya itu, meski menyebalkan dia orang yang bisa dipercaya.

Tapi belakangan ini sepetinya [Name] sedang sial. [Name] pikir dia baru saja membuat marah salah seorang bibit unggul pahlawan paling kuat UE. [Name] sudah dengar jika Bakugou memang sering berperilaku kasar pada banyak orang tapi raut wajahnya di tempo hari membuat [Name] merasa sedikit was-was.

Pikirannya kemana-mana. Bagaimana jika nanti Bakugou menghajarnya!?

Catatan, salahkan si cameo karena membuat [Name] berprasangka seburuk itu pada Bakugou. Entah apa saja yang dia ocehkan tentang Bakugou.

Karena perasaan takutnya yang tidak rasional, pada akhirnya [Name] memutuskan untuk menghampiri Bakugou di keesokan harinya. Dengan tangan yang sedikit gemetar, [Name] menepuk bahu Bakugou dari belakang.

Terkejut disentuh tiba-tiba, Bakugou hampir meneriaki orang yang menepuknya jika saja dia tidak menyadari siapa si pelakunya.

"Ah, maaf. Apa ku membuatmu terkejut?" Tanya [Name] merasa semakin tidak enak.

Lidah Bakugou terasa kelu, tidak dapat menjawab pertanyaan simpel gadis di hadapanya. Diam-diam dia merutuki si Penulis yang membuatnya terlihat menyedihkan hanya karena si Penulis payah dalam membuat percakapan hingga hampir seisi chapter hanya diisi dengan narasi.

"Begini, aku hanya ingin meminta maaf soal kemarin."

Oke, baik. Bakugou sedikit bingung.

"Ada apa memangnya kemarin?" Bakugou bertanya, alisnya bertaut bingung. Rasanya tidak ada yang salah kemarin.

"Itu. Saat aku menghalangi jalanmu, kau terlihat kesal. Jadi ketimbang merasa bersalah aku jadi minta maaf. Maaf jika ini terdengar konyol."

Bakugou benar-benar bingung sekarang. Itu hanya insiden kecil, apa [Name] orang yang sangat sensitif?

Bakugou hampir bertanya sampai akhirnya dia menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Tidak seperti banyak anak laki-laki di kelasnya, Bakugou itu peka dan pandai membaca situasi.

"Oh, lupakan. Aku tidak marah sama sekali. Tapi jangan menghalangi jalan orang lagi."

Lega dengan jawaban Bakugou. [Name] menghela nafas, nyawanya selamat kali ini.

"Iya, terima kasih."

Keduanya lalu diam. Tidak ada yang bicara.

'.... kenapa belum pergi?' Tanya [Name] dalam hati, bimbang harus menunggu Bakugou pergi lebih dulu atau pamit lebih dulu.

"Kau..."

[Name] menegang.

"Apa kau akan ikut Hanami?"

"Eh?" [Name] tercengang, pertanyaan... apa ini?

Tidak ingin mempermalukan diri sendiri, Bakugou buru-buru mencari alasan.

"Bukannya aku peduli atau penasaran. Hanya iseng bertanya saja."

"Ah..." [Name] mengangguk paham.

"Yah, mungkin." Jawab [Name] tidak yakin, disertai senyum yang sedikit kikuk.

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top