02
Musim semi.
[Name] menyukai musim semi dan makna yang dilambangkannya. Semangat dan harapan baru, terdengar indah di telinga. Harapnya sih, [Name] mendapat semangat dan harapan baru itu tahun ini tapi sepertinya kali ini sedikit sulit mengingat semua harapannya serasa sudah sirna semua.
"Ah, aku menyerah. Kenapa sesulit ini untuk jadi anak gaul.
Mau punya pacar saja juga lebih susah daripada belajar kanji."
... yah, sebodoh apapun harapan terdengar. Seseorang yang kehilangan harapan itu tetap menyedihkan, bukan?
"Heh, memangnya kenapa?" Seorang gadis lain yang berjalan berdampingan [Name] berkutik. Dengan rambut hitam dan manik mata kecokelatan, ia memasang tampang khasnya yang membuat kesal.
"Siapa yang butuh pacar dan jadi gaul kalau kau punya teman luar biasa seperti aku?"
[Name] diam tidak terkesan.
"Kau alasan kenapa aku ingin jadi gaul." Tukas [Name] setelah keheningan yang canggung, kemudian berjalan medahuluinya. Tak perlu di sebutkan siapa si 'nya' itu. Tidak penting, cuman cameo yang Author siapkan karena kekurangan pemain.
Mengabaikan temannya yang tertinggal jauh. Mata [Eyes color]nya menatap kelopak Sakura yang berguguran, aroma musim semi yang khas menyerbak kemana-mana. Udara dingin yang selalu membuat badannya gemetaran pun hilang tergantikan hangat yang menyelimuti. Tak salah musim semi menjadi musim favoritenya.
"Hei, jangan asal tinggal aku seperti itu dong."
Masih bisa menyusul ternyata.
"Ngomong-ngomong, Hanami nanti mau ikut tidak? Aku mau ulur tikar di depan asrama bersama yang lain."
Hanami, ya?
Tradisi tahunan memandang bunga di bulan juni, biasanya Hanami dilakukan sambil kumpul keluarga tapi tahun ini untuk mecegah hal-hal buruk terjadi, tak satu pun murid di UE diizinkan pulang ke rumah.
Sedih sih tapi [Name] tidak terlalu peduli. Toh, keluarganya juga hampir tidak pernah merayakan Hanami bersama.
"Tidak. Aku melihat dari balkon saja." Tolak [Name] mentah-mentah.
"Hee, kenapa!? Tapi kau bilang kau suka musim semi, kau suka bunga, kau-"
[Name] menutup telinga, lelah dengan ocehan temannya yang tak bisa menutup mulutnya sedetik pun.
[Name] memang menyukai bunga dan musim semi tapi untuk merayakan tradisi tahunan dengan banyak orang, tak benar-benar membuatnya merasa antusias. Jadi seperti tahun-tahun sebelumnya, [Name] mungkin hanya akan memandangi bunga Sakura sendirian.
Beberapa langkah sebelum memasuki gedung sekolah, [Name] berhenti. Memandang selembar kain berwarna putih dengan jahitan berwarna pink yang membentuk pola bunga sakura. Penasaran, [Name] memungutnya dan segera menyadari bahwa itu sapu tangan laki-laki berambut pirang yang berjalan di depannya.
"Permisi," panggil [Name].
"Sepertinya kau menjatuhkan sapu tanganmu."
Dan tepat ketika yang dipanggil menengok. Kedua mata mereka bertemu, nafas [Name] tercekat dan jantungnya seakan berhenti berdetak.
Belum sempat si empu sapu tangan mengucap sepatah kata, [Name] buru-buru pergi sambil mengangguk, tak ingin dianggap tidak sopan.
Jantung [Name] berdebar kencang.
Dia kenal betul siapa orang itu, Bakugou Katsuki. Semua orang tau dia siapa, orang yang menjadi juara 1 di festival olahraga tahun lalu dengan kepribadian meledak-ledaknya.
'Seram! Tiba-tiba bertemu dia, bikin kaget saja.' Batin [Name], merinding karena mendapat kesempatan langka berhadapan langsung dengan Bakugou.
Apa? Kalian pikir [Name] akan jatuh cinta pada pandang pertama? Mana mungkin. Lagi pula, memangnya ada yang seperti itu?
Yah, jika kita mengalihkan perhatian kita pada Bakugou yang membeku di tengah jalan dengan wajah memerah dan jantung berdebar kencang.
Aku sendiri jadi tidak yakin harus menjawab apa.
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top