Hydrangea;Eve
🌺🌺🌺
Aku hanya bisa melihatnya dari ujung kelas,
Berharap bisa lebih dekat barang selangkah saja denganmu.
🌺🌺🌺
"Hei~ kau tahu tidak, Eve-kun peringkat satu lagi loh kemarin!"
"Sungguh? Ah, dia memang sangat pintar, ya!"
"Kau tahu, lagu barunya kemarin sangat bagus dan sudah mencapai dua juta views, loh!"
"Uwah, yabai~"
"Lihat, Eve-kun memang hebat sekali, ya!"
"Hmm? Apa-apaan nada bicaramu itu, kau menyukainya?"
"E-eeh?! Bu-bukan begitu!"
"Hahaha, tidak perlu berbohong, semuanya tergambar jelas dari wajahmu,"
"Huh! Wajar 'kan kalau aku menyukainya, satu kelas bahkan guru-guru juga senang dengannya!"
Aku menenggelamkan kepala di lipatan tangan kala mendengar para gadis sibuk berbisik-bisik soal bintang kelas.
Eve namanya. Si Jenius.
Apa yang dikatakan gadis-gadis itu tidak salah, Eve memang disukai siapa saja. Dia sopan, berbakat, sangat pintar, ah, dia juga cukup manis; siapa coba yang tidak suka dengan sosok seperti itu?
Akupun begitu.
Ah, ya, lupakan saja diriku yang tidak berguna ini. Yang selalu menyendiri di pojok kelas dan melamunkan hal-hal aneh. Yang tidak punya teman dan tidak punya bakat dalam hal apapun.
Aku dan Eve memang sejauh itu.
Sebesar apapun rasa ingin tahuku padanya, takkan pernah tersampaikan. Lebih baik aku memendamnya, dan tetap seperti ini. Soalnya kami terlalu jauh, bahkan tempat duduk di kelas saja dari ujung ke ujung jaraknya.
Seakan dunia memang menolak kami untuk tahu satu sama lain.
Kupandangi awan-awan berarak siang ini, gelap.
"Ah, sepertinya akan hujan badai."
🌺🌺🌺
Benar saja, pulang sore itu, hujan turun dengan derasnya. Dihiasi kilat dan petir sesekali.
Aku keluar sekolah terlambat dari biasanya karena ternyata ketiduran di kelas dan jelas saja tidak ada yang mau membangunkanku.
"Keterlaluan memang, tapi apa boleh buat," desahku saat mengunci loker setelah mengambil payung di dalamnya.
Hujan masih sangat deras saat aku sampai di lobby. Tentu saja keadaannya sudah sangat sepi karena ini sudah terlampau sore.
Aku baru saja hendak mengembangkan payung saat melihat sosok seseorang di ujung sana.
Menggumam sejenak, "Ah, kasihan sekali, pasti dia tidak membawa payung,"
Wajahnya tidak jelas, tangannya terjulur menadahi air hujan yang turun, ia hanya terpaku begitu saja.
Aku ingin meninggalkannya saat ekor mataku menangkap tubuhnya yang nampak gemetar, "Oh, sepertinya dia tidak baik-baik saja," ucapku lantas bergegas berjalan mendekat.
Beberapa meter lebih dekat aku baru menyadari bahwa sosok itu adalah lelaki yang selalu berjarak jauh denganku. Begitu jauh.
Eve.
Seketika aku terdiam. Tidak berniat mendekat lagi, bahkan napasku rasanya tertahan.
Sosoknya terlihat ringkih dalam pias air hujan, terlihat lelah. Akupun ragu.
'Harus apa aku? Eve-kun sepertinya sangat lelah … dan aku tidak tahu kapan hujan akan mereda …,' dilema muncul memenuhi kepalaku.
"Ah!" aku memekik kecil kala menyadari diri memegang erat payung ungu di genggaman.
Meneguk ludah sekali, menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri, kemudian kembali mendekati sosok Eve.
Sepertinya ia sadar ada yang mendekat, aku tidak peduli, cepat-cepat kusodorkan payung, "I-ini! Pakailah payung ini Eve-kun!" astaga aku terbata.
Eve terlihat kaget dengan kehadiranku, "Ta-tapi …,"
"Sudahlah pakai saja!!!" seruku kencang memaksa Eve mengambil payung yang kuberikan lantas berlari menembus hujan.
Aku malu sekali, tapi juga senang. Ini pertama kalinya aku bisa bicara sedekat itu dengan Eve.
Aku terlalu senang hingga tidak peduli dengan air hujan yang terus membasahiku, dan mungkin akan membuatku absen karena demam besok.
🌺🌺🌺
Iya aku benar-benar demam kemarin, ditambah seharian dimarahi oleh ibu membuatku tidak betah terus berada di rumah dan memutuskan sekolah pagi ini.
Aku berangkat pagi-pagi sekali, karena ingat hari ini juga aku ada jadwal piket.
Baru saja aku memasuki kelas sudah terkagetkan oleh sosok Eve di kursi pojok depan kelas sambil membaca buku.
Melihatnya membuatku teringat kejadian itu yang lantas malu dan menundukkan kepala bergegas menuju mejaku di pojok kelas.
'Kenapa dia datang pagi sekali?!' pikirku menghela napas.
"Eh?" Pandanganku terfokus pada benda di atas meja saat membuka mata.
Itu payungku. Dihiasi sebuah bunga hydrangea berwarna senada yakni ungu.
Aku meraih bunga itu, ah, ternyata disangkutkan pada gagang payungku. Mengangkat payung dan bunga itu dengan hati-hati berusaha tidak merusaknya.
Sebuah kartu kecil terselip jatuh.
Memungutnya, berusaha membaca tulisan yang tertera di sana.
'Terimakasih untuk payungnya.'
Aku tersenyum kikuk karenanya, membalik kartu mungil tersebut.
'Aku harap kau mengerti, kalau aku ingin mengenalmu lebih jauh. Sungguh!'
Aku tersentak, tanpa sadar menoleh ke arah Eve di sudut ruangan.
Ia tengah menatapku juga, pandangan kami bertemu.
Sebuah senyum manis tergambar di sana, seakan berkata,
'Mulai saat ini, mari hapus jarak diantara kita.'
—fin.
🌺🌺🌺
Special tag— hvnlysprng
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top