Cherry Blossoms🌼05
Pembulian terhadap gadis yang dirumorkan itu dapat terelakkan saat pergantian jam pelajaran maupun jam istirahat. Gadis itu adalah aku. Mungkin saat di kelas para siswi yang mulai membenciku enggan mendekat karena tempat dudukku tepat berada di belakang Eto-kun. Mereka tidak ingin membuat pemuda itu kesulitan.
Saat istirahat, dua sahabatku langsung menggeser tempat duduk, menjadi barikade. Ditambah Ayame serta teman dekatnya hadir ke kelas untuk makan siang bersamaku.
"Eto-kun mengirim pesan SOS pada Ken-chan dan Ryouta, karena itu aku di sini," bisiknya padaku.
Aku terharu akan bantuan mereka. Meski begitu, bagaimana pun permasalahanku, nama baikku, harus dibersihkan secepatnya. Aku tidak ingin menjadi kambing hitam--padahal orang-orang yang dianggap terkena bencana malah berakrab ria bersamaku.
"Paling juga ambil muka."
"Fujita-san terlalu baik pada gadis rendahan itu."
"Mungkin kasihan. Dia kan anak yatim piatu."
Aku hanya bisa diam, menahan kekesalan dalam hati. Bagaimana pun kalimat yang terlontar dari mulutku tidak akan diterima oleh mereka. Setidaknya aku harus minta bantuan Ayame. Saat kuutarakan kehendakku dengan bisikan, gadis itu malah tersenyum.
"Sebaiknya tunggu tindakan Ryota saja."
Menunggu pemuda itu melakukan apa? Sebuah atraksi? Memang sih, wajah manisnya yang penuh 'perdamaian' itu, jika bicara pasti akan dimaklumi semua orang. Namun, apa yang akan ia lakukan? Membayangkannya saja membuatku merinding.
Tanpa terasa, sehari di sekolah dapat kulewati tanpa adanya nyawa yang melayang. Namun napasku sudah terasa sesak akan tatapan tajam sekitar. Ditambah otakku panas gegara memikirkan cara 'kabur' dari para penggemar fanatik di sekolah ini.
Seseorang menepuk pundakku dari belakang. "Hinaka, kita temani kamu sampai pulang, ya?"
Dua sahabat yang selalu ada untukku. Aku terharu akan perhatian mereka. Aku berbisik, "Terima kasih, tapi arah bus kalian beda denganku. Setidaknya sampai halte saja." Rasanya tidak enak hati sampai merepotkan mereka.
"Ouji!" pekik seorang siswi di kelas.
Aku turut menoleh ke pintu kelas. Benar saja! Sosok Sakuraba-kun telah berdiri di sana, menatap ke arahku. Kukira ia akan memberikan raut ketus padaku, seperti biasa. Namun prediksiku salah besar! Ia malah memasang senyuman dengan pipi kemerahan.
"Hinaka~, pulang bareng, yuk!"
Hening.
Seketika sepenjuru kelas--tidak, bahkan murid-murid di koridor pun menghentikan sikap. Mereka pasti sama terheran-herannya denganku. Sosok Sakuraba-ouji yang tidak pernah mengajak pulang seorang siswi; dan aku yang tidak pernah diperlakukan manis seperti itu.
Beberapa detik kemudian terdengar pekikan histeris. Pelakunya adalah dua sahabatku.
"Lihatlah, Hinaka kita! Ia benar-benar pacaran dengan Pangeran Sekolah!"
"Ternyata kecemasan kami sia-sia, ya?"
Gumaman demi gumaman tidak mengenakkan memenuhi kelas--seakan sudah mengganti udara yang tengah kuhirup.
"Ma-mana mungkin gadis rendahan ini pacaran dengan Ouji! TIDAK MUNGKIN!" Seorang siswi memekik seraya menunjuk batang hidungku.
"Iya. Mana mungkin dia pacarku." Sakuraba-kun menjawab seraya melangkah ke arahku. Ukh, bisa kupastikan kini ia akan membeberkan kalau selama ini aku adalah 'orang suruhannya', karyawan toko bunga yang tengah dikelolanya. Telapak tangannya mendarat di atas kepalaku, sedikit mengusapnya. "Dia tunanganku."
"HAAAAA???"
Seluruh penjuru kelas--tidak, bahkan kini seluruh sekolah akan menjerit protes mendengar jawabannya barusan.
"Hah?"
*
*
*
"Kamu bilang 'tunangan', situasi dan eksistensiku di sekolah semakin runyam, tahu!"
Aku protes. Tentu saja aku protes! Hanya dalam beberapa minggu, 'jabatanku' berubah drastis menjadi 'tunangan'. Bisa, ya? Dan lagi, kalau tunangan itu harus ada acara resminya! Setidaknya kasih aku kalung atau cincin sebagai bukti atas pertunangan. Jika ingin membual untuk menutup mulut para penggemar, sebaiknya jangan katakan hal serius seperti itu, dong!
Lalu kini responnya apa? Pemuda itu hanya tertawa pelan. Tampaknya ia tengah menikmati reaksiku yang benar-benar kacau akan pernyataan 'tunangan'.
Saat ini kami berada di dalam bus. Entah kenapa rasanya tidak ada seorang pun murid dari sekolah kami yang berani turut naik bus ini. Karena itu, suasananya cukup tenang mengeluarkan uneg-uneg dan ia dengan santainya duduk di sebelahku.
"Tak perlu khawatir. Tinggal menunggu Ayame melakukan tugasnya."
Keningku berkerut. "Tugas?"
"Kelompoknya, kan. suka menyebar gosip. Biar dia bicara pada teman-temannya tentang kita. Sakuraba Ryouta itu sebenarnya sudah punya tunangan. Baru terungkap setelah pertengkaran lalu. Dan kita berdamai dengan cara pergi ke pesta ulang tahun bersama. Para gadis, kan, suka cerita romansa. Dengan alur seperti itu, bagaimanapun, mereka akan menerimanya."
Dia bicara dengan sangat entengnya tanpa mengetahui ada puluhan gadis yang akan patah hati atas omong kosong tersebut.
"Kamu tidak takut gosip itu akan terdengar oleh keluargamu? Bukannya cerita itu malah semakin terdengar fiksi saat keluargamu menyangkal kabar tersebut?"
Ia menatapku dengan senyuman akan kepercayaan diri nan penuh. "Karena itu tujuanku kembali pulang menghadapi orang 'tua' itu."
Kupastikan kedua mataku membola. "Maksudnya?"
Ia kembali meluruskan pandangan, bersandar, seakan tengah menghindar pertanyaanku.
"Sakuraba-kun." Aku memanggil namanya secara formal, menandakan aku tengah ingin bicara serius. "Status 'pacar' masih mending dimengerti. Lain hal dengan kata 'tunangan'. Apalagi kamu berasal dari keluarga terpandang. Kamu tidak mungkin main-main mengatakannya, kan?
"Apa jadinya jika keluargamu mendengar kabar burung bahwa anaknya yang bernama 'Ryouta' memiliki tunangan bernama Fuusawa Hinaka? Bisa jadi kamu memang sudah memiliki tunangan saat keci?
"Sakuraba-kun, aku bukan anak kecil atau pun gadis biasa yang bisa kamu tipu. Jadi, apa yang kamu lakukan pada keluargamu mengenai hubungan kita ini?"
Pemuda itu tidak menjawab langsung, bahkan tidak melirik padaku. Ia menghirup dan menghela napas dengan gerakan kaku. Lalu menutup mata. Menaikkan kelopak mata kembali, dan kini ada isyarat sendu terpahat di wajahnya.
"Aku akan menjelaskannya suatu saat nanti. Sekarang, kau bisa tenang, tidak? Padahal sudah lama tidak bertemu, kau tidak ada rasa bahagia atau deg-degan bertemu lagi denganku?"
Mataku mengerjap kikuk. "Soal itu... tentu saja... gugup..., tapi...."
Aku tidak lagi duduk menghadapnya, ikut bersandar, menoleh ke jendela. Walau aku tidak ingin menerka, tapi firasatku Sakuraba-kun menawarkan suatu hal--bahkan mungkin nyawanya--pada orang tuanya. Dan 'sesuatu' itu diterima mereka. Imbalannya adalah 'sebuah kebebasan'. Kebebasan memilih dengan siapa ia akan menautkan masa depan.
Kami baru SMA, tapi ia telah memilihku sebagai orang yang akan mendampinginya di masa depan. Aku tidak sangka Sakuraba-kun akan seserius ini kala menjalin hubungan. Namun, apa yang ditawarkannya pada orang tuanya sehingga ia berani mengatakan bahwa aku adalah tunangannya? Apa itu berarti orang tuanya setuju bahwa 'kali ini' akulah tunangan Sakuraba Ryota?
"Oh, iya, kenapa kamu ikutan naik bus?" tanyaku kemudian, baru ingat. Seharusnya ia pulang ke rumah orang tuanya, kan? Bukan toko bunga lagi.
"Sesekali mampir. Nanti malam supir akan menjemputku. Terlebih, aku kangen."
Wajah hingga ubun-ubunku terasa panas. Dengan mudahnya ia berkata... ka-ka-ka-kangen?
"Selama ini kita pulang-pergi sekolah bersama, tapi tidak bisa duduk bersama, atau gandengan tangan. Sesekali beri aku pengalaman pacaran layaknya anak sekolah biasa, dong! Selama ini aku iri lihat Ken mesra-mesraan dengan Ayame. Sengaja sekali memanas-manasiku semenjak ketahuan suka kamu."
"Eh?"
"Ah--keceplosan...."
Dia membuang muka, menunduk, menutup wajah yang tengah kemerahan. Aku malah menjadi patung seketika. Otakku agak konslet. Selama ini ia berkata ketus, memarahiku--semua sikap itu maksudnya apa? Menutupi rasa malu karena berada di dekat orang yang di..sukai? Sekarang ini malah terang-terangan menyatakan perasaan dengan pipi tersipu? Memikirkan sikapnya selama ini padaku memang bikin kepalaku pusing.
Namun, kalau dilihat-lihat lagi... caranya tersipu kok... lucu, ya?
*
*
*
bersambung
*
14/05/2022
Insyaallah satu bab lagi tamat, ya! >/////<
Hiksss akhirnya bisa tamatin satu karya lagi!
Btw, Hanakotoba versi orific-nya sudah ada 1 bab di akun sebelah (@koibumialana) , tapi belum bisa aku lanjutin. Garis besar cerita sama, tapi detailnya banyak yang berubah. Aku rasa... mungkin, lebih romantis di sini www. Gak tahu. Tiap orific sulit bikin romansa, fanfic tebar-tebar bunga mawar merah di mana-mana www.
Aku harap teman-teman pembaca sekalian bisa mendukung karyaku dengan cara vote, komen dengan tanggapanmu setelah baca, dan bagikan bagian cerita yang paling menarik menurut kamu di sosmed. Jangan lupa tag aku. Saat ini aku punya instagram (koifumi_) dan twitter (cuapkoala).
Mohon untuk TIDAK ADA PLAGIASI---meniru isi cerita, mengubah nama maupun mengambil nama OC di sini, menjadikan hak pribadi.
"Ah, cuma fanfiksi, gapapa ditiru! Wong dia ambil karakter dari tsukipro!"
Kuharap tidak ada yang berpikiran begitu! Coba pelajari terlebih dahulu apa itu 'plagiasi' sebelum menyalin isi dan semua ide cerita orang lain. Coba bayangkan jika hasil usahamu selama ini diambil orang lain. Pasti sedih dan kecewa.
Semoga tidak ada lagi teman-teman pembaca yang lewat ke sini menjadi plagiator maupun calon >/\<
And~ I hope for 800 followers >< please ramaikan ceritaku~
Arigathanks!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top