21. This Flower is For You

Percaya terhadap sesuatu bukanlah hal yang buruk.
Percaya terhadap orang yang kau sayang adalah hal penting.
Juga, selalu percaya bukan berarti kau lemah atau manja terhadap sesuatu.
———————

This Flower is For You

Story by: ShiotaSumi aka Admin (ngakunya) imut

Genre: Fantasy

Bunga: Daisy (kepercayaan)

Sub Genre: Romance

———————

   Tahun 2057, dunia jatuh dalam kehancuran yang diakibatkan oleh perang nuklir yang bertujuan untuk memperebutkan sebuah meteor. Dikatakan meteor tersebut memiliki kekuatan yang dahsyat. Kekuatan yang bisa membuatmu menguasai dunia. Meteor itu berama Devohell, namun orang-orang biasa menyebutnya 'Meteor dari Neraka'.

   Kami yang selamat dari perang itu dituntun oleh seseorang untuk membuat dunia dibawah tanah. Orang itu mengatakan bahwa ia adalah makhluk dari dimensi lain. Sebagai imbalannya, dia meminta kami memberikan sebagian darah kami untuknya. Kami tidak begitu mempermasalahkannya. Toh, dia sudah berusaha keras untuk membangun dunia bawah tanah bersama kami.

   Di sini kebutuhan kami terpenuhi. Mulai dari makanan, pakaian, ksehatan, dan lain-lain. Orang itu benar-benar hebat. Yang semulanya disini hanya tanah, sekarang menjadi pedesaan yang memiliki matahari, bulan, awan, bintang yang bisa kami atur seenakanya. Di dunia ini kami bebas melakukan apapun, tetapi jika ada kejahatan 'orang itu' takkan segan-segan membunuh pelakunya.

    Aku pernah mendengar rumor, jika kau menyumbangkan darahmu secara langsung kepada 'orang itu' dia akan mengabulkan beberapa permintaanmu. Beberapa temanku yang mendengar rumor itu mencoba untuk pergi ke kediaman 'orang itu', tetapi mereka tak pernah kembali. Mereka seperti hilang ditelan bumi. Orang-orang pun tidak ada yang mempermasalahkannya, kecuali aku dan beberapa temanku. Maka dari itu, aku dan beberapa temanku berniat untuk pergi ke kediaman 'orang itu'.

   "Ley!"

   Ah, ada yang memanggilku. Aku menoleh kebelakang dan mendapati teman-temanku sedang berlari menuju ke arahku.

   "Ada apa, Mika, Shion, Yuga?"

   Mika, seorang perempuan berambut merah muda seleher dan menggunakan kacamata. Dia adalah sahabatku yang paling pintar diantara kami berempat. Shion, orang yang paling suka bercanda. Hanya saja candaannya begitu garing. Dia berambut pirang dan bermanik cokelat. Yuga, dia adalah yang paling dewasa diantara kami berempat. Dia memiliki rambut berwarna biru tua dan bermanik senada. Dan yang terakhir, aku, namaku Leyvina. Aku berambut cokelat dan bermanik hijau. Aku adalah anggota ter cerewet diantara kami berempat. Kami semua berumur 12 tahun. Dan disini kami tinggal di sebuah asrama bersama anak-anak yang lain

   "Persiapannya sudah selesai, kita bisa berangkat nanti malam," ujar Mika.

   "Kalau begitu kita berkumpul ditempat biasa saat orang-orang tertidur. Kalau begitu, sudah ya aku ingin ke kamar, selamat malam," ujarku mengakhiri pertemuan kami.

   Tepat saat semua penghuni asrama tertidur, aku berjalan mengendap-endap menuju ke halaman belakang asrama. Itulah tempat kami berempat untuk bertemu. 

   Setelah memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Kami mulai berjalan perlahan keluar dari asrama dan menuju istana 'orang itu'. Di perjalanan sesekali kami mendengarkan lelucon Shion yang tentunya garing.

   Hanya memakan waktu dua jam berjalan kaki, kami telah sampai di depan istana megah milik 'orang itu'. Pengawal di depan gerbang memperbolehkan kami masuk saat kami mengatakan bahwa kami ingin menyumbangkan darah secara langsung.

   "Wuahh, istana ini memang besar! Aku jadi ingin tinggal disini terus!" ujar Shion bersemangat.

   "Istana itu memang besar bodoh! Jika tidak berukuran besar, bukan istana namanya!" ujar Mika kesal dengan yang dikatakan oleh Shion.

   Sementara mereka berdua bertengkar. Aku dan Yuga melihat ke sekitar. Kami mencoba mencari sesuatu yang aneh, tetapi nihil. Kami tak menemukannya.

   Tiba-tiba aku merasa seperti ada orang yang datang menuju kemari, lalu pintu masuk ke dalam istana terbuka, dan menampilkan seseorang yang benar-benar tak terduga.

   Seorang berambut silver dan bermata merah. Dialah orang yang membantu kami. Dia adalah Delios!

   "Wah, aku tidak menduga jika aku akan mendapatkan banyak makanan hari ini. Hm... Siapa dulu ya yang harus kuhisap darahnya?" ujarnya dengan senyum mengerikan.

   Mata Delios melihat kami satu persatu. Saat melihatku dia terdiam sebentar lalu berjalan menuju kesini. Matanya tak berhenti untuk menatapku. Entah kenapa mataku juga ingin menatap mata merah darah milik Delios. Setelah dia semakin mendekat. Dengan gerakan cepat, dia memangkuku di tangannya dan langsung mulutnya mendekati leherku.

   Crek!

   "I-ini terasa sakit. To-tolong hentikan!"

   Ini benar-benar sakit. Apalagi aku merasa ada yang aneh. Darahku seakan mendidih saat dia menghisapnya.

   "Ku-kumohon! Hentikan ini D-delios!"

   Mataku sudah bergelinang air mata. Dan juga kesadaranku sedikit demi sedikit mulai menghilang. Dan yang terakhir kudengar adalah,

   "Kau adalah milikku, gadis manis,"

   Delios mengatakan itu tepat di samping telingaku. Aku sudah tidak kuat. Akhirnya aku ambruk dalam pelukan Delios.

-0-

   Saat aku mengerjapkan mata, yang kulihat disini adalah kamar bernuansa kuno dan hitam. Karena disini banyak sekali miniatur berwarna hitam.

   "Oh, kau sudah bangun?" ujar orang di sampingku. Aku menoleh ke samping dan mendapati Delios ada di ambang pintu.

   Aku yang masih posisi berbaring di kasur mencoba bangun. Mengerti gelagatku, Delios langsung dengan cepat membantuku untuk duduk di kasur.

   "Dimana teman-temanku?" tanyaku.

   "Tenang saja, mereka bersama 'yang lainnya'."

   "Apa maksudnya bersama 'yang lainnya'?" tanyaku.

   "Kau tahu kan, rumor bahwa, jika ada orang yang memberi darahnya langsung kepadaku, aku akan mengabulkan permintaannya. Rumor itu terus menyebar hingga akhirnya banyak sekali orang yang datang kesini. Aku tidak mungkin menolaknya kan. Jadi ku letakkan mereka di suatu tempat dan jika aku membutuhkan darah aku tinggal ke sana dan meminum darah mereka hingga tandas," ujarnya dengan santai.

   "Tunggu! Jika kau menempatkan mereka di suatu tempat bagaimana denganku? Biarkan aku bersama mereka! Disana ada teman-temanku!"

   "Tidak akan. Kau tidak akan kutempatkan disana. Darahmu spesial, maka dari itu, mau kah kau tetap berada disampingku? Kau akan hidup dalam kemewahan dan kebutuhanmu akan tercukupi,"

   "Jika aku tetap berada disampingmu apakah teman-temanku akan bebas?" tanyaku pelan.

   "Maaf, aku tak bisa melepaskan mereka. Aku membutuhkan pasokan darah lebih daripada yang rakyat berikan. Tetapi sebagai gantinya aku akan mengabulkan 3 permintaan mereka. Kau juga boleh meminta sesuatu yang sangat penting kepadaku, tetapi hanya 1 permintaan."

   "Kenapa hanya 1?" tanyaku.

   "Karena 1 permintaan itu adalah permintaan berharga. Seperti, kau ingin hidup bahagia dengan keluargamu atau kau ingin memiliki kekuata—"

   "Kalau begitu, aku ingin ke dunia atas!" ujarku bersemangat. Tiba-tiba raut wajah Delios berubah. Rahangnya mengeras dan matanya menatapku tajam.

   "Kalau itu tidak boleh! Aku takkan membiarkanmu pergi ke dunia atas!"

   "K-kenapa kau tak memperbolehkanku? Tidak, kenapa kau tidak memperbolehkan kami ke dunia atas. Sebenarnya apa yang terjadi? Aku tak mengerti. Tiba-tiba saat malam hari aku dibangunkan Ibu, lalu aku disuruh berlari bersama teman-temanku, warga daerah rumahku menyuruh untuk pergi mengikutimu! Lalu... Lalu kau membangun tempat ini. Tempat dimana tanpa adanya sosok orang tua. Tempat dimana kami hidup tanpa kasih sayang! Sebenarnya a-apa yang terjadi."

   Aku sudah tidak bisa berpikir. Air mataku keluar begitu saja. Kepalaku pusing jika memikirkan kembali kejadian enam tahun lalu. Dimana aku meninggalkan orang tua ku di dunia atas dan pergi menuju tempat ini.

   Grep!

   "Maaf jika aku membuatmu mengingat kejadian enam tahun lalu. Tetapi aku tetap tidak memperbolehkanmu. Dunia atas terlalu berbahaya. Jika kau ingin kasih sayang, akan kuberikan semampuku. Yang terpenting kau jangan ke dunia atas. Banyak pengawalku yang mencoba untuk ke dunia atas, namun mereka meninggal. Kurasa itu karena zat-zat bekas nuklir dan juga meteor itu. Tetapi, jika penelitian ku tentang dunia atas sudah selesai dan aku menemukan cara membuat zat pelindung tubuh, maka kau boleh melihat dunia atas. Kau boleh tau apa yang terjadi setelah kau menjadi remaja. Tugasmu sekarang hanya tetap disampingku," ujarnya seraya memelukku.

   Aku suka berada di pelukannya. Entah kenapa pelukannya terasa hangat. Dada bidangnya yang lebar, tangannya yang kekar. Aku menyukainya.

-0-

4 tahun kemudian

   Aku menendang pinggangnya, tetapi dengan mudah dia menahannya.

   "Ada apa? Apakah kekuatanmu berkurang Ina?"

   "Tentu saja tidak Master Delios. Setiap aku bertambah kuat, anda juga ikut bertambah kuat. Kapan aku bisa mengalahkanmu jika rotasi nya seperti itu," kataku sambil mencoba menahan serangannya.

Bugh!

   Aku terlempar akibat tendangan Delios di pinggang ku. Ugh, ini sakit. Kakinya seperti baja saja.

   "Aahh, aku menyerah! Aku takkan menang dari master!" ujarku berteriak.

   "Ahahaha, kau pasti bisa mengalahkanku suatu saat," ujarnya sambil mengulurkan tangan kepada ku. Tentu saja ku terima.

   Lalu Mika datang menggunakan pakaian pelayan sambil membawa handuk. Dia menyodorkan handuk itu kepadaku dan kuterima.

   "Selamat, hari ini kau hanya jatuh 5 kali. Mungkin suatu saat kau bisa melawan Tuan Delios tanpa jatuh sama sekali," ujarnya.

   Oh iya, setelah kejadian 'itu' Delios memberi tugas kepada Mika, Shion, dan Yuga. Mereka bertugas untuk menjagaku. Maka dari itu Mika menjadi pelayan pribadi ku, sedangkan Shion dan Yuga adalah pengawal pribadiku.

   "Kalau begitu aku pergi dulu Ina. Aku akan pergi ke laboratorium. Dah~."

   Dengan hanya sekejap pria itu sudah tidak ada di tempat. Dasar, suka menghilang seenak jidatnya.

   "Jika saja aku lebih kuat darinya mungkin akan kupukul dia berkali-ka—."

   Srett!

   "Ina. Kau ikut denganku ke laboratorium!"

   Dia memotong ucapanku, lalu dia membawa ku ke laboratorium dengan kekuatannya. Entah apa yang terjadi, wajahnya tiba-tiba menjadi tegang.

   Saat kami sampai di laboratorium para profesor sedang mengamati video di monitor. Video itu berasal dari kamera pengintai yang kami letakkan di dunia atas. Kalau kalian bertanya kenapa aku tahu. Tentu saja aku memaksa Delios mengatakan semua apa yang terjadi di setiap harinya. Apa saja yang dia lakukan, dia sedang bereksperimen tentang apa, dan lain-lain.

   Video itu menggambarkan di dekat meteor mulai tumbuh sebuah tanaman. Itu adalah bunga daisy. Aku yakin itu bunga daisy.

   "Bunga apa itu?" tanya Delios.

   "Itu adalah bunga daisy. Bunga yang melambangkan kepercayaan dan kepolosan," ucapku seraya tanpa henti melihat layar.

   "Indahnya..." gumamku.

   Tetapi, tiba-tiba ada sesuatu yang muncul dari bunga itu. Awalnya hanya seperti gumpalan hitam, namun lama-lama gumpalan hitam itu menjadi sebuah makhluk bermata 3, memiliki 6 tangan dan 2 kaki. Itu monster. Entah monster apa, tetapi kurasa monster itu berukuran raksasa.

   "Tuan Delios, monster itu berbahaya! Jika dia mengetahui pintu masuk menuju kesini, tempat ini akan menjadi sasaran empuk baginya!"

   Setelah salah satu profesor mengatakan hal tersebut, aku melihat kearah Delios. Raut wajahnya menandakan dia sedang memikirkan sesuatu.

   "Profesor, kau pernah mengatakan bukan, bahwa di dalam meteor itu terdapat beberapa batu yang akan memberimu kekuatan," ujar Delios.

   "I-iya," ujar profesor sambil mengangguk.

   "Kalau begitu, aku akan memasuki meteor dan menghancurkannya. Setelah itu aku akan mendapatkan kekuatan untuk memusnahkan monster-monster itu dan aku dapat membangun dunia atas mulai dari nol!"

Deg!

   Aku tau Delios memiliki ambisi yang besar, tetapi sampai ingin menghancurkan meteor itu rasanya mustahil. Menghancurkan monster itu hingga tandas pun rasanya sangat tidak mungkin dan dia ingin menghancurkan meteornya?!

   "Saya ti—."

   "Aku tidak setuju!"

   "Ina?"

   "Kau bilang apa? Mendekati meteor? Mengambil batu kekuatan? Membunuh monster? Menghancurkan meteor itu? Jangan bercanda! Kau menyuruhku untuk tetap berada disampingmu, tetapi kau malah ingin pergi tanpa aku? Apa maksudmu?!"

   Aku kesal! Dia menyuruhku untuk berada disampingnya, tetapi dia dengan mudahnya ingin meninggalkanku. Tidak akan kubiarkan!

   "Tetapi ini ter—," ucapannya berhenti karena aku memotong ucapannya,

   "Apa? Terlalu berbahaya? Aku tak peduli! Yang penting aku bisa di sampingmu saja, sudah lebih dari cukup! Pokoknya, izinkan aku ikut! Saat Master mengambil batu nya aku akan melindungi mu!"

-0-

   Setelah petdebatan kami di laboratorium. Kami berdua sama sekali tidak mengatakan apapun.

   Tadi saat sore hari seharusnya dia meminum darahku, karena itu sudah jadwalnya, tetapi dia sama sekali tidak keluar dari ruang kerjanya. Huft... entah kenapa rasanya ada yang kurang. Biasanya jika malam hari seperti ini, dia akan menemaniku tidur dengan menggenggam tanganku.

   Tangan yang terasa dingin, namun entah kenapa membuat ku hangat. Tangan yang lebih besar daripada tanganku.

Brak!

   Aku terkejut mendengar pintu kamar ini dibuka secara kasar. Aku langsung menoleh kearah pintu dan mendapati Delios dengan mata merah nyalang dan wajahnya terlihat hancur. Sebenarnya ini adalah akibat jika vampir tidak meminum darah sesuai jadwal.

   Tanpa aba-aba, Delios sudah berada di dekat leherku dan menggigit daerah nadiku.

   "Sshh...,"

Slurp!

Bruk!

   Kami berdua terjatuh dikasur dengan posisi dia menindihi tubuhku. Aku yang sadar bahwa ini akan berlangsung agak lama dari biasanya hanya terdiam sambil menatap langit-langit kamar. Tanpa kuhendaki, tanganku bergerak untuk mengelus rambut silvernya.

   Setelah aku merasa dia sudah melepas taringnya dari leherku, aku berkata,

   "Apa kau marah kepadaku karena kejadian di laboratorium? Sampai kau tidak meminum darahku sesuai jadwal. Untung aku belum tertidur."

   "Aku hanya tak ingin kau terluka. Jika kau terluka, aku tak tahu harus mencari orang berdarah sepe—." sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, ia kupukul dan kumarahi.

Bugh!

   "Kalau begitu, kau mati saja sana!"

   "Ahahaha, aku hanya bercanda kok."

   Setelah itu, tidak ada percakapan diantara kami sama sekali. Aku melanjutkan mengelus rambut Delios. Diantara kami tidak ada yang ingin memisahkan jarak kami saat ini. Hingga kami tertidur dengan posisi seperti ini.

-0-

   Saat aku terbangun Delios sudah tidak ada di kasur. Aku melihat ke jendela untuk mengecek apakah sudah pagi atau belum. Setelah melihat jendela dan menyadari bahwa ini sudah pagi langsung saja aku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

   Hari ini adalah hari dimana Delios menepati janjinya. Janji untuk membawaku ke dunia atas. Setelah merasa siap dengan penampilanku, aku langsung keluar kamar dan berjalan menuju ruang makan. Disana aku sudah melihat Mika menyiapkan ku sarapan dan juga Delios yang menyesap kopi paginya.

   "Pagi Mika, Shion, Yuga, dan juga Master Delios," sapaku.

   "Pagi Ley!"

   Mereka menjawab sapaanku, tetapi tidak dengan Delios. Dia hanya asik membaca beberapa lembar kertas ditemani oleh kopinya.

   "Ina, selesai kau sarapan kita akan langsung menuju laboratorium lalu menggunakan peralatan. Setelah itu kita akan menuju ke dunia atas," ujarnya tanpa melihatku yang kubalas dengan deheman singkat.

   Setelah sarapan ku selesai, aku langsung menuju ke samping Delios dan sekejap kami menghilang. Kami muncul di laboratorium dan sudah disambut oleh para profesor. Mereka menjelaskan cara kerja alatnya dan memasangkan baju tempur yang di desain khusus.

   'Tunggulah kedatanganku dunia atas!' batinku.

-0-

  Saat ini, kakiku sudah menginjak tanah tempat tinggalku dulu. Dunia ini tampak lebih mengerikan dibanding yang kulihat di video. Langit berwarna merah, semua bangunan hancur.

   Delios menggenggam tangabku lalu kami menghilang. Kami muncul kembali dengan jarak 500m dari meteor. Monster-monster yang berada di dekat kami langsung menyerang kami tanpa ampun.

   "Master kau bisa langsung menuju meteornya. Biarkan aku yang mengurus monster-monster ini! Cepatlah!" teriakku.

   Tanpa percakapan apapun, Delios menghilang. Aku langsung fokus terhadap para monster.

   'Kumohon, kau keluarlah dengan selamat, Master Delios!' batinku.

   Sudah beberapa jam aku melawan monster ini dan tak ada habisnya. Aku sudah hampir mencapai batasku. Kurasa perjalanan hidupku hanya sampai sini. Selamat tinggal, Master Delios.

Sret! Boom!

   Disaat tubuhku hampir ambruk. Aku merasa ada yang menahanku. Aku berusaha membuka mataku dan mendapati Delios dengan pakaian aneh.

   "Nyawamu diambang batas. Aku tak bisa menyelamatkanmu dengan cara biasa. Bolehkah aku menjadikanmu vampir?"

   "Jika aku menjadi vampir, bagaimana dengan teman-temanku? Apakah mereka akan menerima itu? Apakah mereka rela darahnya diminum olehku?" tanyaku dengan suara serak.

   "Tentu saja, bukankah kau pernah mengatakan bahwa teman itu akan selalu ada disisimu bagaimanapun kondisimu."

   "Kalau begitu baiklah, aku menyetujuinya."

   Delios yang mendengar jawabanku langsung duduk di tanah dan memangku kepalaku di pahanya. Dengan sekejap dia melukai tangannya dengan jarinya sendiri. Darahnya mulai tetcecer kemana-mana. Dia mengarahkan darah itu kemulutnya. Setelah dia merasa cukup dia menyingkirkan tangannya dan mentransfer darah itu ke dalan mulutku.

   Mataku membelak kaget. Dia menciumku disaat merubahku menjadi vampir.

   Badanku terasa panas, jantungku terasa berhenti berdetak. Aliran darahku terasa semakin cepat menuju ke otak. Aku ingin berteriak, tetapi tak bisa karena Delios masih menyumpal mulutku dengan mulutnya.

   Setelah aku tak merasa sakit, aku merasa ada yang berbeda dengan tubuh dan indra ku. Aku bisa mendengar suara di dalam tanah, aku juga merasa bahwa tubuhku lebih ringan.

   Delios melepaskan tautan bibirnya dari bibirku. Dia melihat kearah mataku, akupun begitu.

   "Manik matamu berubah menjadi merah," ujarnya mendahului percakapan.

   "Terlihat aneh kah?" tanyaku.

   "Bukan, hanya saja ini sesuatu yang baru bagiku. Manik hijau mu yang meneduhkan hati kini berubah menjadi merah menantang."

   "Ah, sudah waktunya aku pergi."

   Aku yang mendengar kalimat tersebut langsung terbangun dan bertanya, "Pergi? Pergi kemana?"

   "Roh di dalam meteor berjanji memberi ku kekuatan, tetapi itu semua ada bayarannya. Aku harus pergi dari sisimu selama beberapa waktu. Aku janji akan kembali. Anggap saja ini sebagai ujian kita. Kalau begitu selamat tinggal," ujarnya lalu menghilang.

   "Ya, aku percaya kau akan kembali. Selamat tinggal dan terima kasih."

--End--

(Trus apa hubungannya????!!!//Sabar atuh ini bonusnya)

--Epilog--

   Seorang perempuan sedang berjalan mondar-mandir di singgasananya. Dia sedang memikirkan sesuatu yang sangat penting.

   "Ley, sebenarnya apa yang kau lakukan sih? Dari tadi mondar-mandir tidak jelas. Ada apa?"

   Ya perempuan yang berjalan mondar-mandir di singgasana adalah Ley dan yang tadi menegur adalah Mika.

   "Mungkin dia sedang memikirkan tentang surat yang ditujukan untuknya adalah dari orang yang paling dia tunggu-tunggu," ujar Shion tenang.

   "Apa maksudmu?" tanya Yuga dan Mika.

   "Kemarin malam, Ley menerima surat dari seekor burung hantu putih. Isinya mengatakan bahwa 'Aku akan kembali, tunggulah aku!' begitu. Dan dibawahnya ada huruf D. Ley merasa bahwa itu adalah surat kiriman dari 'orang itu'," ujar Shion panjang lebar.

   "Bukankah 'orang itu' sudah mati?" tanya Mika.

   "Dia belum mati Mika!" Ujar Ley berteriak. Yah, begitulah Ley. Jika sudah menyangkut 'orang itu' dia tidak akan mengenal teman atau musuh.

Drap drap drap!

   Leyvina mendengar suara langkah sepatu cepat. Lalu,

Brak!

   "'Orang itu'sudah kembali!"

   Setelah mendengar berita itu, Ley langsung mengambil sesuatu di belakang kursi singgasananya dan berlari menuju pintu istana. Dia tak memperdulikan pelayan yang sedang membungkuk hormat kepadanya. Yang dia pikirkan sekarang hanya bertemu orang itu.

   Saat sudah di depan pintu istana, dia menghentikan langkahnya dan berjalan perlahan menuju pintu.

   Saat pintu terbuka, tampaklah wajah seseorang yang sudah ia tunggu selama ini. Dia adalah Delios.

   Langsung saja Ley menyerahkan sesuatu kepada Delios. Delios pun melakukan hal yang sama. Mereka bersamaan berkata,

   "Bunga ini melambangkan aku percaya kau kembali//Bunga ini melambangkan aku percaya kau menungguku!"

   Ya, mereka saling memberi bunga daisy. Bunga yang memiliki arti kepercayaan.

---END---

Yeheyyyy selesaiii...

Gimana? Aneh? Absurd? Kurang jelas? Atau gak nge feel?

Ehehe gomen... Ku masih belum bisa nulis cerita dengan baik dan benar.

Sore jaa~ mata ashitaa!!!

-ShiotaSumi

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top