Shirabu Kenjiro ➵ Psycho
WARNING! YOUNG ADULT AND SLIGHT MATURE CONTENT
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Up and down a lot
I can't control myself
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Shirabu sialan! Bangsat! Bedebah!! ..."
Gerundelan itu masih berlanjut seraya (Name) menusuk-nusukkan makan siangnya yang dari kantin kampus dengan ganas. Keiko yang duduk di depannya hanya menatap ngeri, mengasihani makanan yang menjadi korban (Name).
'Daripada ditusuk-tusuk gitu, mending makanannya dimasukin ke mulut, dikunyah, terus ditelan, (Name)! Makanannya jadi hancur gitu malah bikin nafsu hilang.'
Ya, itulah isi batin Keiko. Cuma bisa batin, tak ada keberanian untuk berbicara langsung. Ia tidak ingin mendapat tatapan dan desisan mengerikan dari (Name).
Sebenarnya sih, ia sudah biasa jika melihat (Name) menggerundel, mengumpati nama seseorang yang merupakan kekasihnya sendiri. Ya, kekasihnya, Shirabu Kenjiro.
Mereka termasuk pasangan yang spesial. Ya, spesial karena daripada sepasang kekasih yang dipenuhi keuwuan, justru mereka sepasang kekasih yang dipenuhi perseteruan. Adu bacot, saling bentak, dan perdebatan menjadi makanan sehari-hari. Hebatnya, dengan hubungan yang selalu dipenuhi perempatan di dahi itu sudah berjalan selama tiga tahun.
Mereka berpacaran sejak akhir tahun pertama mereka kuliah. Kini mereka sama-sama menghadapi semester akhir sebagai mahasiswa kesehatan.
Hari ini Keiko tidak tahu apa objek yang menjadi penyebab pertengkaran mereka dan ia juga sedikit khawatir dengan keberlangsungan hubungan mereka. Semester akhir adalah masa-masa stres dan frekuensi pertengkaran mereka pun semakin sering. Sebagai sohib karib (Name), wajar kan jika ia khawatir? Hatinya bertanya-tanya. Apakah kata 'kandas' akan mendekati mereka?
Tidak
Keiko mengkhawatirkan hal yang sia-sia. Lihatlah malamnya. Keiko mendapati mereka sedang bermain di game center yang ada di mall yang ia sambangi. Mereka begitu asyik dan tertawa bersama. Tidak menggambarkan sepasang kekasih yang baru saja bertengkar. Padahal saat siang tadi si gadis yang berdiri di sebelah pemuda berponi aestetik itu telah mengirimkan seribu umpatan pada kekasihnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
People say we're so weird
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"(Surname)-san dan Shirabu-san itu sungguhan sepasang kekasih?"
Pertanyaan itu terlontar ketika mereka mendapati (Name) dan Shirabu berdebat di salah satu meja kantin kampus. Ini adalah kesekian kalinya Keiko ditanyai seperti itu oleh juniornya. Mereka berdiri tak jauh dari mereka, membahas konsultasi. Gadis berambut sebahu itu hanya tersenyum. "Ya, begitulah. Mereka memang begitu. Maklumi saja."
Junior di depannya hanya ber'oh' pelan. "Sepasang kekasih yang aneh ..."
Gumaman gadis yang berdiri di depannya itu masih bisa didengar oleh telinga Keiko. Suara (Name) yang mengatai Shirabu pun mencapai telinganya juga.
Aneh?
Hubungan (Name) dan Shirabu yang dipenuhi pertengkaran lebih cocok disebut toxic dibanding aneh. Tapi, Keiko sendiri merasa tidak cocok jika hubungan mereka disebut toxic. Setahunya kan hubungan toxic itu merugikan salah satu pihak dari pasangan, tapi mereka ini selalu berusaha untuk merugikan satu sama lain. Shirabu dan (Name) itu sama-sama keras kepala, mereka tidak akan mengalah dengan mudahnya untuk sama lain. Seperti rival yang akan saling menjatuhkan.
Setelah dipikir-pikir ...
... aneh memang.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
You got me feeling like a
psycho
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
(Name) berjalan menelusuri lorong kampus sendirian. Hari ini jadwal kuliah sorenya telah selesai. Suasana kampus sudah lumayan sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa yang hilir mudik.
(Name) tiba-tiba saja menghentikan langkahnya saat mendapati sebuah pemandangan yang mengganggu di depannya. Shirabu Kenjiro, berdiri dikerubungi tiga orang gadis.
"Kenjiro ..." gumam gadis itu sambil mengernyitkan dahinya. Hati dan pikirannya panas saat melihat pemandangan di depannya. Cemburu? Tentu saja.
Shirabu itu termasuk jajaran cowok yang patut didekati walau cowok itu cuek habis. Tapi, itulah daya tariknya selain wajahnya yang tampan.
Sepertinya tiga mahasiswi yang mendatangi Shirabu adalah mahasiswi baru. Ya, junior yang bertanya hal ini-itu pada senior memang wajar kan? Tapi, ini sudah kesekian kalinya ia disuguhi pemandangan seperti ini.
Para mahasiswi itu terlihat berperilaku layaknya junior yang butuh arahan dan bimbingan, tapi (Name) tahu sekali gerak-gerik yang mereka keluarkan kentara sekali ingin menarik perhatian Shirabu. Si pemuda menanggapi ala kadarnya, ia tidak bersikap sok manis atau apa, layaknya mahasiswa senior pada umumnya. Jaga image dan citranya sebagai mahasiswa senior.
Walaupun begitu, (Name) tidak pernah terbiasa menghadapi pemandangan seperti ini semenjak mereka naik tingkat. Memang gadis itu terlihat tidak mempermasalahkannya dan tidak bertanya macam-macam. Tapi, cemburu itu wajar kan?
Apalagi saat ini mood nya benar-benar buruk gara-gara revisian menunggu dan siang tadi ia sempat berdebat dengan kekasihnya ditambah nyeri tamu bulanan. Maka, untuk pertama kalinya (Name) melakukan hal nekat.
Gadis yang surainya jatuh anggun hingga punggung itu melangkah menuju mereka. Posisi Shirabu berlawanan dengan (Name) dan para mahasiswi junior itu memunggungi (Name). Saat gadis itu sudah lumayan dekat, Shirabu mendongak saat mendapati ada seseorang yang mendekat. Para junior itu tidak menyadari tingkah Shirabu juga keberadaan (Name).
Gadis itu tersenyum puas membuat pemuda itu sedikit menaikkan alisnya heran. Pemuda itu masih memusatkan atensinya pada (Name) seraya gadis itu mendekat dan tentunya tidak disadari oleh gadis junior yang berdiri di depan Shirabu karena mereka sibuk membuka-buka kertas yang menjadi alasan mereka mendekat ke pemuda itu. Tepat saat jarak mereka sangat dekat dan berpapasan, (Name) mengacungkan jari tengahnya dengan tatapan tajam sambil tersenyum miring lalu berucap tanpa suara.
'Fuck you!'
(Name) pun berjalan menjauh di belakang Shirabu sambil tersenyum puas. Meninggalkan sang kekasih yang mengepalkan kedua tangannya begitu kencang dan sorot mata yang tidak terdefinisikan.
Gadis itu telah mengibarkan bendera perang.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
I'm not afraid (Just find it interesting)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Maksudmu apa tadi, hah?!"
Desis Shirabu sambil mengurung (Name) di samping kaca mobil milik gadis itu. Pemuda itu bergerak cepat sebelum gadis itu masuk ke dalam mobil.
Amarah kentara sekali dalam sorot matanya. Kejadian (Name) yang mengacungkan jari tengah sambil mengatainya itu masih terngiang di kepala. Pemuda itu menggertakkan giginya.
"Kamu semakin kurang ajar, ya! Mana ada perempuan kurang ajar seperti kamu .."
Gadis itu tertawa pelan lalu menatap pemudanya dengan sorot menantang dan senyuman miring.
"Ya, mungkin aku adalah perempuan paling kurang ajar di dunia dan cuma kamu yang memilikinya."
Sorot mata gadis itu begitu menantang dengan senyuman miring dan dagu terangkat sedikit. Ia sama sekali tidak takut dengan keadaannya saat ini.
Shirabu mengernyitkan keningnya lalu berdecak membuat gadis itu tertawa pelan lagi.
"Ya, maaf, maaf. Tadi itu aku cuma mencari hiburan saja, ingin melepaskan penat. Lalu ide itu muncul begitu saja dan buum! Terjadilah ..."
Shirabu semakin merapatkan jaraknya dengan (Name) sehingga lutut pemuda itu berada di antara kedua kaki jenjang sang gadis. Rautnya semakin mengeras, menandakan amarah yang tertahan.
Lahan parkir kampus begitu sepi seiring senja menyapa. Masih ada beberapa mobil yang terparkir seperti dua mobil yang menghimpit mobil (Name). Keadaan sepi dan posisi mereka yang ketutupan membuat Shirabu tidak khawatir jika ada pasang mata yang melihat mereka.
"Mana ada hiburan yang membuat darah seseorang mendidih, (Name)-ku sayang ..."
Penekanan di akhir itu tidak main-main. Sorot mata coklat itu semakin tajam membuat siapapun tenggelam di dalamnya, termasuk (Name). Gadis itu perlahan tatapannya meneduh seperti hanyut dalam buaian iris kekasihnya walau kilat menantang itu masih ada. Senyuman miring itu juga masih bertahan di wajah ayunya. Salah satu tangannya menangkup wajah rupawan Shirabu.
"Melihatmu marah adalah hiburan tersendiri untukku, sayang. Wajahmu yang berkedut kesal itu benar-benar ... o kawai koto .."
Mereka bertatapan dalam waktu lama. Shirabu dengan sorot tajamnya dan (Name) dengan sorot teduhnya disertai kilatan menantang. Lalu, dengan gerakan cepat, Shirabu menarik tangan (Name) yang ada di pipinya lalu menahannya di kaca mobil samping gadis itu. Begitu juga tangan (Name) satunya. Shirabu menahan kedua pergelangan tangan (Name) di samping gadis itu dengan kencang. Selanjutnya, pemuda itu merapatkan tubuhnya lalu mempertemukan bibirnya dengan (Name), membawa gadisnya dalam cumbuan kasar.
Pemuda itu benar-benar melampiaskan amarahnya terhadap bibir mungil (Name) membuat gadis itu berusaha mati-matian agar suara pekikannya tidak terdengar keras.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Don't look back
Like that let's be who we are
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Pembicaraan dengan topik 'mantan' itu selalu menyengatkan telinga. Apalagi mengetahui fakta bahwa mantan si doi kelakuannya jauh lebih baik dari dirimu. Itulah yang (Name) rasakan. Ia tak sengaja mendengar percakapan para mahasiswi yang dulunya satu SMA dengan Shirabu di kamar mandi wanita.
"Kalian ingat Reika? Mantannya Shirabu-kun saat SMA dulu."
"Ah, aku masih ingat! Mereka kan dulu couple goals sekali. Reika-chan yang ceria dan perhatian. Shirabu-kun yang cuek dan frontal. Saling melengkapi satu sama lain!"
"Mereka juga termasuk pasangan yang langgeng dalam kategori tingkat SMA."
"Hampir dua tahun setengah. Putus saat pertengahan kelas tiga. Apa aku benar?"
"Ya, benar. Sayang sekali, ya."
"Padahal aku salah satu dari yang mengharapkan undangan pernikahan mereka saat kelulusan. Hehe .."
"Dan sekarang kekasihnya Shirabu-kun ... (Surname) .."
"Perangai mereka benar-benar berbeda 360°, membuatku heran."
"Jika diibaratkan, Reika-chan itu seperti angin musim semi yang membawa kehangatan, sedangkan (Surname) itu seperti badai yang membawa malapetaka."
"Dan jika dipasangkan dengan Shirabu-kun, seperti badai bertemu dengan badai. Untuk pertama kalinya aku melihat Shirabu-kun benar-benar kehilangan kesabarannya saat menghadapi (Surname). Biasanya jika ada yang membuatnya kesal dia pasti masih bisa tenang walau mengeluarkan kalimat sarkas. Tapi, ini ..."
"Hubungan mereka itu sudah tidak sehat. Kukira bakal kandas. Eh, ternyata malah langgeng."
"Entah kenapa aku masih tidak terima jika Shirabu harus berpisah dari Reika. Menurutku, perempuan semacam Reika lah yang paling cocok dengan Shirabu. Pasti mereka bakal dipenuhi keuwuan."
"Haha, benar juga ya ..."
Para gerombolan mahasiswi alumni Shiratorizawa itu pun pergi keluar dari kamar mandi. Sepi.
(Name) pun akhirnya keluar dari persembunyiannya, kloset paling pojok. Gadis itu berjalan keluar dengan pikiran kacau.
Siapa yang tidak kacau jika kau dibanding-bandingkan dengan mantan kekasihmu dan mereka mengatakan bahwa mantan kekasihmu lebih baik dari dirimu.
Seperti anak panah yang menancap bertubi-tubi di dada.
Tak hanya perkara 'mantan si doi yang jauh lebih perfect darimu', carut marut pikiran (Name) juga dipenuhi oleh bayang-bayang revisi skripsi yang tiada akhir. Belum lagi dosen pembimbingnya itu masuk ke dalam kategori jajaran dosen menyebalkan. Oh, sigh, benar-benar membuat mood nya terjun bebas ke dalam Palung Mariana.
Langkah gadis itu pun terhenti saat mendapati kekasihnya sedang menunggu di sebelah mobilnya.
"Lama sekali, habis sembelit apa habis dibacoti sama dosen?"
Seperti biasa, ucapan nyelekit khas Shirabu tidak pernah main-main. Dalam hati (Name) merutuki Shirabu yang sudah selesai perkara dengan skripsi dan sidang. Pemuda itu hanya tinggal menunggu upacara kelulusan sehingga memiliki banyak waktu santai, seperti saat ini, menjemputnya di kampus. Orang jenius memang menyebalkan.
"Ya, sembelit setelah dibacoti sama dosen."
(Name) mendekat dengan kepala tertunduk. Kekehan Shirabu terdengar sesaat setelah mendengar jawaban (Name). Kini mereka berdiri berhadapan dengan jarak dua langkah. Kepala (Name) masih tertunduk. Kemudian salah satu kaki (Name) terangkat, menendang pelan tulang kering Shirabu. Gadis itu terus-menerus menendang tulang kering kekasihnya tanpa tenaga sambil menunduk.
"Oi, ada masalah apa? Bicara, jangan diam saja. Kalau tidak, kutinggal."
"Jangan ..."
Shirabu mengernyit saat mendengar lirihan (Name). Kepala gadisnya masih tertunduk.
Hening terjadi di antara mereka. Shirabu menunggu gadisnya buka suara. Sepertinya bukan hanya perkara dosen dan revisian yang menghantui kepalanya. Ada masalah lain yang mengganggu.
Shirabu tahu gadisnya ini sedang berada dalam titik terendah dalam hidupnya. Stres menghampiri karena tekanan yang diberikan. Untuk itu, Shirabu mempercepat pengerjaan skripsinya agar ia tidak menambah beban stres gadisnya. Mereka sering bertengkar dan Shirabu tidak ingin emosi menguasainya di saat-saat seperti ini. Makanya dia menyelesaikan semuanya dengan cepat, menghilangkan beban agar plong suasana hatinya. Dengan begitu, dia akan berpikir lebih jernih jika menghadapi (Name). Ia ingin mengurangi frekuensi pertengkarannya dengan (Name) untuk saat-saat ini. Perasaan perempuan itu rapuh, jika saja ia salah melangkah, maka habislah sudah.
"Kenapa ya ..."
(Name) buka suara seraya menghentikan tendangan tanpa tenaganya. Kepalanya juga masih tertunduk. Shirabu tetap diam, ingin mendengarkan lebih lanjut.
"Kenapa topik mantan yang lebih baik dari kekasih yang sekarang itu selalu menjadi bahasan yang paling sering dibacarakan? Apa mereka tidak pernah memikirkan perasaan kekasih yang sekarang jika mendengarnya? Padahal sama-sama perempuan kan?"
Shirabu masih diam, ia berpikir topik ini akan bermuara kemana.
"Aku tahu aku tidak sehangat musim semi seperti Reika mantan pacarmu saat SMA dulu. Aku memang badai yang siap memporak-porandakan apapun yang ada di depanku. Aku juga tahu bahwa Reika itu hanya masa lalumu, jadi aku tak perlu merasa khawatir dan terancam karena yang berada di sisimu saat ini dan ke depannya adalah aku. Tapi, tetap saja kan ..."
Ah, Shirabu akhirnya tahu apa topik ini akan dibawa kemana. Perihal mantan rupanya. Sepertinya (Name) tak sengaja mendengar perbincangan mahasiswi yang merupakan alumni Shiratorizawa. Ya, ada beberapa alumni Shiratorizawa yang satu kampus dan satu fakultas dengannya. Kisah asmaranya dengan Reika ini cukup terkenal. Satu angkatan mengetahuinya. Sepertinya Shirabu akan memberi pelajaran kepada mereka yang berani membahas masa lalunya di depan (Name).
"Tetap saja aku perempuan. Wajar kan jika perasaan khawatir dan terancam menghantuiku. Hubungan kita memang dipenuhi pertengkaran karena aku yang seperti badai. Aku tak pernah membawa hubungan ini dalam keuwuan seperti yang Reika lakukan terhadapmu. Hal itu membuatku menyimpulkan, perempuan yang sehangat musim semi saja bisa kau tinggalkan, apalagi aku yang seperti badai. Akankah kandas akan menyapa kita? Itulah hal yang paling kutakutkan. Aku takut kau meninggalkanku ..."
Shirabu menghela napas pelan sambil tersenyum tipis. Sifat (Name) yang blak-blakkan soal perasaannya adalah hal yang ia paling suka karena dengan begini dia bisa tahu apa yang dirasakan (Name) dan bagaimana ia mengambil keputusan ke depannya, tidak perlu pusing-pusing seperti saat masih bersama Reika. Gadis itu memang hangat, tapi tidak pernah mengungkapkan apa yang ia rasakan. Ia ingin dimengerti oleh Shirabu. Bagaimana mau dimengerti jika kode saja tidak pernah diberikan? Makanya Shirabu meninggalkannya.
Ya, walaupun sifat blak-blakkan ditambah keras kepala milik (Name) itu selalu menjadi penyebab pertengkaran mereka. Shirabu akui bahwa ia sama blak-blakkan dan keras kepalanya dengan (Name). Badai bertemu badai memang selalu menghasilkan keributan kan?
Tapi, justru itulah yang membuat Shirabu bertahan karena ia bisa menjadi dirinya sendiri jika di sisi (Name). Seharusnya gadisnya tahu betul hal itu kan?
Shirabu sedikit meretas jaraknya dengan (Name) lalu berlutut di hadapan gadis itu. Kedua tangannya meraih salah satu tangan (Name) lalu menggenggamnya lembut. Kepala pemuda itu mendongak dan mendapati gadisnya yang berkaca-kaca sambil menahan isakan. (Name)-nya bukanlah orang yang mudah menangis. Shirabu tahu jika (Name) adalah gadis yang tangguh. Jika mendapati (Name) menangis, maka gadis itu memang benar-benar terbebani oleh masalahnya.
Shirabu melengkungkan bibirnya, menguarkan senyuman terbaiknya hanya untuk (Name)-nya seorang. Tatapan yang biasa menyorot tajam itu kini meneduh. Tatapan yang begitu menenangkan membuat (Name) terbuai.
"Kamu pikir aku terus bertahan di samping badai sepertimu hanya untuk meninggalkanmu begitu saja? Kamu salah. Tentu saja aku akan memperjuangkanmu untuk sekarang, ke depannya, dan seterusnya."
"Kamu selalu membuatku menjadi diriku sendiri dan hal itu yang tidak dimiliki oleh Reika. Memang hubungan kami dulu dipenuhi oleh keuwuan, tapi hubungan kita yang dipenuhi pertengkaran justru membuatku nyaman. Kita saling jujur satu sama lain, saling tahu perasaan satu sama lain, saling tahu hal apa yang tidak disukai dari diri masing-masing membuat aku bisa memutuskan bagaimana tindakan terbaik untuk ke depannya dengan hal-hal yang berkaitan denganmu. Begitu juga kamu, kan?"
Suara Shirabu yang biasanya terdengar sarkas kini terdengar begitu lembut di telinga (Name). Jangan lupakan senyuman manis dan tatapan teduh itu. Shirabu itu kalau manis, manis banget, kalau pahit, pahit banget. Membuat (Name) selalu berkali-kali jatuh dalam pesonanya.
Kini Shirabu berdiri, membawa (Name) dalam rengkuhan hangat. (Name) menenggelamkan wajahnya di dada bidang Shirabu, terisak di sana. Shirabu membelai surai halus (Name) sambil menumpukan dagunya di pucuk kepala sang gadis.
"Aku tidak akan melepaskanmu ..."
Suara parau yang teredam dari (Name) masih bisa ditangkap oleh Shirabu. Pemuda itu hanya tertawa kecil lalu ia sedikit merendahkan tubuhnya, berbisik tepat di telinga gadisnya.
"Kita tidak akan saling melepaskan ..."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hey now we'll be okay
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Keiko masih tak percaya dengan apa yang ada di depannya sekarang. (Name) begitu cantik dalam balutan gaun pengantin putih dan senyuman tidak luntur dari wajahnya. Begitu juga Shirabu yang terlihat tampan dalam balutan jas putih dan rambut yang diberi pomade dan disisir ke belah pinggir, menampakkan dahi yang selalu ditutupi dengan poni aestetik. Senyuman juga menghiasi wajahnya, menambah nilai plus ketampanannya. Mereka terlihat sangat bahagia di atas altar sana.
Kini, mereka telah menyandang status sebagai suami istri. Shirabu (Name) dan Shirabu Kenjiro.
Keiko tidak pernah menyangka hubungan mereka yang 'aneh' dan 'tidak baik-baik saja' itu akan berujung pada pelaminan. Ingatkan frekuensi pertengkaran yang tak berujung membuat Keiko selalu was-was dan khawatir akan keberlangsungan hubungan mereka. (Name) adalah sobat karibnya, jadi wajar jika khawatir.
Namun, saat melihat keduanya tersenyum bahagia di atas altar, rasa was-was dan khawatir sirna sudah. Keiko merasa lega dan semua akan baik-baik saja sekarang.
"Hei, kau kapan?"
Kerlingan jahil dari (Name) dan seringai tipis dari Shirabu membuat Keiko memasang tampang 😶 saat menghampiri mereka.
Ya, semua akan baik-baik saja. Mereka sangat serasi. Keiko tak perlu khawatir lagi. 😶
*********
"Oi, (Name), yang benar saja?!"
Malam pertama malah dikunci dari luar kamar oleh sang istri. Kan kampret.
"Diam! Aku sedang mempersiapkan mental, bodoh!"
Suara teriakan panik terdengar dari dalam. Shirabu menaikkan alis. Mempersiapkan mental?
Oh
Shirabu tertawa pelan. Rona tipis muncuk di pipinya. Memiliki istri yang blak-blakkan memang tak baik untuk kesehatan jantungnya, apalagi kalau menyangkut soal beginian.
"Hei, tenang. Tidak apa-apa kalau kau belum siap. Aku tidak akan memaksa untuk melakukannya. Aku juga bisa tidur di sofa kalau kau belum terbiasa dan merasa tak nyaman ..."
Shirabu menggaruk pipinya perlahan. Jujur saja, itu adalah kalimat teraneh yang pernah ia ucapkan. Ia merasa malu, tapi ia harus terbiasa dengan topik ini. Lucu sekali, mereka sama-sama mahasiswa kesehatan dan topik ini merupakan salah satu materi yang dipelajari. Membicarakan topik ini secara terang-terangan dalam konteks pendidikan merupakan hal yang wajar. Tapi, kalau dalam konteks pasutri dan mengalaminya sendiri sungguh aneh dan canggung luar biasa.
"Tapi, kalau kau sudah siap, aku bisa melakukannya dengan lembut, jadi kau tak perlu khawatir ..."
Apa-apaan pula kalimat penuh harapan yang terlontar begitu saja dari mulutnya, hah?!?!?!
"Jangan lakukan dengan lembut! Aku maunya main kasar!!"
"Hah?!"
Shirabu menganga, tak menyangka jawaban dari sang istri. Terdengar dari dalam suara gerundelan sang istri. Sepertinya (Name) keceplosan ngomong.
Shirabu mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia tak menyangka situasi malam pertamanya akan seperti ini. Perasaannya campur aduk, antara berdebar, gugup, dan senang. Sial!
Shirabu pun menyeringai. Ia berdiri tegak di depan pintu sambil menenangkan diri. Ia harus mengembalikan situasi ini ke semula.
"Hee~ jadi istriku ini seorang maso rupanya?"
Shirabu kira ia akan mendapat jawaban bernada kesal yang akan mengibarkan bendera perang dunia dari sang istri. Tapi, ternyata tidak, justru tak ada jawaban.
Tak lama kemudian terdengar suara kunci pintu diputar lalu kenop bergerak. (Name) keluar dari kamar, menampakkan wajah malu-malu yang membuat Shirabu menahan napas.
Tiba-tiba saja (Name) merengkuh Shirabu, menenggelamkan wajahnya di dada bidang suaminya. Shirabu mengerjap-ngerjapkan matanya, masih memproses apa yang terjadi.
"Lets .... have fun .... tonight .."
Kini (Name) mendongak ke wajah Shirabu selepas berujar dengan suara yang semakin mengecil, menampakkan wajah yang merona, mata yang berkilau, dan bibir yang digigit untuk menahan kegugupan.
'Oh, shit my damn wife!'
Salah satu tangan Shirabu perlahan merangkul pinggang sang istri dan satunya lagi menyangga belakang kepala (Name), mendekatkannya hingga kening dan hidung mereka bersentuhan. Ia pun berbisik parau dengan seringai yang masih menghiasi.
"Kubuat sampai kau pingsan, ya?"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
We're a little weird
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
A/N:
yang terakhir apaan dah? 🙈
//kabooorr 🏃🏃🏃
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top