Shirabu Kenjiro ➵ Otanjoubi
Suasana perpustakaan tidak begitu ramai. Hanya ada (Fullname) dan Shirabu yang duduk berhadapan di salah satu meja baca juga satu dua orang yang berkeliaran di sekitar rak, mencari-cari buku. Pulang sekolah, murid-murid sudah kembali ke asrama dan ada juga yang berkegiatan di klub.
Hari ini klub voli diliburkan, istirahat menjelang ujian kenaikan. Untuk itu, (Name) meminta kekasihnya meluangkan waktu sehabis pulang sekolah guna mengajarinya pelajaran yang paling dicintai seluruh siswa, Matematika. Ya, kelemahan (Name) adalah Matematika. (Name) alergi sama yang namanya angka-angka. Ujian tengah semester kemarin benar-benar bencana, (Name) tidak ingin mengulang kesalahan yang sama di ujian kenaikan nanti. Setidaknya nilai Matematikanya harus pas di KKM, ia tidak ingin mengikuti penderitaan remidi.
Beruntungnya ia punya kekasih cerdas yang bisa diandalkan, ya walaupun sebelumnya ia harus menerima kalimat nyelekit yang menyayat hati dari sang setter. Ugh, untung pacar, kalo bukan ... entahlah.
"Kenjiro, aku sudah sudah menghitungnya menggunakan rumus ini sesuai ajaranmu. Tapi, kenapa jawabanku tidak ada di pilihan ganda? Apakah ada yang terlewat? Tolong periksakan."
(Name) menyodorkan bukunya ke Shirabu. Pemuda yang tadinya sedang asyik menulis, merangkum materi Sejarah, kini menghentikan aktivitasnya. Pulpennya ia letakkan lalu meraih buku tulis (Name). Matanya mencermatu tulisan (Name) kemudian irisnya membola, seolah menemukan sesuatu.
"(Name), sudah kubilang berkali-kali. Teliti saat menggunakan rumus. Di rumusnya, setelah dimutlakkan, dikuadratkan. Kamu salah menulis rumus, ini tidak ada tanda kuadratnya. Teliti lagi."
Shirabu berujar sinis sambil menyodorkan bukunya lagi ke (Name). Gadis itu hanya merengut saat mendengar ucapan sepet Shirabu sambil menerima buku tulisnya. Ia pun mencermati kesalahan yang ditunjuk Shirabu. "Oh, iya. Aku lupa mengkuadratkannya."
(Name) meraih penghapus lalu mengerjakan ulang. Begitu juga Shirabu yang lanjut menulis. Hening. Mereka sibuk pekerjaan masing-masing hingga Shirabu merasa terganggu dengan satu hal.
Selama mengerjakan, (Name) terus-terusan menyelipkan poninya yang sudah panjang di belakang telinga kanannya. Menulis. Menyelipkan rambut. Menghapus tulisan. Menyelipkan rambut lagi, membuat Shirabu sedikit terganggu dengan gerakan gadis cantik yang digerai rambut panjangnya itu.
Shirabu pun menghentikan aktivitas menulisnya kemudian ia bertopang dagu. Tangannya yang bebas meraih helaian rambut (Name) yang jatuh lalu memainkannya. Gadis itu tak menyadari perbuatan Shirabu karena terlalu fokus mengerjakan.
"(Name), kenapa kau tidak mengucir rambutmu?"
"Aku terburu-buru pagi ini. Aku lupa kalau aku adalah ketua asrama minggu ini dan aku malah bangun kesiangan. Aku hanya sempat menyisirnya karena aku harus segera melakukan pengecekan kamar. Memangnya kenapa? Terlihat kusut, ya?"
(Name) menjawab sambil terus mengerjakan, ia tidak mendongak sedikitpun. Gadis itu jika sudah fokus pada satu hal, ia akan memfokuskan diri tanpa memerhatikan yang lain dan akan menjawab jika ditanya tanpa mengalihkan pandangannya.
Shirabu terdiam, tangannya masih memainkan helaian rambut (Name). Sehari-hari (Name) memang selalu menguncir rambutnya, kecuali jika tidur. Akan tetapi, jujur saja, Shirabu sangat suka jika melihat (Name) dengan rambut tergerai. Rambutnya hitam panjang sepunggung di belah pinggir ke kanan dengan poni melebihi dagu. Rambutnya sangat cocok dengan paras cantik (Name).
Tangannya pun berhenti memainkan helaian rambut (Name) lalu merogoh sesuatu dibalik jas sekolahnya. Ia pun sedikit berdiri dan mencondongkan badannya ke depan, ia mengambil helaian poni (Name) yang terjatuh.
(Name) yang menyadari ada pergerakan di depannya pun langsung menghentikan aktivitasnya.
"Eh, Kenjiro, kamu nga-uh?"
Shirabu menjepit poni panjang (Name) dengan jepitan rambut yang seharian ini ia sembunyikan dibalik jasnya. Kemudian tangannya menyelipkan helaian tersisa dibalik telinga kanan (Name).
"Nah, begini kan lebih baik," tukas Shirabu sambil duduk kembali.
(Name) mengerjap, sedikit berdebar mengingat jaraknya dengan Shirabu tadi terlalu dekat. Salah satu tangannya meraba jepitan rambut tersebut.
"Kamu ... memberiku jepitan rambut? Dalam rangka apa?"
"Balasan valentine kemarin."
"Eh, valentine?"
"Hari ini White day, kau ini sudah seperti nenek-nenek saja sampai lupa tanggal."
Eh, white day? Berarti ...
"... dan juga.."
Shirabu meraih salah satu tangan (Name) yang berada di atas meja lalu menggenggamnya lembut. Ibu jarinya mengelus jemari mungil (Name) perlahan membuat gadis itu berdegup kencang dan merona. Pemuda itu pun tersenyum manis sambil menatap lekat iris hitam kelam (Name). Terdapat rona tipis menghiasi kedua pipinya.
"Selamat ulang tahun, (Name). Kudoakan yang terbaik untukmu.."
Fin
Author's note:
Saya ingin membuat pengakuan bahwa ...
selama ini saya belum pernah membaca manga Haikyuu. Saya cuma orang yang enjoy aja kalo dijejelin spoiler sana-sini :v
Setidaknya tanpa spoiler, kumpulan cerita ini tidak akan lahir (wadaw 😆)
Adakah orang yang sama seperti saya? 🤔
source gambar dari pinterest
Jika kalian menyukai cerita ini, silakan vote and comment sebagai bentuk dukungan kalian terhadap cerita ini. HANYA JIKA kalian menyukainya.
See you next chap 😉
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top