Semi Eita ➵ Lullaby

(Fullname) lagi-lagi menghela napas dengan mata sayunya. Terdapat lingkaran hitam di bawah matanya. Tatapannya redup memandang papan tulis di depan.

"Baik, sudah bel istirahat. Pelajaran diakhiri. Sampai jumpa di pertemuan selanjutnya."

Guru keluar diiringi murid-murid yang bernapas lega. Kelas mulai ramai dengan pembicaraan, satu-persatu keluar menuju kantin. Tiba-tiba,

DUGH!

Terdengar suara debuman keras berasal dari (Name) yang membanting kepalanya ke meja lalu menempelkan wajahnya di sana membuat beberapa temannya yang masih menetap di kelas terkejut.

"(Surname), daijobou?"

Nao, gadis yang bangkunya di sebelah kanan (Name), menghampirinya sambil menepuk bahu gadis itu pelan. Tersirat pandangan khawatir di wajahnya.

Tidak ada respon dari yang bersangkutan membuat yang lain ikut khawatir juga, namun ada juga yang tidak peduli lalu melanjutkan aktivitasnya.

Dengan perlahan, (Name) menghadapkan wajahnya ke Nao.

"Aku ... capek"

Nao terdiam sejenak lalu tertawa. "Ya, ampun (Surname). Ini baru satu mata pelajaran, lho! Masa udah capek?"

"Semalam insomniaku kambuh. Aku tidur jam 2 pagi dan terbangun jam 5. Setelah itu aku merasa ngantuk yang luar biasa, tapi tak bisa terlelap. Ujung-ujungnya aku tahan dan hasilnya capek."

"Kamu ... pasti memikirkan banyak hal sebelum tidur, ya?"

(Name) terdiam, ia hanya mengerjapkan mata sayunya.

"Tuh, kan, kebiasaan. Jangan keseringan overthinking sebelum tidur!"

Memang, semalam seharusnya (Name) sudah terlelap saat jam sepuluh. Ia sudah berbaring di atas kasur, bersiap terpejam. Tetapi, pikirannya melayang, throwback saat masa-masa awal masuk SMA. Kini ia sudah kelas tiga, sebentar lagi lulus. Sudah banyak yang ia dilewati dari pertama kali merasakan susahnya kehidupan asrama, adaptasi dengan teman sekamar, kegiatan sekolah yang padat, aktivitas klub jurnalistik yang seru, jadi suporter untuk klub olahraga yang sedang berkompetisi, dan masih banyak lagi. (Name) juga memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya setelah ia lulus. Begitulah, tubuh (Name) memang beristirahat, tetapi otaknya terus bekerja sehingga ia tidak bisa tidur hingga dini hari menjelang. Menyebabkan lingkaran hitan di bawah mata yang mengerikan.

Selanjutnya, (Name) menghabiskan seharian itu dengan letih, lemas, lesu, dan sayu. Ditambah kepalanya yang berdenyut karena terus-terusan menahan kantuk. Intinya, ia seperti mayat berjalan selama seharian itu.

Matahari sudah tiba di ufuk barat. Hari buruk (Name) akan segera berakhir. Gadis berhelai sebahu itu berjalan gontai menuju gedung asrama. Ia baru saja selesai mengajari beberapa teman sekelasnya yang akan remidi Bahasa Inggris, gadis itu ditunjuk langsung oleh guru bersangkutan. Alhasil ia pulang lebih sore dari biasanya.

Saat hendak memasuki area gedung asrama, matanya tak sengaja menangkap sesuatu. Di taman depan area asrama, di salah satu pohon yang menghadap lapangan rumput, seorang pemuda duduk di bawahnya dengan menekuk kaki kirinya dan tangan kirinya lurus diletakkan di atas lutut kirinya. Kaki kanannya lurus dan tangan kanannya memegang sebuah buku kecil yang ia baca. Pemuda itu menghadap ke barat sehingga sinar senja menyinari wajahnya yang menawan. Surai abu berujung gelap itu berkibar pelan mengikuti hembusan angin sore.

Semi Eita, pemuda kelas tiga yang merupakan kekasihnya. Semi terlihat mengenakan pakaian kasual, kaus hitam lengan pendek dan celana kain pendek selutut berwarna coklat dengan saku besar di kedua sisinya juga sendal jepit berwarna hitam menghiasi kakinya. Kentara sekali jika pemuda ini tadi sudah kembali ke asrama, membersihkan diri, rebahan di kasur, lalu bersantai di sini menunggu jam makan malam. Pemuda itu sudah pensiun dari aktivitas klub volinya. Hal itu membuat (Name) sedikit iri. Gadis itu masih mengenakan seragam sekolah, berkeringat, dan tubuhnya belum mencicipi kasur.

Langkah kaki (Name) beralih, ia menghampiri kekasihnya tersebut. Seharian ini ia belum bertatap muka dengannya. Mereka beda kelas dan seharian tadi (Name) lebih banyak menghabiskan waktu dengan mendekam di kelas.

"Eita-kun, sedang apa di sini?~"

Gadis itu kini berdiri di samping kanan Semi, bertanya diakhiri dengan kuapan.

"(Name)? Kamu belum kembali ke asrama?"

Bukannya menjawab, gadis itu malah mendudukkan diri di sebelah kanan Semi lalu meletakkan tasnya di sebelahnya.

"Aku baru saja selesai mengajari beberapa teman sekelas yang akan remidi Bahasa Inggris. Makanya aku pulang lebih sore."

"Kalau begitu cepat pulang ke asrama, bersih-bersih diri agar tidak telat makan malam. Bukannya malah duduk di sini."

Pemuda itu terfokus lagi pada bukunya, memberi sedikit nasihat pada gadisnya.

"Aku capek, makanya aku duduk di sini."

"Kalo capek kan lebih enak rebahan di kamar, daripada di sini."

Semi membalikkan halaman buku, matanya masih terfokus pada buku.

"Tapi, aku ketemu kamu."

"Terus hubungannya apa?"

Pemuda itu mulai greget dengan setiap balasan dari (Name). Gadis keras kepala memang.

"Aku kangen. Seharian ini kan kita belum bertemu."

Oke, Semi mulai merona. Bukunya ia turunkan lalu wajahnya ia alihkan ke arah lain. (Name) yang terlampau blak-blakkan tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

Terdengar helaan napas berat dari gadis di sebelahnya. Semi pun menoleh, ia sedikit memiringkan tubuhnya ke arah gadis itu. Ekspresi gadis itu lesu dan terdapat lingkaran hitam di bawah matanya. Tangan Semi pun terulur, ibu jarinya mengusap-usap kelopak mata kanan (Name) dengan lembut membuat gadis itu terpejam, menikmati perlakuan kekasihnya.

"Semalam tidur jam berapa? Matamu sampai berkantung seperti ini."

"Jam dua, insomnia."

"Insomnia apa kebanyakan mikir?"

"Insomnia karena kebanyakan mikir."

"Huh, dasar!"

Semi menoyor pelan dahi (Name) dengan telunjuknya.

"Hei, Eita-kun, nyanyikan satu lagu untukku, dong! Seharian ini aku ngantuk, tetapi sama sekali tidak bisa terlelap. Siapa tahu jika dininabobokan dengan suaramu yang merdu bak bidadara itu bisa membuatku tertidur nyenyak."

(Name) menyeringai tipis sambil menatap ke arah Semi dengan kerlingan jahil. Inilah sisi menyebalkan (Name) yang tidak disukai Semi. Jika mereka dalam kondisi berduaan dan (Name) dalam keadaan tersantainya, gadis itu akan menggodanya habis membuat pemuda itu salah tingkah dan diabetes stadium empat. Tidak baik untuk kokoro. Untuk mengatasi itu, hanya ada satu cara untuk membalasnya.

"Kalau begitu mendekatlah ke sini. Tertidur di dalam pelukan bidadara ditambah dininabobokan oleh suara merdunya membuat tidurmu dua kali jauh lebih nyenyak ditambah mimpi yang indah, lho!"

(Name) sedikit merona saat pemuda itu malah menggodanya balik. Semi menyeringai tipis sambil menatap lekat (Name). Mereka terdiam beberapa saat. Kemudian, tak disangka (Name) menuruti permintaan Semi. Gadis itu mendekat, ia mendaratkan pantatnya di antara kaki Semi, duduk menekuk lutut. Punggungnya menyentuh lekukan kaki kiri Semi, kepalanya ia sandarkan di dada bidang pemuda itu.

Semi tak menyangka jika (Name) akan menurutinya. Ia sedikit berdehem untuk mengendalikan diri. Sudah lama ia tidak sedekat ini dengan (Name). Tak masalah, jarang-jarang mereka mempunyai quality time seperti ini dan area sekitar sini juga sepi. Tak ada yang melihat, ia tak perlu khawatir menjadi pusat perhatian.

"Ayo cepat menyanyi bidadaraku. Nanti kalau aku benar-benar ketiduran, gendong aku hingga kamar ya!"

"Hah?! Yang benar saja, aku bisa digrebek massa jika memasuki asrama putri!"

"Haha, bercanda! Bangunkan aku saat mendekati jam makan malam."

Semi hanya menghela napas kasar. Untung sayang, kalau tidak sudah ia terkam habis gadisnya ini.

Tangan kirinya kini membelai surai (Name) perlahan. Tangan kanannya mengangkat buku kecil yang tadi ia baca. Ia pun mulai bersenandung pelan.

" 🎵 Oh, her eyes, her eyes make the stars look like they're not shinin'
Her hair, her hair falls perfectly without her trying
She's so beautiful and I tell her everyday~🎵"

"Eita-kun, kamu sedang baca buku apa?"

(Name) memotong nyanyian Semi saat ia bisa melihat isi buku yang ternyata ditulis tangan. Rangkuman kah?

"Oh, ini buku rangkuman setiap pelajaran yang kutulis. Yang kubaca sekarang rangkuman Biologi, besok kelasku ulangan."

"Wah, rajin sekali pacarku ini. Telaten banget sampai buat rangkuman segala juga sempat-sempatnya belajar di sore santai ini padahal masih ada jam belajar malam. Jadi, bangga, deh! Eh, kamu beli buku yang seperti itu dimana? Cover sama kertasnya bagus banget. Jadi, pengen beli."

"Oh, aku beli ini saat pesiar minggu lalu."

"Nanti kasih tahu aku alamat tokonya. Pesiar besok aku ingin beli, biar samaan, biar jadi couple goals gitu. Aku juga mau ngerangkum pelajaran, ah, kayak kamu. Tapi, aku nyontek rangkuman punya-"

"Cantik~, katanya pengen tidur tapi, kok, malah ceriwis gini, sih? Kamu juga malah motong nyanyianku, katanya pengen denger suara bidadara?"

"Oh, oke, maafkan aku bidadaraku. Silakan lanjut nyanyi lagi!"

Oke, pemirsa, mereka sudah bucin tingkat akut. Maafkan penulis yang membuat mereka menjadi bucin alay seperti ini gara-gara ketularan kealayan dari sinetron tv. Gommenasai 🙏

Semi pun melanjutkan nyanyiannya sambil membaca bukunya. (Name) sedikit kagum dengan pemuda itu karena mampu membagi fokusnya menjadi dua. Hei, membaca sambil bernyanyi itu sangat sulit dilakukan.

" 🎵 Yeah, I know, I know when I compliment her she won't believe me
And it's so, it's so sad to think that she don't see what I see
But every time she asks me "Do I look okay?"
I say~🎵"

(Name) memejamkan mata sambil tersenyum. Suara Semi benar-benar merdu dan sopan banget masuk ke telinganya. Ia pun sudah memutuskan akan menjadi fans pertama Semi jika pemuda itu berkarir di musik setelah lulus. Apa perlu ia meminta tanda tangannya dari sekarang sehingga saat pemuda itu sudah sukses ia tak perlu kerepotan?

"🎵 When I see your face
There's not a thing that I would change 'cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile
The whole world stops and stares for a while
'Cause girl you're amazing
Just the way you are
Yeah 🎵"

Just the Way You Are-Bruno Mars

Semi menghentikan nyanyiannya saat mendengar dengkuran halus dari gadis yang berada di pangkuannya. Ia pun menunduk, menatap wajah cantik (Name). Gadis itu sudah terpejam, mulutnya sedikit menganga. Wajahnya benar-benar polos saat tertidur. Ingatkan Semi untuk tidak menyerangnya.

Semi menghela napas pelan sambil memejamkan mata lalu tersenyum kecil. Tangan kirinya yang tadinya membelai rambut (Name) beralih memegang bahu gadis itu. Bukunya ia taruh di samping lalu telunjuk tangannya yang kini bebas menyingkirkan helaian rambut yang menutupi dahi (Name). Pemuda itu pun mengecup lama kening gadisnya.

"Oyasumi ... hime.."

*******

Keesokan paginya, (Name) terbangun dalam keadaan bingung. Ya, jelas bingung, ingatan terakhir sebelum ia terlelap adalah ia berada di pangkuan kekasihnya. Lalu, mengapa saat terbangun ia tiba-tiba sudah di berada di atas kasurnya, di kamarnya, di gedung asrama putri pada pukul lima pagi pula?!

"Semi-kun yang membawamu ke sini. Kau tahu? Kalian benar-benar menjadi pusat perhatian saat itu. Semi-kun menggendongmu ala bridal style, berjalan santai melewati lorong, mengikuti ibu wali asrama. Padahal kalian dilihatin oleh perempuan selorong dan juga bisa-bisanya kamu gak kebangun sama sekali, sih? Padahal udah banyak bisik-bisik sana-sini, tatapan-tatapan iri, dan oh! Saat Semi-kun menarik selimut untukmu lalu membelai lembut pipimu, aish! Seperti pangeran saja! Awas, ya, (Name), kalau kamu sampai putus dengan dia, kucincang habis tubuhmu!"

Begitulah tutur Riri, teman sekamar (Name) yang menceritakan apa yang terjadi sebenarnya.

Selanjutnya, (Name) benar-benar merasa enggan untuk keluar kamar, ia sungguh malu luar biasa!

Tak disangka, lullaby yang dinyanyikan oleh Semi Eita memberikan dampak yang begitu mengerikan!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
maaf, Semi-nya jadi OOC :(

apakah sekolah berasrama di Jepang memperbolehkan muridnya berpacaran? 🤔

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top