Oikawa Tooru ➵ Rehat

Suara ketukan terdengar. (Fullname) menghela napas pelan.

"Masuk!"

Pintu terbuka. Menampakkan Oikawa Tooru dengan raut lelah sambil membawa setumpukan dokumen. Seragam sekolah yang dikenakan pemuda itu terlihat berantakan. Dasi longgar, kancing atas terbuka, seragam keluar dari celana, dan jas yang tersampir di bahu. Rambut coklat itu terlihat dua kali jauh lebih berantakan, seperti habis diacak-acak oleh tangan. Wajah tampan yang biasanya tersenyum charming itu nampak lelah dengan senyuman setengah, tapi malah terlihat seksi.

"Yo, (Name)-chan .."

Oikawa masuk setelah menutup pintu. Ia melangkah, menaruh tas dan dokumen di atas meja kecil depan sofa. Lalu jasnya ia letakkan di sandaran sofa kemudian duduk menyandarkan tubuhnya di sofa yang empuk. Ruang OSIS memang menyediakan sofa dan meja kecil, seperti ruang tamu.

"Tooru, kau sudah menyelesaikan dokumennya?"

Dari balik meja jabatannya, (Name) sama berantakannya dengan Oikawa. Jas dan dasinya sudah tersampir di sandaran kursi yang didudukinya. Lengan seragamnya ia gulung hingga sesiku. Rambut yang biasanya dikuncir rapi itu tergerai, menampilkan potongan rambut yang berantakan (persis model rambutnya Kaori Miyazono tapi versi black hair). Kacamata yang biasanya membingkai wajahnya ia naikkan ke atas ubun-ubun kepalanya. Salah satu tangannya memegang kertas dokumen, satunya lagi bertopang dagu. Iris kelam yang menyiratkan kelelahan itu menatap sang kekasih yang begitu nikmat bersandar di sofa empuk.

"Sudah, lengkap seperti instruksimu sebelumnya."

(Name) pun mengangkat tubuh, berjalan menuju sang kekasih lalu mendudukkan diri di sebelahnya. Ikutan bersandar. Tangannya pun terulur mengambil dokumen yang ada di meja. Ia menurunkan kacamatanya, memakainya dengan benar. Mulai membaca-bacanya.

"Jadi, 50% anggaran setiap klub di sekolah ini akan didanai oleh OSIS? Bukankah terlalu banyak?"

"Saat rapat kemarin, ada masukan dari anggotaku bahwa kas untuk klub itu sedikit memberatkan bagi beberapa siswa. Ya, kau tahu sendiri kan tidak semua siswa di sini adalah orang berada. Ternyata kepala sekolah juga sudah lama berpikir demikian dan ya, hasilnya 50% anggaran setiap klub akan didanai oleh OSIS. Jumlah itu tidak terlalu banyak karena Komite siap menyuntikkan dana untuk OSIS. Menurutku ini adalah hasil rapat paling menguntungkan seumur masa jabatanku."

Memang, tiga hari yang lalu OSIS mengadakan rapat dengan kepala sekolah juga komite. Membahas mengenai penerimaan siswa baru yang semakin dekat juga pengoptimalan kegiatan klub. Berdasarkan hasil rapat, setiap klub diminta untuk membuat perencanaan angggaran kegiatan klub selama satu tahun ke depan. (Name) sebagai ketua OSIS tahun ini sudah menginstruksikan hal itu beberapa hari yang lalu kepada setiap ketua klub.

"Oh, iya. Selamat! Kamu adalah perwakilan klub pertama yang sudah mengumpulkan dokumennya!"

"Huh? Yang lain belum?"

Oikawa sedikit mengangkat kepalanya yang bersandar di sofa, menatap gadisnya.

"Tentu saja belum, kan baru diumumin tiga hari yang lalu. Tenggat pengumpulan dalam waktu dua minggu. Lagian, mustahil juga mereka langsung menyelesaikannya dengan cepat mengingat kegiatan klub satu tahun ke depan itu padat dan butuh perhitungan matang. Nah, kapten, klub voli ini kegiatannya memang sederhana sehingga kamu dengan cepat bisa menyusun anggarannya atau kamu yang memaksakan diri untuk langsung menyelesaikannya, hm?"

Tangan (Name) terulur, mengacak-acak surai Oikawa lalu beralih mengacak-acak wajah pemuda itu dan diakhiri dengan capitan di hidung.

"Aduh, sakit (Name)-chan!"

Oikawa mengaduh dengan nada khasnya lalu menahan tangan gadisnya untuk tetap di depan wajahnya. Ekspresinya merengut sebal yang malah terlihat imut di mata (Name).

"Tooru, sudah kubilang kan, jangan memaksakan diri .."

Kali ini nada bicara gadis itu lebih lembut. (Name) sedikit memiringkan tubuhnya, ia menatap wajah kekasihnya yang menampakkan raut lelah. Inilah sisi apa adanya Oikawa Tooru yang hanya akan diperlihatkan pada (Name) seorang. Tidak ada senyuman charming, teriakan-teriakan manja, dan sikap menyebalkannya. Hanya ada Oikawa Tooru yang lelah dengan jabatannya sebagai kapten tim voli, kekalahan berulang, dan pergulatan kehidupan sekolah. Jika sisinya seperti ini datang, Oikawa akan tersenyum setengah dengan tatapan redup dan tidak ada nada manja. Oikawa yang lelah akan lebih kalem dari biasanya juga seksi bagi (Name).

Mereka bertatapan. Tangan (Name) yang terulur masih ditahan oleh Oikawa di depan wajahnya. (Name) masih mempertahankan senyumannya dan terdapat rona tipis di pipinya. Ia sudah mulai terbiasa ditatapi lekat oleh Oikawa, walau dadanya terus bergemuruh.

Kini pemuda itu menarik tangan (Name) lebih dekat. Kemudian ia menciumi tangan gadisnya sambil memejamkan mata. Bibirnya menelusuri setiap lekuk pergelangan tangannya, jari-jari lentik gadis itu. Hidungnya menghirup wangi lotion dari tangan gadisnya. Kemudian, aksinya itu diakhiri dengan kecupan panjang di punggung tangan.

Sedangkan (Name), selama aksi Oikawa tadi, gadis itu kembali fokus ke dokumen yang pemuda berikan tadi. Membiarkan tangannya diciumi kekasihnya. Dia sudah terbiasa dengan sentuhan Oikawa walau gemuruh di dadanya itu masih terbiasa. Setidaknya dia tidak terlalu salah tingkah dan gugup berlebihan seperti yang sudah-sudah.

Oikawa menurunkan tangan (Name) lalu melepaskannya. Kepalanya ia sandarkan lagi di sandaran sofa. Matanya menatap fokus kekasih cantiknya yang duduk di sebelahnya dari samping. Lalu, atensinya beralih ke surai (Name) yang potongannya berantakan, tapi entah kenapa malah terlihat indah di mata Oikawa.

Pemuda itu masih ingat keluhan gadisnya bahwa ia salah memilih model potongan rambut sehingga rambutnya tampak berantakan seperti ini. Tapi, jujur saja, mau model potongan rambut manapun, (Name) tetap terlihat cantik.

Tangan pemuda itu terulur, meraih sejumput helaian milik (Name). Memainkannya, memilin-milinnya. (Name) masih terpekur dengan dokumen, tidak sadar dengan tingkah Oikawa.

"Tooru, kamp pelatihan memang sebanyak ini dananya?"

"Iya, itu karena kami menyewa satu tempat yang sudah menyediakan kamar, pemandian, dan kantin untuk makan. Ditambah anggota kami yang jumlahnya banyak."

(Name) hanya mengangguk-angguk lalu terpekur lagi menatap dokumen. Membalikkan halamannya. Oikawa masih memainkan rambut (Name) sambil bersandar di sofa. Pemuda itu dalam posisi tersantainya.

Korden jendela di belakang meja ketua OSIS terbuka lebar. Sinar senja menyinari mereka. Angin sore membelai mereka, masuk dari celah jendela yang terbuka sedikit. Hening, hanya ada suara-suara kegiatan klub yang masih berjalan di luar sana. Detak jam terdengar sangat jelas.

Kantuk yang luar biasa menghampiri Oikawa.

"Eh, Tooru, kamu tidak ada kegiatan klub voli? Hari ini bukan hari Senin."

(Name) sedikit memiringkan tubuhnya ke Oikawa, menatap penasaran. Pemuda itu masih memainkan rambutnya, tapi tatapannya sayu karena kantuk yang menyerang.

"Hari ini .... diliburkan. Kita .... diminta untuk mengistirahatkan diri ..."

Kekalahan dengan Shiratorizawa membuat tim voli Aoba Johsai gagal menuju nasional untuk kedua kalinya. Tak heran jika kegiatan klub diliburkan sementara.

(Name) hanya ber'oh' ria. Kemudian tubuhnya menghadap depan lagi, kembali fokus ke dokumen. Oikawa masih memainkan helaian milik (Name). Angin sore membelai lagi, kali ini lebih kencang. Detak jam terdengar berirama konstan. Sosok kekasih yang disinari senja. Helaian halus di tangannya. Kesadarannya mulai di ambang batas.

Tangannya yang memainkan helaian gadisnya turun perlahan. Matanya pelan-pelan memejam. Oikawa terlelap dibuai keindahan senja.

Hening menyelimuti mereka cukup lama. (Name) sudah mencapai halaman terakhir. Ia sedari tadi memeriksa dokumen yang dibawa kekasihnya itu guna memberi tahu jika ada kesalahan dan perlu revisi. Namun, sampai halaman terakhir, tidak ada kesalahan yang ditemukan oleh (Name). Walau kepribadiannya sedikit menyebalkan, Oikawa adalah orang yang sangat teliti dan hati-hati jika mengerjakan sesuatu.

"Yak, tidak ada revisi Tooru. Sasuga kapten!"

(Name) meletakkan dokumen di meja. Ia melepaskan kacamata lalu menaruhnya di atas dokumen tadi. Tubuhnya ia regangkan juga lehernya.

Hening, tak ada jawaban dari sang kekasih. (Name) menoleh ke arah Oikawa dan mendapati pemuda itu sedang terlelap. Gadis itu pun tersenyum kecil.

Wajah Oikawa yang tertidur dengan mulut sedikit terbuka sangatlah imut. Ditambah sinar senja yang menerpanya. Mau sadar atau tidak sadar, pemuda itu tampak selalu good looking.

Mengapa Tuhan bisa-bisanya menciptakan seorang Oikawa Tooru dengan wajah yang begitu terpahat sempurna?

(Name) mendekatkan wajahnya tanpa melunturkan senyumannya. Dikecupnya hidung mancung sang pemuda dengan lembut.

"Oyasumi .... my king .."
























Happy late birthday, grand king!

Tuesday, 21 July 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top