Kageyama Tobio ➵ Yummy

WARNING SLIGHT R[17+]

.
.
.
.
(Fullname) kini mengerjap-ngerjap sambil menelan ludahnya. Ia benar-benar bingung dengan keadaannya sekarang.

Saat ini ia sedang dikabedon oleh Kageyama Tobio versi dewasa yang mengenakan jersey merah khas timnas Jepang bernomor punggung sembilan. Tubuhnya menjulang tinggi dan bahu yang lebih lebar. Cetakan otot terlihat sangat jelas dibalik jerseynya dan lengan yang mengurung dirinya terlihat begitu kokoh. Garis rahang yang tegas, paras yang semakin tampan, dan rambut yang sedikit lebih panjang model belah tengah. Iris dark blue-nya menatapnya begitu tajam.

Semua berawal ketika (Name) sedang berjalan melewati lorong sekolahnya dan ia berpapasan dengan sosok Kageyama yang ini. Yang terjadi selanjutnya ...  bum! Terjadi begitu saja.

(Name) benar-benar bingung, sangat bingung. Ia dan Kageyama seumuran, remaja 17 tahun, kelas tiga SMA. Namun .... mengapa pemuda ini terlihat seperti pria berumur 20-an ke atas?!?!?!

Aneh, sangat aneh. Mimpikah? Ilusikah? Atau apa?

Akan tetapi, masalahnya adalah saat ini gadis berambut panjang yang digerai itu tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali. Lidahnya juga kelu, tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

Kageyama dewasa masih menatapnya, seolah-olah dirinya adalah mangsa yang akan diterkam. Tiba-tiba, wajah Kageyama mendekat membuat jantung si gadis berpacu lebih cepat dengan rona yang menjalar di wajahnya.

Semakin dekat dan ketika hidung mereka bersentuhan, (Name) memejamkan matanya kuat-kuat. Ia tidak ingin membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya ...

******

"KRIINNG! KRIINNG! KRIINNG!!"

(Name) membuka matanya lebar-lebar. Hal yang pertama ia lihat adalah langit-langit kamarnya. Bunyi alarm masih menggema, meramaikan kamarnya. Gadis itu pun bangkit lalu mematikan alarm.

Pandangannya lurus ke depan dengan tatapan kosong. Ia mengerjap-ngerjap.

Hening. Gadis itu duduk bergeming di atas kasurnya.

"..."

"..."

Tiba-tiba ia membaringkan lagi tubuhnya lalu membenamkan wajahnya di bantal. Gadis itu berteriak sekuat-kuatnya.

MIMPI MACAM APA BARUSAN, HAH?!?!?!?!?!?!

********

Gara-gara mimpi semalam, (Name) jadi sedikit salting jika berhadapan dengan Kageyama. Padahal mereka cukup dekat karena (Name) ditunjuk menjadi mentor Bahasa Inggris untuk Kageyama oleh guru bersangkutan semenjak semester terakhir kelas dua kemarin hingga sekarang.

(Name) kini duduk berhadapan dengan Kageyama, mengajari Kageyama seperti biasa setiap pulang sekolah, pemuda itu telah pensiun dari kegiatan klub volinya. Kageyama sibuk mengerjakan soal yang diberikan (Name), sedangkan gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Manapun asal tidak menatap Kageyama.

Hening. Mereka tenggelam dalam kesibukan masing-masing.

(Name) menatap ke arah luar jendela kelas sambil bertopang dagu. Jarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan nada konstan. Sosok Kageyama dewasa yang berbalut jersey timnas masih melekat di dalam kepalanya.

Damn it!

"(Surname), aku sudah selesai mengerjakannya.."

(Name) sedikit tersentak saat mendengar suara berat Kageyama. Ia pun beralih ke pemuda yang ada di hadapannya.

"O-Oh, oke. Sini, kukoreksi."

(Name) pun mengoreksi pekerjaan Kageyama, sedangkan pemuda itu sendiri mengawasi dengan tatapan datar.

"Cuma salah satu di nomor terakhir. Kamu tidak merubah verb-nya menjadi verb dua. Yang lain sudah benar. Selanjutnya, catat vocab untuk hari ini, akan aku tes besok."

"Osu!"

Kageyama kembali menulis, menyalin daftar vocab yang disodorkan (Name). Gadis itu kembali ke posisi semula, bertopang dagu sambil menatap luar jendela. Keheningan menyelimuti mereka beberapa saat hingga akhirnya (Name) pun bersuara,

"Kageyama, saat kelas satu kan kau pernah ikut Kamp Pelatihan Atlit Voli Muda Se-Jepang. Berarti setelah lulus nanti kau langsung masuk ke timnas ya?"

"Ya, bisa dibilang seperti itu.."

Berarti sosok Kageyama dewasa berjersey timnas dalam mimpinya itu tidak salah. Namun, yang salah adalah mengapa sampai mengkabedonnya segala?!

(Name) menghela napas pelan sambil memejamkan mata. Ia benar-benar mengutuk mimpinya semalam yang membuatnya gagal fokus seharian.

********

(Name) berjalan menelusuri lorong sambil meminum susu kotak rasa strawberry yang baru saja ia beli di vending machine. Di depannya terdapat dua orang gadis yang asyik bercakap-cakap berjalan berlawanan arah dengannya. Saat berpapasan dengan mereka, (Name) mendengar secuil percakapan mereka.

"Hei, hei, bagaimana dengan cowok yang kau sukai? Kau menyebutnya siapa ya? Ah Kageyummy ya?"

"Sstt, jangan menyebutnya keras-keras bodoh!"

(Name) mengerjap sambil meneruskan langkahnya. Mulutnya masih menyeruput susu strawberry-nya. Dua gadis tadi perlahan melangkah menjauh di belakangnya.

(Name) berbelok lalu menuruni tangga. Percakapan dua orang gadis tadi masih terngiang di kepalanya. Ia sedikit mengernyit.

Kageyummy?

Kage ... yummy?

Yummy?

Yum ... my?

Tiba-tiba muncul sosok Kageyama dewasa dalam benak (Name). Tinggi badan yang menjulang, cetakan otot dada dibalik jerseynya, bahu lebar yang mampu menutupinya, lengan kokoh yang mengurungnya, garis rahang yang tegas, hidung mancung, bibir tipis, dan sorot mata yang tajam.

Yummy?

(Name) pun tersedak seketika. Gadis itu terbatuk-batuk hebat. Tangan satunya menepuk-nepuk dadanya dan satunya lagi reflek menekan kotak susu yang dipegangnya membuat susunya meluber dari lubang sedotan, membasahi tangannya.

(Name) masih terbatuk-batuk akibat susu strawberry yang malah masuk ke tenggorokan sambil menuruni tangga. Pandangannya mulai tidak fokus. Gadis itu sedikit kehilangan keseimbangannya membuat ia tidak sengaja menyandung kakinya sendiri saat menuruni anak tangga terakhir.

(Name) kira ia akan terjatuh menyentuh lantai dan bersiap menanggung malu jika ada orang-orang yang lewat di lorong depannya. Namun, salah. Ternyata ia jatuh ke dalam dekapan seseorang.

(Name) masih mengendalikan batuknya sehingga ia tidak terlalu fokus melihat siapa yang menangkap tubuhnya.

"Oi, (Surname), daijoubou?"

(Name) tidak mendengar begitu jelas kalimat yang dilontarkan, tetapi ia tahu bahwa suara yang melontarkan kalimat itu adalah suaranya Kageyama.

Kini satu tangan Kageyama merangkul pinggang (Name) dan satunya lagi menepuk-nepuk punggung gadis itu pelan, berusaha membantunya untuk meredakan batuknya. Susu kotak dalam genggaman gadis itu sudah terjatuh ke lantai. Setelah beberapa lama, (Name) pun bisa meredakan batuknya. Ia berdehem-dehem untuk melegakan tenggorokannya. Tepukan di punggungnya pun terhenti.

"Te-Terima kasih Kageyama, aku sudah baikan sekarang," kata (Name) dengan suara serak lalu ia berdehem lagi. Setelah itu, ia pun berusaha melepaskan diri.

Akan tetapi, saat gadis itu hendak melepaskan diri, Kageyama malah semakin mendekapnya erat. Kepala (Name) kini bersandar di dada bidangnya menghadap samping. Lengan yang kokoh itu mengitari tubuhnya membuat (Name) merasa mungil dalam dekapan Kageyama. Gadis itu juga bisa mencium aroma maskulin dari tubuh pemuda itu.

"Emm ... K-K-Kageyama? Err ... b-bisa le-lepaskan aku? Jika ada yang melihat akan mengundang salah paham.."

(Name) semakin mengecilkan suaranya. Sebenarnya keadaan lorong dari tadi sepi. Tapi, bisa saja kan tiba-tiba ada orang yang lewat.

"Instingku mengatakan agar tidak melepaskanmu.."

(Name) mengerjap saat mendengar jawaban Kageyama.

Insting?

Insting?

Maksudnya nafsu?

Ah, (Name) baru ingat jika Kageyama adalah orang bertipe simpleminded super polos. Walau tampangnya cool seperti itu, ia sebenarnya orang yang clueless. Gadis itu menghela napas pelan. Ia berusaha menetralisir detak jantungnya juga rona yang muncul di pipinya. Jujur saja, ini adalah pertama kalinya ia melakukan skinship dengan seorang laki-laki.

"Emm, begini Kageyama. Berpelukan dengan perempuan yang bukan keluargamu dan kalian tidak memiliki hubungan apa-apa itu ... akan menimbulkan kesalahpahaman. Kau harus berpelukan dengan perempuan yang kau sukai.."

"Perempuan yang kusukai?"

"Iya, perempuan yang kamu sukai sama halnya seperti kamu yang menyukai voli. Kamu ingin selalu berada di sisinya sama halnya kamu yang ingin lebih lama berada di lapangan ketika bertanding. Kamu akan merasa sakit jika jauh dari perempuan itu sama halnya rasa sakit ketika dicadangkan saat pertandingan sedang seru-serunya. Kamu akan ikut bahagia saat melihat senyumannya sama halnya ketika kamu memenangkan pertandingan. Ya, intinya perempuan yang kamu sukai adalah perempuan yang begitu berharga bagimu, sama halnya dengan voli yang sangat berharga untuk kehidupanmu. Tidak, mungkin lebih berharga dari voli bagimu. Hehe.." jelas (Name) panjang lebar dengan kondisi masih berpelukan.

Hening. Tak ada jawaban. (Name) menyimpulkan jika Kageyama sedang mencerna kalimatnya tadi.

Tiba-tiba saja Kageyama malah semakin mengeratkan pelukannya. Tangan yang merangkul pinggangnya semakin erat begitu juga tangan yang melingkar di bahunya. Bahkan Kageyama membenamkan wajahnya di bahu (Name), mendusel-duselnya.

Iris (Name) melebar seiring jantungnya yang berdetak kencang lagi dan rona yang semakin menjalar.

"Berarti ... aku tidak salah. Instingku berkata benar. Mengenai penjelasanmu tadi .... aku sudah bertindak tepat," bisik Kageyama dengan suara parau tepat di telinga (Name) membuat si empunya merinding seketika.

ERROR!

















maaf jika ada saltik, saya mengetiknya setengah sadar tadi, hehe ✌️

oh, iya, bagi yang belum, mampir yuk ke book Hinataxreader punyaku, judulnya Sunshine. Mampir yok! Yok! Yok! *jiwa promosi keluar

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top