Iwaizumi Hajime ➵ Letter
Jika para gadis di sekolahnya memuja-muja ketampanan Oikawa Tooru, maka (Fullname) mengagumi Iwaizumi Hajime yang laki abis!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Haikyuu!! Fanfiction
Haikyuu!! © Haruichi Furudate
Letter © laughinapril_
Iwaizumi Hajime x (Fullname)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading!
(Name) berbinar-binar saat menonton latih tanding tim voli SMA-nya, Aoba Johsai, dengan sekolah tetangga. Bukan, ia kesini bukan untuk melihat Oikawa Tooru seperti segerombolan gadis yang berada di ujung sana, melainkan untuk melihat sang sahabat dari pemuda yang memiliki fans bejibun itu, Iwaizumi Hajime.
"Left! Left!"
Iwaizumi berteriak lalu melangkah perlahan kemudian loncat sambil men-spike bola.
BAM!
Bola masuk menghantam lantai dengan keras.
'KEREEN BANGEET!!'
Inner (Name) berteriak-teriak. Gadis berkuncir ekor kuda itu menggigit bibir bawahnya, berusaha tidak teriak beneran. Kedua tangannya mencengkram erat pegangan besi yang ada di depannya.
Tak hanya sampai situ saja, Iwaizumi kini dengan ekspresi kelelahan, peluh yang menetes, meraih ujung kausnya untuk mengelap wajahnya, menampakkan pemandangan indah bagi kaum hawa.
Pipi (Name) melepuh saat menyaksikan sang pujaan hati. Gadis itu membayangkan jika ia melihat pemandangan tersebut dari samping lapangan, mungkin saja ia sudah pingsan. Dilihat dari atas begini saja sudah hot begitu!
"(Name), katanya mau pulang bareng, ayo!"
"Eh? Tapi, pertandingannya belum selesai. Aku masih pengen menonton."
"Selesainya lama! Kamu mau pulang saat langit sudah gelap? Kalau iya, ya sudah. Aku duluan, ya!"
"Eh, j-jangan dong! Tunggu, aku mau mengambil tasku dulu di kelas."
Sebelum pergi, (Name) menatap sejenak ke Iwaizumi. Pemuda itu sedang setengah membungkuk, kedua tangannya bertumpu di kedua lutut. Posisi pemuda itu di dekat net, matanya fokus terhadap lawan yang hendak servis. Peluh menetes dari dahinya.
Laki abis!
(Name) menggigit jari telunjuk kanannya karena geregetan. Ada rasa tak rela untuk meninggalkan pertandingan, tapi apa boleh buat. Ia tak berani pulang malam sendirian. Oleh karena itu, ia selalu meminta pulang bareng dengan Yui yang merupakan tetangganya.
(Name) menatap Iwaizumi lebih lama lagi sampai akhirnya ada teriakan yang memanggilnya.
"(Name)!!"
"I-iya, sabar!"
***************
(Name) memainkan pulpennya. Rasa jenuh melanda setelah belajar dalam waktu yang lama. Kelas tiga tidak bisa membiarkannya santai begitu saja. Memang seserius itu, jika tertinggal sedikit materi, matilah sudah.
(Name) menarik napas panjang. Tiba-tiba ia teringat pertandingan tadi sore. Iwaizumi Hajime dengan segala kekerenan dan kelakian di lapangan membuat semua materi-materi pelajaran yang ada di otak (Name) musnah digantikan dengan fantasi-fantasi indah terkait sang pujaan hati.
Ah, gawat, dia ngehalu lagi.
Kenapa pria yang bernama Iwaizumi Hajime itu harus diciptakan, sih?
Kenapa juga dirinya bisa-bisanya suka dengan pemuda itu padahal keberadaan (Name) sendiri pun belum tentu dinotice oleh pemuda itu, kenapa coba?
(Name) pun menjatuhkan kepalanya di atas meja. Kepalanya ia hadapkan ke kanan dan pulpennya ia taruh di hadapannya, memutar-mutarnya di atas meja.
Otaknya memutar kembali hal-hal yang sudah ia lewati selama masa SMA ini. Tahun pertama yang dipenuhi kecanggungan dan keluguan sehingga ia menjadi gadis nolep. Lalu, tahun kedua berusaha mengubah penampilan dan berani menunjukkan jati diri yang sebenarnya. Saat tahun kedua juga ia bertemu Iwaizumi Hajime untuk pertama kalinya karena disatukan dalam satu kelas dan mulai tumbuh rasa kagum karena skill pemuda itu dalam voli juga sifatnya yang gentle.
(Name) ingat saat dulu, ia pernah diperintah untuk mengembalikan buku-buku paket ke perpustakaan setelah digunakan sebagai bahan pembelajaran di kelasnya. Tak ada yang membantu dirinya karena semua langsung ngacir ke kantin, kebetulan saat itu jam istirahat. Dan disitulah Iwaizumi datang membantunya.
Tak hanya itu saja, saat pelajaran olahraga, kaki Makoto-kun tiba-tiba saja terkilir dan Iwaizumi lah yang memberikan pertolongan pertama. Ia juga yang memapah Makoto-kun ke UKS.
Begitulah, masih banyak kebaikan dan kegentlean dari seorang Iwaizumi Hajime yang membuat (Name) terkagum-kagum walaupun pemuda itu sering menampakkan wajah sangar dibanding tersenyum.
Lalu rasa kagum itu lama-lama berubah menjadi suka. (Name) jatuh hati pada Iwaizumi. Beruntung di kelas tiga ini ia bisa sekelas lagi dengan pemuda itu. Namun, (Name) tak bisa mendekatinya secara mendalam lagi. Bisa dibilang ia sangat terlambat.
Kelas tiga sibuk persiapan dengan ujian masuk perguruan tinggi dan juga Iwaizumi masih aktif di klub volinya sampai Turnamen Musim Semi. Tak ada waktu untuk meladeni asmara. Salah (Name) sendiri sih yang hanya melihat Iwaizumi dari jauh, tidak berani mendekatinya. Interaksi dengan pemuda itu pun sewajarnya sebagai teman sekelas. Ya, tidak akan dinotice lah!
Untuk itu, ia harus membuang perasaan ini. (Name) masih ingat bencana saat mid semester kemarin. Nilainya turun gara-gara belajarnya tidak fokus karena Iwaizumi selalu mampir ke pikirannya. Parah memang.
(Name) pun berpikir mungkin sebaiknya ia menyatakan perasaannya kepada Iwaizumi Hajime sebelum kelulusan agar gadis itu tenang dan bisa fokus lagi. Toh, palingan ia ditolak, (Name) sudah siap kok patah hati dan merelakan pemuda itu. Ya, mau tidak mau harus sudah siap, sih.
(Name) pun bangkit lalu menggebrak meja belajarnya. Muncul sebuah tekad di dadanya. Besok ia akan menyatakan perasaannya kepada Iwaizumi Hajime lewat surat! Nah, itu yang terbaik!
(Name) pun menyobek kertas dan meraih pulpennya. Ia pun mulai menyusun kata-kata untuk sang pujaan hati.
*************
(Name) berjalan menuju loker sepatu. Hari ini tekadnya sudah bulat. Walau seperti pengecut ia akan menaruh surat cintanya ini di loker pemuda tersebut. Kalau bukan hari ini kapan lagi?
(Name) menggenggam surat di tangannya. Semoga saja pemuda itu tak ada di sana. Hampir dekat dan sesampainya di sana .... doanya tidak dikabulkan.
Iwaizumi Hajime baru saja membuka loker sepatunya. Langkah (Name) pun terhenti. Mendadak keraguan muncul di hatinya.
' Apa besok saja ya? Ah, tidak, tidak! Jangan menunda-nunda. Ini kesempatan bagus, berikan secara langsung! Ya, berikan secara langsung. Oke, (Name) tenang. Bersikap natural. Jangan sampai dicurigai.'
(Name) menarik napas perlahan lalu melanjutkan langkah.
"Oh, halo Iwaizumi-kun!"
Bagus! Terlihat natural
"Oh, halo juga (Name)!" balas pemuda itu setelah meletakkan sepatunya di tanah. Pemuda itu pun duduk untuk memakai sepatunya.
"Tidak ada kegiatan klub?" tanya (Name) sambil membuka loker sepatunya.
"Tidak, hari Senin diliburkan." jawab Iwaizumi seraya menali sepatunya.
Bodoh (Name)! Kenapa malah bertanya hal yang sudah kau ketahui?!
"O-oh, benar juga ya, aku lupa. Eh, tidak bareng Oikawa-san? Tidak biasanya."
"Bocah itu sakit, kebanyakan begadang. Ngeyel sekali, sudah dibilangin padahal."
Iwaizumi berdiri, ia selesai menali sepatunya. Begitu juga (Name), ia lebih cepat dari Iwaizumi karena model sepatunya langsung pakai.
"A-Anoo...Iwaizumi-kun.." (Name) berdiri di hadapan Iwaizumi, suratnya ia sembunyikan di belakang tubuhnya. Matanya menatap ke arah lain.
"Ada apa?" Iwaizumi menatap lurus ke arah (Name).
Ayo (Name), lakukan!
(Name) pun menarik napas kemudian..
"I-Ini.." (Name) menyodorkan suratnya ke Iwaizumi sambil menunduk. Jantung (Name) berisik sekali, ia gugup setengah mati. Tak lupa rona yang menjalar hingga ke kuping.
Hening sesaat, Iwaizumi belum bereaksi hingga akhirnya..
"Oh, kau mau aku berikan ini ke Oikawa? Baik, akan kuberikan kepadanya." Iwaizumi berucap ringan sambil mengambil suratnya membuat (Name) panik.
'WHAAT?! Kenapa cowok ini malah berpikir seperti itu? Ah, ini pasti gara-gara ia sahabatan sama Oikawa-san si idola sekolah. Ia pasti terbiasa menerima surat dari penggemar Oikawa-san sehingga berpikiran seperti itu.'
"B-Bukan! Itu bukan buat Oikawa-san!" ucap (Name) hampir berteriak sontak Iwaizumi sedikit terkejut.
"E-Eh?"
"Itu untukmu Iwaizumi-kun.."
Iwaizumi mengedip beberapa kali. "Ini u-untukku?"
"I-Iya..itu untukmu.." Jari telunjuk (Name) menunjuk Iwaizumi.
"... dariku." Lalu jarinya menunjuk dirinya sendiri.
Hening. Iwaizumi terdiam, sedangkan (Name) wajahnya sudah merah padam. Tak lama, muncul lah rona tipis di pipi Iwaizumi membuat (Name) semakin gugup.
"A-Arigatou..."
"K-Kalau begitu, sampai jumpa Iwaizumi-kun!" (Name) lari meninggalkan Iwaizumi lalu saat sampai di gerbang sekolah ia berhenti kemudian berteriak sekencang-kencangnya.
"UWAAAAAAAAA!!!!!! AKU MELAKUKANYAAAA!!!!"
Sedangkan Iwaizumi masih dalam posisi yang sama lalu ia menatap surat yang diberikan (Name).
*anggap aja itu tangannya Iwaizumi :v
Pemuda itu kemudian menutup sebelah wajahnya dengan tangan kanannya dan tangan kirinya mendekap surat itu di dadanya. Pipinya merona merah.
Astaga, tidak disangka ... gadis yang ia sukai memberinya surat pernyataan cinta!
Fin
Author's note:
Panjang amat dah 😑
PAT selesai, yeay! *happines noises
sumber setiap gambar yang ada di cerita ini: pinterest
See you next chap!
Have a nice day 😉
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top