Hinata Shouyou ➵ Go
Honored mention SekarYuenisgo1019 yang req pertama kali Hinata badboy
Happy reading^^
"Lagi?"
Satu kata dengan nada bertanya itu terucap sembari meloloskan napas berat. Kentara sekali jika si penanya merasa lelah dengan apa yang dihadapinya saat ini. Luka lebam baru ditambah goresan serta luka lebam lama yang seharusnya masih dalam proses pemulihan malah semakin bonyok. Ekspresi (Fullname) saat ini benar-benar kesal, lelah, dan tak habis pikir.
Hinata Shouyou. Pemuda berusia 17 tahun. Memasuki tahun kedua SMA. Salah satu berandalan sekolah. Sekarang sedang menghadap (Name) dalam keadaan penuh lebam akibat berkelahi dengan Kageyama karena perihal sepele. Saat pelajaran olahraga, Shouyou tidak niat dalam pertandingan voli dan Kageyama pun membentaknya untuk serius. Shouyou pun tidak terima dan akhirnya terjadilah perkelahian.
Sungguh, (Name) tak habis pikir mengapa pemuda di hadapannya ini hobi sekali main tangan. Padahal tiga hari yang lalu Shouyou menghadap kepadanya juga untuk diobati akibat perkelahiannya dengan kakak kelas yang terkenal sama berandalnya, Terushima Yuuji. Lalu seminggu sebelumnya juga ke sini karena berkelahi dengan Hoshiumi Korai, alasannya (Name) tidak tahu. Dan masih banyak lagi riwayat perkelahian Hinata Shouyou di sekolah ini dalam kurun waktu dua tahun. Belum lagi perkelahian di luar sekolah. Mungkin tak terhitung jumlahnya. Benar-benar anak berandal.
"Iya," jawab Shouyou singkat. (Name) pun sekali lagi menghela napas. Ia pun menarik tangan Shouyou ke tepian ranjang yang ada di UKS, menyuruh sang pemuda untuk duduk di sana. Kaki pun bergerak cekatan untuk mengambil obat merah, ia akan melakukan tugasnya sebagai anak PMR juga sebagai pacar. Ya, (Name) si anak PMR yang biasa-biasa saja itu berpacaran dengan Hinata Shouyou si berandal.
Bagaimana awal mulanya? Semula mereka sering bertemu di UKS. Tentunya Shouyou dalam keadaan babak belur dan (Name) mengobatinya. Lalu seringnya mereka bertemu di UKS, benih-benih rasa suka pun tercipta. Shouyou pun menembak (Name) dan mereka pun jadian. Alasan (Name) menerima Shouyou?
Ya, karena suka juga
Hubungan keduanya ini tidak banyak yang tahu. Tidak—mungkin satu sekolah malahan tidak ada yang tahu. Wajar saja, (Name) bukanlah orang yang tipe suka mengumbar-ngumbar. Ditambah Shouyou si anak berandal yang benar-benar diragukan jika dia sudah berpacaran. Intinya, tidak ada yang tahu kalau mereka berpacaran.
"Sa-Sakit (Name)! Pelan-pelan!" Shouyou meringis saat (Name) mengusap lukanya dengan tenaga. Gadis itu sendiri hanya diam mengabaikan sambil terus melanjutkan.
"Shouyou, kau tahu betul, kan, kalau sekarang tahun depan sudah kelas tiga?"
Shouyou meneguk ludah. 'Ah, ini dia, omelan panjang dari (Name)'
"I-Iya."
"Nah, untuk itu berhenti dahulu, ya, berantem-berantemnya. Tanggung tahun depan sudah mau lulus, masa iya nanti kena skorsing? Pokoknya tolong banget untuk menahan diri enggak main tangan sampai lulus. Setelah lulus, silakan aja mau berantem sama siapa saja asalkan jangan sampai mati."
Mendengar kalimat terakhir (Name), sontak saja Shouyou langsung melotot horor. "Ih, (Name)-chan, perkataanmu yang terakhir itu mengerikan banget untuk didengar tahu!"
"Ya, lagipula kalau aku menyuruhmu untuk berhenti jadi berandal pasti tidak akan didengarkan."
Skakmat. Shouyou hanya tersenyum garing sambil menoleh ke arah lain. Mereka pun kembali larut dalam keheningan. Shouyou mengawasi (Name) yang telaten memberikan obat merah pada dahinya lewat sudut matanya. Kemudian ia menyadari satu hal saat melihat wajah (Name).
"Semalam tidur jam berapa?" tanyanya sambil tangannya terulur untuk mengusap-usap kantung mata kanan gadisnya. (Name) yang tiba-tiba mendapat perlakuan seperti itu langsung menghentikan kegiatannya. Ia menatap Shouyou dengan kikuk.
"Ti-Tidak tahu. Yang jelas larut malam."
"Apa karena orang tuamu berantem lagi sehingga kau tidak bisa tidur?"
"Hm, begitulah."
(Name) pun kembali melanjutkan kegiatannya untuk mengobati luka Shouyou. Enggan untuk meneruskan percakapan soal orang tuanya. Perihal Shouyou yang bisa mengetahui masalah orang tua (Name) karena pernah tak sengaja Shouyou menelepon (Name) malam-malam dan ia mendengar suara pertengkaran mereka. Ketika itulah Shouyou tahu bahwa gadisnya ini tinggal dalam keluarga yang tidak baik-baik saja.
"Kalau mereka berantem saat tengah malam lagi, kau keluar rumah saja," ucap Shouyou sambil menatap serius ke arah (Name).
Mendengar ucapan Shouyou sontak saja membuat gadis itu tertawa,"Yang ada aku akan dimarahi habis-habisan karena keluar tengah malam."
"Diam-diam saja keluarnya. Aku akan membantumu," tambah Shouyou sambil mengeluarkan seringaian penuh arti. Mode anak berandalnya telah keluar. (Name) yang melihat itu hanya bisa meloloskan napas pasrah. Terlampau terbiasa dengan polah Shouyou yang urak-urakan.
"Ya, nanti aku akan menghubungimu untuk membantuku kabur nanti kalau mereka berantem lagi tengah malam," tanggap (Name) dengan niatan bercanda.
Namun, Shouyou yang mendengarnya saat itu benar-benar beranggapan serius akan ucapannya. Semua bermula dari (Name) yang iseng mengirimkan chat pada Shouyou tepat saat orang tuanya kembali adu mulut tengah malam. Hal itu dilakukan karena (Name) ingin fokus pada chat dan tidak terlalu mendengarkan sumpah serapah yang dikeluarkan orang tuanya. Tentu saja (Name) memberitahu Shouyou di chat orang tuanya bertengkar lagi.
Shouyou
Oke, tunggu bentar.
(Name) pikir chat terakhir Shouyou merujuk pemuda itu hendak ke kamar mandi atau hal lain. Namun, dua puluh menit berselang setelah chat itu, tiba-tiba saja Shouyou sudah berdiri di depan jendela kamarnya. Ya, Hinata Shouyou, menerobos pagar rumahnya lalu mengetuk jendela kamarnya yang ada di samping bangunan rumah. Adegan seperti yang ada di drama-drama dan (Name) tak bisa berkata apa-apa.
"Kau minta bantuan untuk kabur sementara, kan?" tanya Shouyou ringan membuat (Name) menghela napas berat.
'Padahal waktu itu aku cuma bercanda'
Suara teriakan dari dalam rumah menginterupsi mereka. Hal itu membuat Shouyou dan (Name) bertemu pandang. Sorot mata Shouyou saat itu begitu sendu dan menyiratkan kepedulian yang mendalam, hal yang tak pernah ia rasakan dari orang tuanya.
"Lebih baik kau mendengarkan pertunjukan busking di pinggir jalan daripada mendengarkan hal yang tidak pantas seperti ini, (Name)."
Satu tarikan napas penuh keyakinan, (Name) pun memutuskan untuk merealisasikan acara kabur sementaranya bersama Shouyou. Pintu kamar pun ia kunci dari dalam lalu mematikan lampunya agar orang tuanya terkelabui bahwa ia sudah terlelap. Beberapa lembar uang dan ponsel ia masukkan ke dalam tas kecil yang akan dibawanya.
Shouyou membantu membuka jendela lebar-lebar agar (Name) bisa keluar dengan aman. Mereka menutup jendela dengan hati-hati agar tak ada suara yang keluar. Pagar samping rumah (Name) terbilang pendek, jadi mereka bisa memanjatnya dengan mudah. Sebuah sepeda dengan keranjang dan boncengan terparkir di depannya, sepedanya Shouyou.
"Ayo naik!"
(Name) pun dengan segera duduk di boncengan lalu sepeda pun melaju menjauhi rumahnya. Untung sekitar rumahnya sepi sehingga tidak ada yang mencurigai mereka. Ya, tentu saja, sudah pukul sebelas malam soalnya.
"Kita mau ke mana?" tanya (Name) dengan suara yang sengaja dikeraskan tatkala mereka sudah memasuki jalan raya.
"Ke arcade!" jawab Shouyou tak kalah serunya.
(Name) memandang pemandangan di kanan kirinya. Jajaran toko, cafe, dan restoran yang begitu ramai. Lampu-lampu gedung pencakar langit yang menyala terang. Kerlipam kendaraan dan orang-orang yang berlalu lalang. Keramaian kota di malam hari yang begitu indah di mata (Name). Senyuman kecil pun terbit di wajahnya. Ia seketika bersyukur karena menerima ajakan Shouyou untuk kabur. Lagipula ini juga malam Minggu, anggap saja kencan.
Setelah memakan waktu 15 menit, akhirnya mereka tiba di salah satu arcade terkenal di pusat kota. Sepeda dipakirkan lalu di dalam berbagai permainan pun dicoba.
"Ah, sial!" desis Shouyou saat ia gagal mencapit boneka targetnya di mesin pengambil boneka. Dua koin telah terbuang percuma. (Name) hanya tertawa renyah saat melihatnya. "Sudah tidak apa, main basket saja, yuk!"
Selanjutnya mereka beralih ke permainan Street Basketball. Shouyou sangat bersemangat saat memainkan ini karena basket adalah keahliannya. Maka dari itu, saat pertandingan voli kemarin ia tidak niat karena voli bukan keahliannya. Walau tubuhnya tergolong pendek, kemampuan basket Shouyou tak perlu diragukan karena ia sudah terlatih sejak kecil.
Suara bola yang masuk ring menggema terus-menerus dari bilik Shouyou. Skor pemuda itu terus bertambah. Berbeda dengan (Name) yang sedari tadi meleset lemparannya. Tapi, gadis itu tak masalah, yang penting ia bersenang-senang.
Berkat Shouyou yang mencetak skor tinggi, mereka mendapatkan belasan kupon dari mesin Street Basketball yang bisa ditukar di kasir dengan benda-benda yang sudah ditentukan. Kupon yang didapat berjumlah 15, mereka mendapatkan dua gantungan kunci berbentuk Pikachu. Setelah menukar kupon, mereka pun melanjutkan bermain ke Dance Dance Revolution.
Sedikit ada kejadian lucu kala mereka bertanding di mesin Dance Dance Revolution. Shouyou hampir saja terpeleset saat memainkannya. Hal itu membuat (Name) tertawa dan akhirnya tidak fokus. Shouyou yang memenangkannya.
"Aku tidak terima dengan kemenanganku ini karena caraku menang jelek sekali! Untung saja tadi tidak jatuh sungguhan!" omel Shouyou yang tampak menggemaskan di mata (Name). Tangan sang gadis pun terulur untuk mencubit pipi sang pemuda pelan.
Setelah kelelahan bermain Dance Dance Revolution, mereka pun memutuskan untuk menghabiskan sisa koin dengan bermain Air Hockey. Cukup sengit karena keduanya sama-sama bertahan dengan baik. Bahkan sampai ada beberapa pengunjung yang menontonnya—lebih tepatnya menunggu Shouyou dan (Name) selesai bermain. Permainan Air Hockey itu diakhiri dengan kemenangan (Name).
"Lapar, makan street food, yuk! Sekalian nonton busking yang biasa ada di sana," ajak Shouyou setelah keluar dari arcade. (Name) hanya mengangguk patuh. Gadis itu juga lapar.
Kawasan street food berdekatan dengan arcade juga taman kota. Jadi, mereka pun memutuskan untuk berjalan ke sana. Perjalanan diselingi obrolan kecil dan lelucon Shouyou. Walau tampang berandal, Shouyou memiliki jiwa komedi yang hanya keluar di hadapan (Name) seorang dan (Name) selalu tertawa dibuatnya. Mereka pun tiba di area street food lalu mulai memburu makanan.
"Aku belum pernah mencoba corndog. Kita beli itu, ya?" pinta (Name) yang tanpa pikir panjang disetujui Shouyou.
Stand corndog saat itu benar-benar ramai. Maka dari itu, Shouyou pun memutuskan untuk menyerahkan urusan antri corndog pada (Name), sedangkan ia akan ke pergi untuk membeli minuman dan makanan ringan yang lain.
Setelah 15 menit lamanya, corndog pun akhirnya sudah di tangan bersamaan dengan Shouyou yang kembali membawa dua milkshake dan takoyaki. Mereka pun mencari tempat duduk di area taman untuk memakan makanan mereka sambil menonton pertunjukan busking yang ada di sana. Untung saja mereka menemukan bangku taman yang kosong dan pas sekali menghadap ke pertunjukan. Mereka menikmati makanan mereka sambil mendengarkan nyanyian berasal dari perempuan manis yang sambil memainkan gitar.
"住みなれた この部屋を 出てゆく日が来た
新しい旅だちに まだ戸惑ってる
駅まで向かうバスの中
友達にメールした ..."
Shouyou menolehkan wajahnya pada (Name) dan mendapati ekspresi cerah dari sang gadis. Pemuda itu pun menguarkan senyuman manis sambil tangannya terulur untuk mengusap lembut pucuk kepala (Name). Gadis itu sendiri tidak merasa terganggu, ia masih fokus menonton pertunjukan. Ada kelegaan di dalam hati Shouyou saat melihat wajah gembira (Name). Pemuda itu tak bisa membayangkan jika (Name) harus mendekam di kamar sambil mendengarkan bentakan-bentakan dari orang tuanya. (Name) tidak pantas untuk bernasib seperti itu.
"Wei, Shouyou!"
Sebuah seruan dari belakang membuat keduanya menoleh berbarengan. Seorang pemuda pendek berambut jabrik dengan pemuda berkepala pelontos menghampiri mereka. Shouyou tersenyum lebar saat melihatnya.
"Woah, Nishinoya-san, Tanaka-san!"
Dua pemuda yang dipanggil tadi kini berdiri di sebelah Shouyou. (Name) tersenyum canggung menatap kedua teman Shouyou yang baru ia temui saat ini. (Name) belum pernah bertemu mereka sebelumnya.
"Tunggu, apa ini Shouyou? Malam Minggu membawa seorang gadis ke taman kota~" goda Tanaka sambil melihat Shouyou dan (Name) bergantian.
"Waduh, sepertinya kedatangan kami mengganggu kalian, ya," tambah Nishinoya sambil menaik-naikkan alisnya. Shouyou yang digoda seperti itu hanya tertawa terbahak-bahak, pemuda itu memang tahu betul tabiat kedua temannya ini yang suka menggoda. (Name) sendiri hanya bisa tersenyum canggung, tak tahu harus bersikap apa.
"Kupikir kalian ada di lapangan biasa. Tumben sekali ada di sini," ujar Shouyou setelah selesai tertawa. (Name) menaikkan alis tanda bingung. Lapangan?
"Ada lapangan basket baru di sekitar sini. Kita bermain di sana sejak tadi. Kebetulan kami melihatmu, jadi kami berniat mengajakmu untuk main bareng. Mau tidak?" tawar Tanaka.
'Basket? Apa mereka ini teman pemain streetbasketball-nya Shouyou?' pikir (Name) sambil menatap ketiganya.
"Wah, ada siapa saja?" tanya Shouyou yang jelas tertarik dengan tawaran
"Biasa, anak-anak street basketball yang sering main bareng," jawab Nishinoya.
Shouyou pun menoleh ke arah (Name), hendak meminta persetujuan. "Gimana, (Name)-chan? Kau mau melihat pertandingan basket?"
(Name) spontan saja mengangguk. Ia ingin melihat Shouyou bermain basket mengingat kesempatannya untuk melihat permainan pemuda itu di sekolah sangatlah kecil. Mereka beda kelas sehingga jadwal pelajaran olahraga pun berbeda. Juga Shouyou jarang bermain basket ketika jam istirahat. Pemuda itu seringnya cari masalah.
"Hm, aku mau. Aku ingin melihat permainanmu, Shouyou."
"Baiklah, kalau begitu kami menghabiskan dulu makanan kami di sini. Lapangannya ada di sebelah mana? Nanti kami menyusul."
"Kebetulan kami hendak mencari makanan. Tunggu saja di sini, nanti kita ke sana bareng."
Sesuai perkataan Tanaka, Shouyou dan (Name) memutuskan untuk menunggu Nishinoya dengan Tanaka sambil menghabiskan sisa makanan mereka. Tepat saat Tanaka dan Nishinoya kembali, makanan mereka telah tandas. Keempatnya pun beranjak menuju lapangan yang dimaksud.
"Woah, woah, woah, chibi jingga membawa seorang gadis? Lev, kau kalah dengannya bhuahaha!"
Kedatangan mereka disambut oleh seruan melengking dari pemuda jangkung berambut ayam. Keadaan lapangan basket itu cukup ramai, ada belasan anak laki-laki dan beberapa perempuan. (Name) menduga jika perempuan-perempuan itu adalah pacar dari beberapa mereka.
"Yo, Kuroo, Lev!" Shouyou mulai menyalami satu-persatu dari mereka. Sepertinya mereka sudah akrab cukup lama.
"Hinata, dia sungguhan pacarmu?" tanya pemuda jangkung bernama Haiba Lev. Pemuda bersurai abu itu memandang Shouyou tak percaya. Shouyou hanya merangkul pundak (Name) dengan senyuman tengilnya sebagai jawaban.
"Kau benar-benar kalah, Lev! Astaga, lelucon macam apa ini?!" gurau Kuroo tak bisa menahan tawanya.
Ya, kedatangan Shouyou dengan (Name) itu disambut dengan berbagai tanggapan. Ada yang tak percaya seperti Lev, ada yang bersorak menggoda, ada juga yang biasa saja. Hinata Shouyou dengan riwayatnya sebagai pemuda berandalan agak kurang dipercayai jika ia memiliki pacar. Wajar saja jika mereka beranggapan seperti itu. (Name) sendiri hanya bisa tersenyum menanggapi semuanya.
"Baiklah, ayo tanding!"
Para laki-laki kini mulai membagi tim untuk bertanding. Sorak riuh anak-anak yang menonton menggema. (Name) duduk sebelahan dengan Alisa, pacar Kuroo, di bangku penonton yang ada di pinggir lapangan. Saat melihat para pemain, terlihat sekali di antara anak yang lain, Shouyou lah yang paling pendek. Namun, kemampuannya benar-benar menyeimbangi anak-anak yang tinggi selama bertanding.
"Oper! Oper!"
(Name) memerhatikan Shouyou dengan seksama selama pertandingan. Kekasihnya itu begitu gesit menghindari pemain lawan yang hendak menahannya. Lari ke sana kemari sambil dribble bola. Tak lupa dunk shot yang selalu menjadi killing point.
Benar-benar keren. (Name) tak bisa untuk tidak terpukau. Tidak disangka jika Shouyou begitu atraktif saat bermain basket. (Name) jadi berkeinginan untuk menjadi penonton setia Shouyou di setiap pertandingan basketnya.
"Skor terakhir jika Hinata berhasil memasukkan, dia harus memeluk pacarnya!"
Penonton seketika riuh setelah mendengar seruan Kuroo, pemuda yang menjadi teman satu tim Shouyou saat ini, sambil menatap ke arah (Name). Alisa yang ada di sebelahnya bahkan tertawa menggoda. (Name) hanya bisa tersenyum kikuk saking tidak tahu harus bereaksi apa.
"Oke, tantangan diterima!"
Penonton semakin ricuh kala Shouyou menanggapi tantangan dari Kuroo. Mereka semakin menjadi-jadi untuk menggoda keduanya. (Name) sendiri hanya bisa membelalak tak percaya sambil menatap Shouyou yang dibalas kedipan mata oleh sang pemuda. Hal itu pun membuat (Name) merona seketika.
"Oper kemari!"
Pertandingan terakhir berlangsung sengit. Offense, diffense, pass, dan shoot berjalan intensif. Walaupun mereka hanya bermain street basketball biasa tanpa hadiah apapun, akan tetapi bisa dilihat dedikasi dan harga diri mereka dipertaruhkan saat bermain.
"WOAH TWO POINTS!"
Sorakan meriah bergaung setelah Shouyou berhasil melakukan lay up shoot yang membawa kemenangan pada timnya.
"PELUK PACARNYA!"
Seketika Alisa langsung mendorong (Name) agar berdiri. Shouyou berlari ke arahnya lalu menerjangnya dengan pelukan erat. Bahkan sampai mengangkat tubuhnya lalu berputar. Keduanya tertawa seiring sorakan dan siulan menggoda tertuju kepada mereka.
(Name) tak peduli. Ia begitu bahagia, begitu senang karena Shouyou membawanya kabur ke sini. Shouyou memberinya kebahagiaan sederhana yang belum pernah ia dapatkan. Sungguh, pertemuannya dengan Shouyou bagai anugerah. (Name) sama sekali tak menyesalinya.
**********
Pukul satu malam. Shouyou telah mengantar (Name) kembali ke rumah. Keadaan rumah sepi, sepertinya pertengkaran kedua orang tuanya sudah mereda. Kini mereka berada di area pagar sebelah rumah, tembus menuju jendela kamar (Name).
"Habis ini cuci kaki, cuci tangan, sikat gigi, terus tidur, ya! Tenang, besok hari Minggu, jadi tidak perlu memikirkan sekolah," ujar Shouyou sambil mengusap lembut pucuk kepala (Name).
"Iya. Terima kasih, ya, Shouyou karena telah membawaku kabur malam ini." (Name) berucap tulus sambil menguarkan senyuman manis. Shouyou hanya tertawa kecil lalu tersenyum lebar sambil mengangguk dan mencubit hidung (Name) pelan sebagai tanggapan.
"Kalau kau ingin kabur lagi, kabari saja!"
(Name) hanya tertawa kecil sambil mengangguk. Sebelum memanjat pagar rumahnya dengan cepat, (Name) mengecup pipi Shouyou sekilas. Hal itu membuat sang pemuda terkejut dan malu. Tidak disangka jika (Name) akan bertindak agresif seperti itu.
"Sampai jumpa di hari Senin, Shouyou! Aku juga tak sabar untuk kabur lagi denganmu."
Pergi untuk menjadi bagian dari kesenangan malam di kota agar melepaskan sesak dari gelapnya kamar ...
A/N:
Thanks to MV Go - NCT Dream yang menginspirasi ff ini.
2748 word, udah lama ga buat one shoot haikyu sepanjang ini, jadi throwback masa2 book ini awal debut, rata2 wordnya lebih dari 1K ಥ‿ಥ
Dan ya, semoga Hinata nya ga terlalu ooc (´-﹏-';)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top