Futakuchi Kenji ➵ Nice Catch!

"Semua, mohon perhatiannya. Kenalkan, dia akan menjadi percobaan manajer untuk seminggu ke depan."

"Wah, Mai-san gercep sekali!"

"Tentu saja, jabatanku menjadi manajer akan segera berakhir karena aku sudah kelas tiga, inilah waktu yang tepat mencari pengganti dan aku ingin agar (Name)-chan terbiasa saat sudah menjadi manajer nanti. Ah, ayo kenalkan dirimu terlebih dahulu, (Name)-chan!"

"(Fullname) desu! Kelas 1-4, yoroshiku onegaishimasu!"

Gadis mungil dengan rambut hitam legam dikepang menyamping menjuntai di bahu dalam balutan seragam olahraga. Pipinya merona dan nada suaranya bergetar, kentara sekali jika gadis ini seorang pemalu.

Entah kenapa gadis ini mengingatkan Futakuchi pada manajer imut dari Karasuno. Ya, sikap kikuk dan pemalunya itu sangat mirip.

Contohnya saja saat gadis itu sedang membawa setumpukan handuk, ia memekik saat Aone menepuk bahunya pelan, meminta handuk dan gadis itu malah menatap Aone dengan ketakutan sambil berkata,"Jangan makan aku!"

Futakuchi saat melihat kejadian itu, menutup mulutnya sambil menoleh ke arah lain, menahan overload kegemasan. Tidak disangka dia akan mendapat manajer kawai.

Di hari keempat percobaan manajer, Futakuchi iseng ingin mengerjai (Name). Dari hari pertama, interaksinya dengan (Name) hanya sebatas mengambil handuk, mengambil botol minum, dan membantu merapikan bola. Belum ada percakapan di antara mereka.

Dari hari pertama, Futakuchi selalu mengawasi betapa rusuhnya (Name) dalam melakukan pekerjaannya. Entah itu tersandung kaki sendiri, menjatuhkan bola-bola yang dibawanya, jari-jarinya tersangkut saat melipat net, seringkali memekik ketakutan saat melihat Koganegawa, Aone, dan yang lain. Makanya, timbul lah niat jahil dari dalam Futakuchi.

Saat itu Futakuchi melihat (Name) yang kesusahan membawa beberapa botol di dekapannya. Pemuda itu pun menghampiri si gadis mungil calon manajer.

"Hoi, sudah tahu tanganmu cuma dua, tapi kenapa malah maksa bawa banyak botol? Jika botol-botolnya jatuh, bakalan repot."

(Name) tiba-tiba saja memekik, sepertinya Futakuchi mengagetkannya. Sontak semua botol yang berada di dekapannya jatuh semua. Untung botol-botolnya masih kosong.

"Uwaaa!! Maafkan aku! Aduh, aduh, maaf!"

Gadis mungil itu panik mengambil botol-botol yang bergelindingan di lantai. Futakuchi hanya bisa melongo. Gadis ini ... kikuknya parah sekali!

Futakuchi menghela napas. Ia pun membungkuk, membantu (Name) mengambil botol-botol yang berjatuhan.

"Haah, ini sudah hari keempat masa percobaan, tapi kamu belum terbiasa. Kamu ini niat, tidak sih menjadi manajer?"

Futakuchi membantu (Name) membawa botol-botol tadi lalu meletakkannya di bench. (Name) mengekor di belakangnya.

"Ah! Itu ... anoo .... s-sebenarnya ... uwaa sumimasen!"

Gadis mungil itu kini malah membungkuk berkali-kali di hadapan Futakuchi membuat pemuda itu sweatdrop.

"Berhentilah meminta maaf. Jika kau memang niat, santai saja dan lakukan yang terbaik."

Futakuchi menahan kepala (Name) agar tidak membungkuk lagi lalu mengacak-acak rambutnya pelan. Gadis itu pun langsung mendongak, sontak Futakuchi langsung menarik tangannya.

"Ha'i!!! Saya akan berjuang lebih keras!"

(Name) menatap Futakuchi dengan tatapan berbinar serta rona di pipi. Kedua tangannya mengepal di dada. Iris hitam kelamnya berkilau indah.

"Baguslah kalau begitu ..."

Futakuchi pun berlalu dari hadapan (Name). Setelah agak menjauh, pemuda itu pun menutup mulutnya dengan satu tangan dan satu tangannya lagi memegang dadanya ditambah rona yang menghiasi pipinya. Futakuchi tidak kuat. Kokoronya tidak kuat.

(Name) terlalu imut, sial ...

********

Hari-hari pun berlalu. (Name) kini telah resmi menjadi manajer tim voli SMK Dateko. Ia mulai membiasakan diri dengan tugasnya dan mengakrabkan diri dengan para anggota tim voli. Walaupun begitu, semenjak hari pertama percobaan manajer hingga sekarang (Name) merasa segan dengan sang kapten, Futakuchi Kenji. Apalagi semenjak kejadian botol-botol itu.

Padahal Mai-senpai bilang kalau Futakuchi-senpai itu tidak cocok disegani karena kepribadiannya yang menyebalkan. Sejauh ini (Name) belum melihat sisi menyebalkan dari sang kapten atau memang ... dia yang tidak menyadarinya?

Entahlah, yang jelas dalam benak (Name), jangan sampai ia membuat kesalahan di depan seniornya itu. Jika saja itu terjadi, firasat (Name) mengatakan sesuatu yang berbahaya akan terjadi.

*******

Kala itu, untuk pertama kalinya SMK Dateko lolos ke pertandingan nasional mewakili Prefektur Miyagi. Hari itu, mereka telah memenangkan satu pertandingan yang hampir menghabiskan seharian penuh. Tingkat nasional memang beda.

Setelah istirahat makan siang dan menonton beberapa pertandingan sekolah lain, tim Dateko pun beranjak kembali ke penginapan. Mereka telah berada di parkiran, memasukkan barang-barang ke dalam bus.

"Sudah tidak ada yang tertinggal, kan?" tanya Futakuchi. Pemuda itu berdiri di tengah-tengah deretan bangku penumpang, mengecek anggota lain yang satu persatu mulai mendudukkan diri. Mai dan (Name) berada di bangku belakang, menata barang-barang. Mai terlihat sedang menghitung sesuatu kemudian ia berkata,

"Anoo ... kotak bekalnya kurang empat sama botolnya satu."

"Hah?!"

(Name) berjengit saat mendengar pekikan bernada kesal dari Futakuchi. Menata kotak bekal yang kosong dan botol-botol adalah tugasnya tadi.

"I-itu tanggung jawab saya! Saya akan mengambilnya, tunggu sebentar!"

"Eh, tunggu dulu (Name)-chan! Astaga, larinya cepat sekali ..."

Futakuchi menghela napas saat melihat (Name) yang berlari ke dalam GOR dari dalam jendela bus.

"Akan kususul dia .."

***********

(Name) menyisir area atas tribun penonton. Ketemu, tumpukan kotak bekal yang diikat oleh kain dan satu botol di dinding pojokan. (Name) pun menghembuskan napas lega. Ia pun mengambil ujung kain yang melapisi tumpukan kotak bekal itu dan memasukkan botol tersebut ke dalam tas yang berada di gendongannya. Kini, ia menenteng ikatan kain yang melapisi tumpukan kotak bekal. Saat dia berbalik, tiba-tiba saja ada tiga orang pemuda bertubuh tinggi yang menghampirinya.

"Wah, ada gadis kawaii di sini ..."

"Hei, boleh minta ID Lime-mu?"

"Ah, kau manajer tim Dateko dari Miyagi itu ya? Beritahu aku namamu juga manajer cantik satunya lagi .."

(Name) menatap ke arah tiga pemuda bertubuh tinggi berwajah sangar yang sedang mengelilinginya dengan tatapan ketakutan. Area atas tribun sudah berangsur sepi, tak ada yang mencurigai mereka.

Tak heran jika (Name) menarik perhatian kaum adam. Dengan jaket Dateko yang membungkus tubuh mungilnya, celana seperempat yang sedikit mengekspos kaki putihnya, kepangan rambut yang menjuntai di bahu, wajah putih dan mata hitam kelam yang membola, memberikan kesan imut.

"Waaa, permisii, aku tidak punya ID Lime!!!!!!"

(Name) berhasil menerobos tiga pemuda yang mengerubunginya. Kini ia berlari menjauh dengan ekspresi super ketakutan. Baru saja setengah berlari, gadis mungil itu merasakan tas kecilnya ditarik ke belakang sehingga hampir saja ia terjengkang. Namun dengan cepat ia mengendalikan diri.

"Woa, santai saja, jangan takut seperti itu .."

"Hei, kamu ada waktu luang? Mau ke karaoke bersama?"

"Maaf, tidak bisa, aku sudah ditunggu, maaf!!"

(Name) berhasil memberontak, ia kabur lagi dengan lari dua kali lebih cepat.

'COWOK TOKYO MENGERIKAN!! MENGERIKAAAAN!!!!!!'

Begitulah inner (Name) berteriak-teriak.

(Name) berlari sambil berusaha mengingat-ingat arah menuju lobby. Ah, itu ada belokan. Baru saja berbelok, gadis mungil itu malah tersandung kaki sendiri. Padahal di hadapannya adalah tangga turun menuju lobby. Sontak (Name) memejamkan mata kuat-kuat sambil menjerit tertahan. Kotak yang dipegangnya sudah terlepas dari tangannya.

DUK!

(Name) kira wajahnya akan mencium lantai dan bedebum keras. Tapi, ternyata tidak. Tubuhnya terasa terangkat. Dagunya bertumpu pada bahu yang berbalut kain jaket yang warnanya sangat ia kenal. Kedua tangannya yang menggantung di atas kedua bahu orang yang menangkapnya. Pinggangnya terasa ada yang menahannya dengan kedua tangan.

"Huh, nice catch! Kau ini bisa-bisanya jatuh di tempat seperti ini?!"

Suara itu ...

"Ka-kapten?!"

Ternyata (Name) jatuh dalam pelukan Futakuchi Kenji. Gadis itu bisa menghirup aroma maskulin yang menguar dari jaket itu. Astaga, ia sedekat dengan orang yang ia segani!

Pipi (Name) memanas, jantungnya berdetak keras. Nyawanya serasa hendak melayang. Apalagi kaptennya tadi mengatakan 'nice catch' sambil berbisik di telinganya, membuatnya merinding.

"Woa, cepat sekali gadis imut itu berlari!"

"Aku harus mendapatkan ID Lime-nya!"

(Name) berjengit pelan saat mendengar sayup-sayup suara itu membuat Futakuchi sedikit menaikkan alis. Pemuda itu sepertinya paham apa yang terjadi.

Kini, tiga pemuda yang tadi merecoki (Name) berdiri di ujung tangga sana. Mereka tampak terkejut melihat (Name) berada di dalam pelukan Futakuchi yang berdiri di pertengahan tangga. Pemuda itu pun menyeringai.

"Kau menginginkan gadis imut ini? Maaf saja, dia milik kami. Tak akan kuberikan dia sampai ID Lime sekalipun. Heh!"

Tangan kanan Futakuchi melingkar di pinggang (Name) menahan agar gadis mungil itu tetap dalam gendongannya. Sedangkan tangan kirinya mengacungkan jari tengah kepada tiga pemuda itu sambil mengeluarkan seringai mengejek. Sontak tiga pemuda itu pun berkedut kesal.

"Kau ngajak ribut, hah?!"

"Iya, aku ngajak ribut, tapi di atas lapangan voli nanti. Akan kuhantam wajah kalian dengan service ace milikku!!"

Futakuchi berujar dingin sambil mengeluarkan tatapan yang begitu tajam membuat tiga pemuda tadi melangkah mundur karena merasakan hawa intimidasi yang kuat.

Pemuda itu pun berbalik, lalu mengambil kotak bekal yang terjatuh tanpa melepaskan (Name) dalam dekapannya. Kemudian ia lanjut berjalan dengan tangan kanannya yang menahan pinggang (Name) dan tangan kiri yang menenteng kain kotak bekal.

"Fu-Futakuchi-senpai ... t-turunkan aku ... a-aku bisa j-jalan sendiri .."

Pinta (Name) yang dagunya bertumpu pada bahu kanan Futakuchi dan kedua tangannya menggantung tegang di atas kedua bahu pemuda itu. Wajahnya memerah hingga telinga.

Tiba-tiba saja Futakuchi menghentikan langkahnya. Lalu, ia menoleh sedikit dan berbisik dengan suara parau tepat di telinga kiri (Name) yang memerah.

"Tidak akan~ , banyak predator di sini yang hendak memangsa kelinci imut sepertimu. Maka dari itu tak akan kulepaskan, jadi menurut saja, ya, cutie?"

Futakuchi mengecup telinga (Name) cepat lalu pandangannya beralih ke depan lagi dengan rona tipis di pipinya. Sekujur tubuh (Name) merinding seketika. Irisnya melebar, wajahnya semakin memerah, dan jantungnya berpacu keras. Kemudian, tangan (Name) yang tadinya begitu tegang kini menjuntai lemas di punggung Futakuchi. Kepala (Name) semakin terbenam di bahu lebar sang pemuda. Tatapan gadis mungil itu seperti ikan mati dan keluar asap putih dari mulutnya. Nyawanya melayang.

Sedangkan Futakuchi terus berjalan dengan cueknya, mengabaikan tatapan orang-orang yang melihat mereka berdua.





.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



ngetik ini sambil santai karena libur, ga ada kbm, guru2 sibuk ngurus mpls daring. Tapi, tiba-tiba teringat fisika yang kurang 35 nomor lagi, mana dl besok lagi, hiks :'(
#semangatdaring

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top