AtsuLisa ➵ Cupid

hiks, maaf banget saya lupa nyatet nama user yg req atsumuxalisa dan lupa usernya komen di mana :')
pokoknya user yang request ini, semoga suka ya^^

.
.
.





Seharusnya Miya Atsumu harus terbiasa dengan kekalahan jika sudah masuk ke dunia kompetisi olahraga. Ia harus siap untuk menghadapi kekalahan yang serta merta sebagai pewarna kehidupannya. Seharusnya begitu.

Akan tetapi, jiwa kompetitif yang ada di dalam relung jiwanya ini begitu kuat. Melebihi dari ego apapun. Atsumu benci dengan sensasi sesak yang ada di rongga dadanya akibat kekalahan. Pertandingan dengan Karasuno memanglah luar biasa. Sangat-sangat luar biasa malahan. Namun, di sudut hatinya ia masih tak terima bahwa usaha latihan tim Inarizaki terhenti sampai sini saja. Apalagi ini merupakan pertandingan terakhir para senior kelas tiga. Seharusnya mereka bisa menghasilkan yang terbaik.

"Sial ..."

Setetes air mata jatuh lagi di pipi. Saat ini Atsumu sedang duduk bertekuk lutut bersandar di dinding karena menunggu sang kembaran yang sedang berurusan di kamar mandi. Kondisi lorong gedung gimnasium yang berada di depan kamar mandi lumayan sepi. Jadi, Atsumu tak perlu menahan malu menjadi pusat perhatian karena wajahnya yang berantakan bekas tangisan. Seharusnya begitu sampai sebuah tangan lentik memberikannya sapu tangan kain di depan wajahnya.

"Ini, usap air matamu menggunakan ini."

Atsumu mendongak dan mendapati seorang perempuan yang sangat sangat cantik, sepertinya blasteran Eropa. Rambutnya warna abu-abu dikuncir tinggu. Iris viridiannya begitu cantik. Baju turtle neck begitu pas di tubuh rampingnya. Atsumu benar-benar terpana. Maklum, ia pertama kali melihat perempuan secantik ini.

"Hello? Are you okay?"

Atsumu terkesiap,"Eh, iya. Terima kasih." Dengan gagap Atsumu menerima sapu tangan itu. Sang perempuan hanya tertawa kecil melihat tingkah gugup Atsumu.

"Kalau begitu aku pergi. Sampai jumpa!"

Perempuan itu pun pergi sambil meninggalkan senyuman pada Atsumu yang lagi-lagi membuatnya membeku. Sekali lagi, ia belum pernah berinteraksi semanis ini dengan seorang perempuan, cantik pula.

Atsumu kini menatap sapu tangan pemberian perempuan tadi. Samar-samar ia mencium wangi pelembut pakaian yang sering digunakan ibunya.

"Tsumu, ayo. Aku sudah selesai."

Suara Osamu yang memanggilnya sontak saja membuat Atsumu bangkit sambil buru-buru mengantongi sapu tangan tadi. Tetapi, Osamu dapat dengan jelas menangkap pergerakannya itu.

"Kau membawa sapu tangan?"

Atsumu mengangkat kedua alisnya seraya menjawab dengan suara serak, "Tidak, tadi ada memberikanku ini. Seorang perempuan cantik."

"Hah? Lelucon macam apa itu?" Osamu mengernyit tak percaya. Atsumu hanya mengendikkan bahu tanda tak acuh. "Ya, memang begitu."

Osamu hanya menatap Atsumu dengan ekspresi yang ... menyebalkan. Jika Osamu berekspresi ini, pasti ia akan mengeluarkan kata-kata yang mampu menyulut emosinya.

"Ah, aku tahu mengapa perempuan itu memberimu sapu tangan. Wajahmu kumal seperti ini, macam gembel bawah jembatan. Dia pasti merasa iba makanya memberikan sapu tangannya untukmu agar kau bisa mengelap wajahmu dengan benar."

Kan, dugaannya benar.

******

"

Alisa-nee habis dari mana?" tanya Akane setiba Haiba Alisa menghampiri rombongan pendukung SMA Nekoma.

"Aku tadi habis dari kamar mandi. Apakah Akane-chan menungguku?"

"Hu'um. Ayo temui anak-anak Nekoma sebentar."

Selama berjalan menuju tim Nekoma, Alisa memutar ingatannya tadi. Ketika ia keluar dari kamar mandi, matanya tak sengaja menangkap sosok pemuda berseragam tim voli yang duduk bersandar sambil menekuk lutut di dinding dekat kamar mandi pria.

Kalau Alisa tak salah ingat, seragam tersebut merupakan tim yang dikalahkan oleh SMA Karasuno. Inarizaki? Lalu dilihat dari rambutnya, mungkin dia adalah anak kembar yang komentator serukan ketika pertandingan tadi, tetapi sayangnya Alisa lupa namanya.

Pemuda itu menangis ketika Alisa pertama kali menempatkan pandangannya. Terlihat sekali jika ia tidak terima dengan kekalahan. Ia pun teringat akan sosok adiknya, Lev. Mungkin jika Lev berada di posisinya, ia pasti akan menangis juga. Jiwa kompetitif dan harga diri. Maka dari itu, Alisa hanya mengikuti instingnya berdasarkan rasa empati ketika melihat pemuda itu, memberikannya sapu tangan.

Walaupun ia harus merelakan sapu tangannya karena ia lupa tak sempat memperkenalkan diri dan tak tahu apakah ada kesempatan untuk mereka bertemu lagi sehingga mustahil sapu tangan itu akan dikembalikan. Akan tetapi, Alisa tak menyesalinya. Lagipula melihat wajah sembab sang pemuda serta sorot mata penuh tanda tanya ketika Alisa menghampirinya benar-benar begitu menggemaskan sampai-sampai Alisa ingin mencubit pipinya. Adorable.










A/N:
Thanks to kak Swanrovstte_11 yang sudah memberikan prompt atsulisa yg mendasari cerita ini 😁♥️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top