Halo
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهٖ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً ۗحَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُوْنَ - ٦١
Dan Dialah Penguasa mutlak atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya. (QS. Al An'am: 61).
***
Pada hakikatnya dunia hanya sesaat, sebagai simulasi dari Allah SWT untuk mencapai kehidupan abadi di surga ataupun neraka. Oleh karena itu manusia dibekali halo, yaitu lingkaran cahaya yang berada di atas kepala para jiwa suci. Maka setiap kali melakukan maksiat, muncul titik hitam pada halo. Hingga cahayanya meredup dan benar-benar menghitam.
Ketujuh dosa dari riwayat Imam Bukhari menggempurkan akhir zaman. Mulai dari syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang Allah haramkan, memakan riba, memakan harta anak yatim, berpaling dari perang, serta menuduh zina terhadap wanita-wanita yang menjaga kehormatan. Adn sudah menyaksikan semuanya, sebagai salah satu orang yang dapat melihat halo.
Para ulama menganggap itu adalah maunah dari Allah untuk hambanya saat dalam masa sulit. Namun, Adn malah mengklaim dirinya sebagai manusia paling berdosa. Sebab dia bisa melihat setiap dosa orang-orang melalui halo, tetapi tidak bisa melihat dosanya sendiri.
Hari ini pun Adn tampak bermuram durja, karena sudah kesekian kali pulang mengantungi kegagalan. Hanya ada sepercik harapan ketika masih dikarunai kehidupan dan sampai di rumah dalam keadaan selamat, meski dengan embusan napas kasar dan tatapan sendu.
Terlebih walau sudah berada di rumah, Adn tetap merasa ... belum pulang. Berita itu pun dikabarkan kepada tembok, sebagai jurnal tempat berkeluh kesah serta sandaran saat dalam masa sulit. Lantas dia menuliskan isi pikiran liarnya di sana.
'Kenapa aku harus hidup, kalau menjadi manusia akan sesulit ini?'
Adn meringkuk seraya mengusap air mukanya dengan kasar. Benar bahwa takperlu menyesali takdir yang sudah ditetapkan di lauhulmahfudz dan Allah sebaik-baik tempat berserah diri. Hanya saja, saat ini batinnya sedang kisruh akan masa-masa suram setelah kelulusan.
Di saat mereka dengan bangga berkuliah atau mendapat pekerjaan layak atas dorongan orang dalam ... Adn justru menggantungkan cita-citanya dan bekerja di lingkungan yang keras untuk menghidupi keluarga. Dilanda kegagalan, serta mendapat sumpah serapah dari kaum senioritas. Hal buruknya lagi, dia mendapat PHK lima kali berturut-turut dengan sekarang.
Suara tawa menggelegar dari balik ruangan sederhana terhimpit tembok-tembok rapuh. "Aku ingin bertemu dengan manusia yang lebih gagal dari aku," ujarnya di sela-sela tawa. Atas prestasi itu, dia telah lalai dalam mengejar akhirat sekaligus dunia. Dirinya hampa.
Saat masih menulis di tembok, Adn menemukan sebuah kalimat di antara keluh kesahnya. Tintanya terlampau baru, kemudian berisi seruan, "Hai, manusia yang berlindung di balik tembok. Ketahuilah berita tentang Tembok Zulkarnain. Ialah bangunan yang didirikan untuk berlindung dari Yakjuj dan Makjuj (sang marabahaya yang jauh lebih sial daripada kamu). Dan ketika peringatan itu datang, pergilah kamu ke suatu tempat di mana keberadaanmu tidak akan pernah ditemukan. Sesungguhnya kalian para manusia akhir zaman telah terjebak di antara kesialan itu, dan keselamatan akan datang bagi orang-orang yang berpikir."
Seulas senyum simpul terpatri di bibir Adn. Dia yakin, itu adalah nubuat untuk seseorang yang mendapat maunah. Pesan tersebut pun takhanya diberitakan kepada Adn saja, setiap orang yang mengalami sisi terendah hidup juga mendapatkannya dengan cara beragam. Mulai dari mimpi, serta bisikan halus.
Bagai seutas benang merah penghubung rantai takdir, mereka yang baru melepas masa remaja dan dikucilkan dari masyarakat dipertemukan dalam 'Reuni Kegagalan'. Perkumpulan itu berada di sebuah masjid yang baru saja selesai tahap pembangunan. Jaraknya cukup jauh dari jangkauan, tetapi dengan berdirinya masjid ini memudahkan musafir singgah untuk sembahyang.
Taklama kemudian, suara beduk terdengar. Mereka percaya bahwa utusan dari arsy telah membunyikannya, sama seperti bagaimana kejadian yang terdengar di luar nalar menghantarkannya kemari. Dengan demikian, satu per satu dari mereka pun diberi giliran memperkenalkan diri dan menyebutkan permasalahnya.
"Assalamualaikum. Sebelumnya, perkenalkan nama saya Tahtama Syahdan. Sekadar menegaskan, tujuan kita melakukan Reuni Kegagalan, agar tidak terkena distorsi akhir zaman dari Yakjuj dan Makjuj yang merupakan sumber dari segala merabahaya itu," paparnya dengan rasa percaya diri. Bahkan jika bukan karena perkumpulan, tidak akan ada yang tahu bahwa dia termasuk orang gagal.
Mereka mengangguk takzim, tidak mungkin akan ridho jika Yakjuj dan Makjuj menguasai dirinya. Melihat suasana sudah cukup kondusif, Tama pun mulai berkeluh, "Saya pikir ujian terbesar adalah ketika lulus sekolah dan dipaksa dewasa oleh keadaan, tapi ternyata saat kehilangan sosok pemimpin dalam keluarga." Dia tersenyum getir. "Sayang sekali sebagai anak pertama saya bukanlah penerus, melainkan perintis."
Kali ini, seorang remaja betubuh mungil mengambil alih. "Aku Ziala. A-ada banyak rasa ketakutanku dalam kehidupan ini." Perasaan tertekan tampak nyata dari tindakannya. Kentara pula kesedihan pada raut wajahnya. "S-sialan! Walau pun aku ingin mengeluh, aku gak bisa jujur ke kalian ... aku ingin diselamatkan," ungkapnya sambil menitihkan air mata.
Seseorang yang lain menepuk pundak Ziala dengan lembut. Meski tak begitu membantu, tetapi cukup untuk memberi dorongan mental. Dia Suci Heera---seorang gadis penuh keceriaan, tetapi hanya sebatas sampul belaka. Terbukti saat gilirannya tiba, raut wajahnya berubah muram.
"Banyak yang berharap bisa tukar posisi sama aku, biar punya kehidupan sempurna. Padahal, aku justru ingin jadi seperti mereka. Gak perlu menutupi kesedihan dengan pura-pura bahagia." Ekor mata Suci melirik ke arah Ziala. "Tapi senyum aja setulus yang kamu bisa, karena senyuman termasuk bagian dari ibadah."
Adn menggenggam tangan kuat-kuat. Demikianlah dunia sandiwara tampak begitu nyata dalam waktu bersamaan. Pada titik itu, suara berat seseorang menyelusup masuk begitu saja. "Senyuman gak ada gunanya buat orang kayak gue yang udah ngelakuin dosa gak termaafkan. Buat beribadah aja, rasanya tubuh gue kotor banget."
"Hei, kamu belum memperkenalkan diri." Suci menyela. Terlebih perkataan lelaki itu mengundang kontra. Padahal sejatinya, setiap orang berhak melakukan ibadah tanpa pandang dari kalangan mana pun dia.
"Untuk apa? Orang yang bakal mati gak patut buat dikenang." Lelaki itu menunduk. Di sini, hanya masalahnya yang melibatkan sebuah aib, tetapi dia sudah takpeduli. "Gue ... punya penyakit akibat pergaulan bebas. Satu-satunya nikmat terbesar yang gue punya, gue gak tahu kapan harus mati."
"Setidaknya, kita harus tahu nama satu sama lain. Toh, kita semua akan meninggal," ujar Tama mencoba berbicara dengan tenang, bahkan membuat lelaki itu terdiam beberapa saat.
Tanpa mengalihkan pandangan, lelaki itu pada akhirnya berkata dengan parau, "Muhammad." Nama itu terlampau indah bagi seorang mulia, tetapi terasa tidak pantas bagi orang sepertinya. Terlalu berat menyandang nama sang nabi sekaligus rasul bagi seluruh umat manusia hingga akhir zaman.
Setelah pernyataan tersebut, hening merajai. Adn pun mencoba mencairkan suasana. "Namaku lebih unik, A-D-N," ejanya. Sebab mereka akan sulit menyebut namanya, meski hanya terdiri dari tiga huruf. "Adn, surga tempat tinggal untuk selamanya. Nyatanya? Aku manusia berdosa yang sudah sering mengalami kegagalan." Bagi Adn, nama hanya sebatas nama. Takperlu didebatkan.
Usai berkeluh kesah, kelimanya mencoba menerima kekurangan masing-masing. Tepat ketika beduk terakhir berbunyi, mereka pun menaiki kubah masjid ... inilah keputusan akhir dari Reuni Kegagalan, dengan pergi ke tempat yang tidak pernah ditemukan lagi oleh Yakjuj dan Makjuj.
Setelah mengucapkan basmalah, bersama-sama mereka melompat dari atas masjid nan tinggi itu. Berharap dengan bunuh diri di tempat suci akan dimatikan dalam keadaan barokah, dengan kematian semua urusan di dunia juga selesai. Pada detik itulah, Adn melihat setiap halo mulai menghitam. Hanya milik Muhammad yang masih jernih, meski dia mengaku sebagai pendosa.
Tama dan Suci adalah orang pertama yang melompat. Kepala Tama pecah saat pendaratan. Sedangkan tubuh Suci sempat tertusuk pada salah atau besi bangunan, bertubrukan dengan Ziala sehingga membuat mereka merosot jatuh bersamaan. Hanya Muhammad yang tak mengalami cedera, sebab dia jatuh menimpa teman-temannya.
Sementara Adn meringis kesakitan, akibat cedera di kakinya ketika terpental ke trotoar. Tatkala kesadarannya mulai menipis, samar-samar tampak halo milik keempatnya menghilang, bersama dengan kembalinya nyawa tersebut ke sisi Allah. Adn terus meratapi dengan penuh duka, hingga dia benar-benar kehilangan kesadaran.
Tujuh hari sudah ketika kematian itu berlalu, Adn pada akhirnya menyadarkan diri. Saat itu terdengar suara dzikir terus bergaung di telinganya, seolah memanggil untuk kembali. Melihat Adn menyadarkan diri, sang ibu lantas memeluk dengan berurai air mata. "Alhamdulillah, Adn. Allah menjawab doaku."
Saat itu pula air mata Adn ikut berlinang. Bukan karena merasa kesakitan, tetapi menjadi satu-satunya orang yang selamat dalam upaya percobaan bunuh diri sangatlah berat. Terlebih sebelum kembali pada kenyataan, dua penampakan terlihat menembus dari balik dinding kaca.
Tama dan Suci menghampiri Adn seraya berbisik, "Hai, manusia yang berlindung di balik tembok. Ketahuilah berita tentang Tembok Zulkarnain. Ialah bangunan yang didirikan untuk berlindung dari Yakjuj dan Makjuj (sang marabahaya yang jauh lebih sial daripada kamu)."
Kali ini, suara Tama mendominasi. "Dan ketika peringatan itu datang, pergilah kamu ke suatu tempat di mana keberadaanmu tidak akan ditemukan---"
"Hai, manusia yang berlindung di balik tembok, pergilah kamu ke suatu tempat, pergilah kamu ke suatu tempat ...."
Adn lantas menutup telinga dengan bantal, seraya meracau takkaruan ketika suara itu terus bergaung. Mendapat komunikasi mental sedemikian rupa, sang ibu mengguncang tubuh tak berdayanya. "Adn! Sadarlah. Apa yang kamu lakukan?"
Adn tak menggubris. "Pergilah, menjauh dariku!" pekiknya kepada dua panampakan tersebut. Namun, karena tubuh keduanya takkentara oleh manusia lain, sang ibu menjadi salah paham dan berpikir telah diusir olehnya. Adn dilanda kebingungan, entah harus bersikap bagaimana.
"Ikutlah bersama kami, ke tempat yang tidak bisa ditemukan oleh mereka." Tama dan Suci semakin mendekat pada tubuh tak berdaya Adn yang terbaring di brankar. "Ikutlah bersama kami, bersama kami dalam kematian," pungkasnya, serta-merta memasuki lubang hidung dan telinga Adn. Di sanalah tempat mereka bersarang.
Sepanjang hari dalam kesakitan, kematian saat Reuni Kegagalan terus menghantui. Semakin pula membuat Adn merasa berdosa untuk hidup. Kini, dia hendak berusaha bangkit dari pembaringan untuk menghindari kenyataan. Walau berujung dengan tertatih, karena kakinya yang patah.
Di lorong rumah sakit, dia bertemu dengan penampakan Ziala. Skeptis, karena pertama kali menemukan dirinya yang tidak pernah meneror seperti Tama dan Suci, Adn pun datang menghampiri. Sosoknya tengah duduk di balkon Rumah Sakit.
Adn menjadi paranoid, kala membayangkan momen ketika mereka jatuh dari ketinggian kubah masjid. Bayang-bayang itu pun mencoba ditepis oleh Adn, dengan mengalihkannya pada sebuah pertanyaan, "Kenapa cuma Muhammad yang gak pernah menampakkan diri? Ke mana dia?"
Ziala terdiam beberapa saat. Pandangannya tampak menerawang kejadian saat reuni. "Qarin dari kalangan malaikat menyelamatkan nyawanya. Dia lebih dulu tiada, tepat beberapa detik sebelum tubuhnya jatuh dari ketinggian untuk bunuh diri."
Dunia memang penuh misteri. Tidak ada yang tahu kapan kematian bertandang. Seperti perkataan Muhammad; satu-satunya hal terbaik yang manusia miliki adalah, mereka tidak tahu kapan akan mati dan itu menjadikan sakaratul maut terbaik untuk umat manusia.
Adn terpaku ketika menyadari hal itu. Padahal, dia sudah melihat sebuah pertanda. Meski Muhammad menjadi satu-satunya orang yang memiliki pergaulan bebas, halo milik lelaki itu sangat jernih. Sebab penderitaan sakit semasa hidup telah mengikiskan dosa-dosanya.
Akan tetapi, suatu hal masih mengganjal di benak Adn. Maka sebelum usai sudah urusan Ziala di dunia, dia kembali mengutarakan pertanyaan, "Dan apa kamu tahu kenapa aku bisa selamat, di saat kalian semua sudah meninggal?"
Ziala tersenyum kecil. Ekor matanya lantas dialihkan pada sebuah brankar. Di sana, Adn dapat melihat dirinya tengah terbaring dalam keadaan pucat pasih. "Justru kamu yang terjerumus di antara kami," pungkasnya, seraya ikut menyertai Tama dan Suci memasuki lubang pada tubuh fisik Adn.
Keempat qarin dari perwujudan emosi tenang, sedih, senang dan amarah telah mendampingi Adn selama ini. Qarin Jin Tama dan Suci menuntun Adn bunuh diri, tetapi Ziala dan Muhamad sebagai Qarin Malaikat mencoba menyelamatkan nyawanya.
Meski demikian, lelaki itu berakhir dengan sakaratul maut dan tenggelam dalam halo yang mulai menghitam. Kini, jiwa Adn meratapi raganya melalui sorot mata nyalang. "Akhirnya, aku bisa melihat halo-ku sendiri."
Halo--Selesai
@shima_alqie
Minggu, 5 November 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top